"Welly Jardian?"
Martina mengerutkan kening dan segera melihat luka Welly, "Kenapa denganmu?"
Martina meninggalkan Lisa Zulnadi dan segera menghampiri Welly.
Klinik ini milik keluarga Martina, biasanya kalau Ayahnya Martina tidak di toko maka Martina yang membantu menjaganya.
Martina mengambil kursi dan menyuruh Welly duduk, lalu bertanya, "Apakah kamu berkelahi? Kenapa penuh luka?"
Welly melirik Candra Zainal dan tersenyum tidak bicara.
Membela orang, akhirnya tidak hanya dipukuli masih di marahi orang. Mengatakan ini sungguh memalukan, Welly memilih untuk tidak menceritakannya.
"Hehe, berkelahi? Aku lihat dipukuli deh!" Lisa datang dan berkata sinis, "Kelihatannya aku benar saat bilang kamu sudah ada rencana, bahkan tahu dengan rumah Martina!"
"Hei, Lisa Zulnadi, perhatikan saat berbicara!" Candra berdiri di tengah Welly dan Lisa dengan kesal dan berkata, "Aku yang bawa Welly datang, kamu keberatan?"
Meskipun keduanya adalah Kakak dan Adik, tapi sekarang malah jadi tidak akur.
Hal ini membuat kebencian Lisa pada Welly semakin dalam. Dia mendengus dingin dan bergumam, "Pengkhianat, apakah kamu lupa saat tidak punya uang dulu, selalu memanggilku Kakak dengan begitu dekat!"
Candra meliriknya dan mengabaikannya lalu berkata pada Martina, "Martina, kamu coba periksa dan tangani Welly, dia ... dipukuli orang."
Martina mengangguk dan menghela napas panjang melihat luka di tubuh Welly.
Memar di tubuh ini, jelas pihak lawan memukul dengan kuat.
Kesan Martina pada Welly sangat baik. Meskipun ekonominya tidak bagus, tapi orangnya jujur.
Jadi melihat luka Welly, Martina anehnya merasa sedih.
"Hehe, memang benar dipukuli!" Lisa tetap tidak menyerah, "Aku kira datang kembalikan uang, kelihatannya aku terlalu mengagungkanmu. Kamu berencana mengandalkan Martina? Tidak hanya tidak bayar uang sepatu, sekarang masih ingin orangnya mengobati lukamu? Tahu malu tidak ...."
Wajah Welly merah dikatakan begitu, dia melihat Martina dan berkata, "Martina, terima kasih, itu ... aku sebaiknya pergi saja."
Selesai bicara, Welly memanggil Candra hendak pergi.
"Aduh, kamu terluka masih mau kemana!" Martina segera menarik Welly, "Jangan hiraukan dia, aku bantu kamu tangani dulu, lalu berikan obat dan kamu minum di rumah."
Martina segera tersenyum padanya dengan lembut dan berbalik mengambil obat.
Kata-kata ini membuat hati Welly terasa hangat dan tidak tahan duduk kembali.
Martina baik padanya, jika dia pergi maka sudah menyia-nyiakan kehangatan orang lain.
Namun ini membuat Lisa kesal. Dia tidak mengerti, satu Adik sepupunya, satu lagi adalah teman baiknya selama 7-8 tahun, kenapa berdiri di pihak Welly?
Si miskin ini sebenarnya ada pesona apa?
Terutama bagi Martina, Lisa sungguh tidak paham, kenapa dia begitu baik pada Welly.
Lisa sepertinya melihat maksud lain dari tatapan Martina pada Welly.
Tapi bagaimana dengan Welly? Tidak punya latar belakang keluarga yang baik dan tidak punya uang. Kenapa Martina bisa suka dengannya?
Semakin berpikir begitu, dalam hati Lisa semakin merasa kalau antara dia dan Welly seperti air dan api, tikus dan kucing. Tidak hanya benci tapi juga iri.
Martina menangani luka Welly dan memberikannya obat. Setelah berpesan, dia berpikir sejenak dan bertanya, "Sudah begitu larut, apakah sudah makan? Bagaimana kalau aku suruh Mamaku masak dan antarkan, kita makan bersama."
Martina memang sangat baik dan berpikir lebih bijaksana.
Tapi Welly malah menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak, tidak, kami sudah makan. Terima kasih Martina, hanya saja ada satu hal ...."
Welly sedikit canggung, karena di sakunya sekarang sudah tidak ada uang. Dia berpikir untuk menanyakannya dulu, Senin nanti baru kembalikan pada Martina.
"Apa? Katakan saja," kata Martina.
Wajah Welly sedikit merah, "Itu ... aku hari ini tidak membawa uang, jadi biaya pengobatan ini aku baru kasih lain kali, boleh tidak?"
Welly takut Martina akan menolak jadi segera berkata, "Bagaimana kalau sepatu ini digadaikan di sini saja. Tunggu hari Senin, aku akan kembalikan padamu biaya pengobatan dan juga uang sepatu."
Wellly menatap Martina dengan serius. Dia benar-benar tidak ingin berutang dengan siapa pun. Dulu ketika dirinya miskin tidak pernah berutang, sekarang sudah punya uang, tentu saja tidak akan juga.
