Bab.1 Akhir Penjilat
Sampai di hotel, Welly dengan hati gembira menekan lift lantai 8 dan mencari kamar 8412. Ketika mengetuk pintu kamar, Welly mendengar suara tawa serta desahan seorang wanita.
Ketika pintu terbuka, Welly kaku tanpa ekspresi melihat wajah familiar di depan matanya, kemudian dengan gagap keluar berkata, “Ti..Tin...Tina, kam...kamu...kenapa kamu di sini...." tanya Welly sambil terbelalak.
Tina yang hanya berlilitkan sebuah handuk, kaget melihat Welly berdiri di depan pintu, lalu berkata dengan gugup, “ Wel...ly...ken...kenapa kamu bisa di sini?”. Tina yang panik dan kebingungan langsung menampar pipi Welly. “Anjing! Beraninya kamu mengikutiku!”
Dini hari saat hujan lebat, Welly Jardian berteduh di halte pusat kota sembari mengirim w******p ke kekasihnya.
"Sayang baru apa?"
"Sayang sudah tidur, ya?"
"Selamat tidur sayang, mimpi indah."
Pesan tak kunjung di balas, Welly pun melanjutkan berkeliling kota mencari orderan Gojek.
Saat berkeliling, tiba-tiba ponsel di saku bergetar, Welly menepi dan ternyata yang menelepon adalah Nelson Louis orang terkaya di kelasnya.
"Welly, kamu dimana? Belikan aku sekotak FIESTA rasa strawberry dan antar ke Sheraton Hotel Kamar 8412! Uang 300ribu sudah aku transfer ke OVO-mu! Sisanya anggap saja upahmu! Cepat, jangan pakai lama!"
Sekotak k****m hanya puluhan ribu rupiah dan sisa uang lebih dari 200ribu dianggap sebagai upah, bagi Welly yang sangat membutuhkan uang, itu adalah jumlah yang sangat besar.
Beberapa minggu yang lalu, Tina ingin makan mewah di Resto Michelin yang baru saja di buka di kota Batang.
Welly yang miskin selalu berusaha keras untuk memenuhi semua kemauan Tina.
Tina adalah wanita tercantik di kelas yang selalu cuek padanya, tetapi tetap mencintainya yang miskin ini.
Setelah menerima orderan dari Nelson, Welly langsung mencari apotek terdekat, sembari diperjalanan menghitung uang dalam hati “Uang tabungan di BRI 1 juta, tambah honor parttime minggu ini 700rbu, dan orderan hari ini 300ribu, total ada 2 juta. Yes! Akhirnya terkumpul!”
Welly yang dibuat bengong dengan tamparan ini, tiba-tiba mendengar suara pria dari dalam kamar, “ Tenang sayang, aku suruh dia beli k****m buatku. Bocah tengik ini memang gesit, demi uang tak seberapa, dalam hitungan menit orderan selesai...haha”
Kata penuh ejekan, jelas adalah suara Nelson. Dia datang mengecup pipi dan satu tangan memeluk pinggang Tina, “Nggak perlu panik sayang!”
Melihat k****m di tangan, Welly akhirnya mengerti apa yang terjadi di depannya, dan dengan wajah gelap berkata, “ Ka..kalian!”
Keadan konyol seperti, dia ingin sekali menampar balik Tina tapi tidak tega, dan hanya bisa berkata “Tina, aku kurang baik apa? Apapun yang kamu mau aku selalu berusaha memenuhinya! Teganya kamu melakukan ini padaku...!”
Tina tertawa sambil meremehkan, “ Haha...Kamu baik? Huh...Setiap hari kamu hanya bisa menanyakan kabar, traktir makan di lesehan pinggir jalan...Kamu pikir aku senang dengan semua ini! Yang aku mau uang, barang branded, makan di resto mahal! Kamu sanggup beri aku semua ini? Beberapa minggu lalu, aku ajak kamu makan di Resto Michelin, kamu tak berkutik sama sekali. Coba kamu perhatikan Nelson, hari ini dia membelikanku tas Hermes, makan di resto Michelin yang mahal itu, ditambah ngajak aku menginap di sini Sheraton Hotel. Kamu sudah miskin, kucel lagi! Kamu hanya aku buat main saja, tak disangka kamu anggap serius.!”
Selesai bicara, Nelson disamping tertawa terbahak seraya berkata, “Hei, jelaskan sekarang! Wanita secantik Tina hanya pantas dengan orang seperti aku. Kamu miskin, mau pacaran sama wanita cantik lebih baik ngaca dulu.”
Welly mendengar kata-kata ini, emosi spontan menaikkan kepalan tangan ingin memukul wajahnya.
Nelson melihat gerakkan ini dengan cepat menendang perut Welly, seraya berterak dengan wajah hitam “Pukul aku! Siapa kamu?”
Welly jatuh dan terguling di lantai hotel, Nelson penuh emosi langsung menarik tangan Willy dan merampas k****m ditangannya.
Tina yang melihat ini langsung masuk kamar, menelepon resepsionis, dengan suara panik berkata “Halo, cepat suruh beberapa satpam naik ke kamar 8412, ada yang berantem disini.”
Beberapa menit kemudian, 3 orang satpam berseragam hitam muncul di depan kamar, dan Nelson meminta mereka menyeret keluar Welly.