Siapa sangka, dia baru selesai bicara, Martina malah tersenyum manis. Ketika tersenyum, ada sepasang lesung pipi yang sangat cantik.
"Hei, apa yang kamu katakan Welly Jardian. Kita adalah teman, bagaimana mungkin aku meminta uangmu. Tenang saja, aku tidak akan memungut biaya obat denganmu, Papaku juga tidak akan. Mengenai sepatu ...." Martina berhenti sejenak, "Aku sudah bilang, itu dibelikan untukmu. Jika kamu kembalikan uang padaku, apakah kita tidak berteman lagi?"
"Apa? Sepatumu ini dibelikan Martina?" Sebenarnya Candra sebelumnya sangat penasaran. Kenapa Welly membawa sepatu yang begitu bagus.
Saat itu dia masih mengira kalau ini adalah bukti Welly dipelihara orang. Tidak menyangka, Martina yang sudah membelikannya untuk Welly.
Candra tadinya masih ingin menanyakan ada apa, bagaimana pun juga sepatu seharga beberapa juta. Apakah di antara mereka berdua ....
Tapi disaat itulah, Lisa mendadak menyela, "Welly Jardian, kamu tahu malu tidak? Kenapa kamu enak hati mengatakannya?"
Welly dimarahi dan bengong, kemudian mendengar Lisa melanjutkan, "Aku sungguh terkesan dengan orang semacam kalian. Hehe, masih menggadaikan sepatu di sini. Sepatu ini bukankan Martina yang mengeluarkan uang membelinya? Menggunakan barang yang dibeli orang, lalu menggadaikannya pada orangnya. Pikiran kalian orang miskin ini sungguh menakjubkan!"
Lisa berkata demikian, Welly juga sadar. Sebenarnya dia sama sekali tidak ingat dengan ini semua. Dia hanya merasa dirinya memeriksakan diri dan tidak membayar itu tidak baik. Sedangkan saat ini hanya sepatu ini yang bisa digadaikan.
Lagian uang sepatu ini, dia pada akhirnya akan kembalikan pada Martina.
Welly menatap Martina dan wajahnya sedikit merah. Dia sedikit takut Martina akan marah dengannya karena ini.
"Atau ... kamu tunggu aku sebentar. Aku sekarang pulang ke sekolah ambil uang," usul Welly.
"Hehe, masih pergi mengambil uang? Bukan alasan kabur, 'kan? Kamu ada uang apa? Siapa yang masih tidak paham? Buat apa menganggap orang lain di sini sebagai anak usia 3 tahun?"
Lisa mengkerling Welly dan memarahinya dengan hina. Hampir semua kata-kata yang keluar adalah miskin.
Dalam hati Welly tidak terima. Kelihatannya Lisa ini benar-benar mengikat dirinya dengan kata miskin.
Masih berbicara dengan begitu buruk. Welly sungguh marah, berpikir sejenak, mendadak melihat jam tangan yang diberikan Monica untuknya.
Welly langsung melepas jam tangan tanpa ragu dan meletakkannya di atas meja, "Martina, aku gadaikan jam tangan di sini. Kamu tunggu aku setengah jam, aku pasti kembali dan berikan uang padamu."
Jika Welly tidak ada gerakan ini, hampir tidak ada orang yang memerhatikan dia memiliki jam tangan ini.
Saat melihat jam tangan, Donny Jaka yang tidak bersuara langsung membelalakkan mata, "s**t, Bang Welly ... jam tangan emas darimana? Apakah ini asli?"
Lisa yang melihat jam tangan emas juga bengong dan sedikit terkejut.
Jam tangan emas, paling sedikit juga ada beberapa puluh juta dan murni adalah barang mewah. Kenapa Welly bisa punya?
"Hng, pasti palsu. Dia yang miskin itu, bagaimana mungkin punya yang asli!" Lisa cemberut dan berkata lagi, "Sekalipun asli, mungkin juga curian, atau pungut di jalan! Martina, kamu jangan ambil. Bagaimana jika itu benar-benar barang curian? Nanti polisi akan mencari masalah denganmu."
Martina memelototi Lisa mendengarnya, sungguh marah sekali dan berteriak, "Sudah, diam! Lisa, kamu sebenarnya kenapa? Apakah bisa tidak selalu berpikiran buruk pada orang lain!"
Martina menatap jam tangan dan berkata kesal, "Welly Jardian, tenang saja. Orang lain tidak percaya tapi aku percaya. Kenapa kamu memiliki jam tangan maka mencuri dan memungutnya? Hng, aku tidak percaya, aku simpan jam tangan ini dulu, aku mau lihat apakah polisi akan datang mencariku!"
Melihat Martina memasukkan jam tangan ke dalam tas. Welly mengangguk dan meninggalkan apotek.
Candra marah dan menunjuk Lisa, hendak mengatakan sesuatu namun menelannya kembali. Kemudian segera berbalik bersama Donny untuk mengejar Welly.
Welly keluar dari pintu, sedang bersiap menghentikan taksi kembali ke sekolah. Bagaimana pun juga dia sudah berjanji pada Martina akan kembali setelah setengah jam.
Tapi dia melirik ke seberang jalan dan secara kaget mendapati mobil Benz milik Monica.
Jendela Mercedes-Benz perlahan-lahan diturunkan. Ketika Monica melihat Welly, dia akhirnya merasa lega.