Welly yang beberapa hari kurang makan dan istirahat, tak sanggup melawan tendangan Nelson, dan hanya bisa pasrah di seret keluar oleh satpam hotel.
Kemudian Nelson dan Tina masuk kamar, tak lama terdengar percakapan mereka dari balik dinding.
“Ahh,ahh, sayang pelan-pelan, kenapa kamu buru-buru sih?”
Welly mendengar ini merasa geram dan sakit hati.
Sampai di lantai 1, Welly langsung di lempar keluar hotel, saat hendak berdiri, tiba-tiba pandangannya menjadi buram, dan jatuh pingsan.
Satpam mencoba membangunkannya, tetapi tak kunjung bangun, akhirnya memanggil ambulance.
Selama 2 hari, Welly terbaring lemas di bangsal rumah sakit kota, saat itu terbangun, dia hanya melamun dan memikirkan kejadian beberapa hari lalu.
Untuk menyegarkan pikiran, Welly sendirian berjalan keliling roof top lantai 10 rumah sakit, tetapi tiba-tiba Welly berdiri di atas pembatas dan hendak menjatuhkan diri ke bawah.
Saat itu, ponsel di sakunya bergetar, tetapi Welly menghiraukannya, dan pihak lawan pun terus menelpon ponselnya tanpa henti.
Welly mengeluarkan ponsel dengan gusar, di atas layar adalah nomor asing.
Dia menarik napas dalam-dalam dan mengangkat telepon, kemudian berkata gusar, "Siapa sih?"
Baru selesai bicara, terdengar suara terharu dan gemetaran di sana, "Wel ... Welly, ini Papa...Papa"
Welly mengernyitkan alis dan semakin marah dan geram, "Orang gila! Papaku sudah mati!"
Kata ini memang benar. Mamanya bilang, Papanya sudah meninggal tidak lama setelah dia lahir.
Selesai mendengar perkataan Welly, pihak lain tidak tahu harus tertawa atau menangis, segera berkata, "Welly, aku beneran Papamu. Dulu demi mewarisi kekayaan keluarga mau tidak mau harus keluar negeri meninggalkan kalian. Ketika aku kembali mencari kalian, semua sudah pindah. Bertahun-tahun, aku terus mencari kalian, sekarang aku akhirnya menemukanmu. Semua ini salahku, aku tahu Mamamu pasti membenciku. Kamu pasti juga membenciku. Bagaimanapun juga selama bertahun-tahun sudah membuat kalian menderita. Tenang, mulai sekarang, Papa pasti akan menebusnya ...."
"Orang gila. Aku tidak ingin bercanda denganmu, bye!" Welly melihat pihak lawan pandai mengarang cerita, semakin yakin kalau ini adalah penipuan.
Mendengar Welly tidak percaya, pria di telepon segera berkata, "Jangan ... jangan di tutup, kamu coba angkat kepalamu, papan iklan di depan matamu adalah Papa!"
Welly melihat ke depan papan iklan di seberang rumah sakit, ada sosok seorang pria.
Welly juga kenal dengan orang ini, lebih tepatnya, dia pernah melihatnya di televisi.
Yohan Sardinan orang terkaya di luar negeri. Aset pribadinya mencapai ratusan triliun. Konon keluarga Sardinan menguasi setengah benua Eropa dan sekarang seluruh Indonesia memasang fotonya dimana-mana, kabarnya tidak lama lagi Yohan Sardinan akan datang ke kota Batang untuk investasi.
Tokoh yang begitu hebat, bagaimana mungkin Papa kandungnya?
Welly tersenyum sinis dan berniat mempermainkan pihak lawan, "Kalau memang kamu adalah Yohan Sardinan, kirimkan empat triliun sebagai uang sakuku, kalau sudah aku baru percaya."
Orang di telepon kaget namun menyanggupinya dengan cepat.
"Ok, baik, Papa segera kirimkan untukmu, tapi ... tapi hubungan ayah dan anak kita harus dirahasiakan dulu. Papa harap kamu mengerti. Masalah ini kamu juga jangan bilang dengan Mamamu dulu. Aku rasa, dia sekarang pasti masih membenciku...Papa akan cari hari yang tepat untuk menjelaskan semuanya ini. Sekarang, Papa akan menyuruh bawahan di Batang untuk menemuimu, kalau ada kesulitan, bilang saja dengannya. Sekarang, Papa masih ada sedikit urusan, ada waktu luang kita mengobrol lagi."
Selesai bicara, telepon ditutup.
Welly menatap ponsel di tangan dan merasa aneh. Orang gila darimana ini, bukannya mencari pekerjaan yang benar, malah menipu orang begini.
Yohan Sardinan apaan? Papaku? Huh,ngasih aku empat triliun, sudah gila?
Memang benar orang saat terperosok, minum air saja bisa tersedak.
Welly menggelengkan kepala dengan pahit, sedang bersiap menyimpan ponsel ke saku, tiba-tiba merasa ada getaran.
Dia menekan dan melihatnya kemudian terbengong-bengong.
Di atas layar ponselnya ada sebuah pesan dari BRI masuk.
"Dana masuk ke tabungan Anda 4.000.000.000.000 ...."