"Tut ... Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif ...."
Tidak aktif? Welly langsung bengong, kenapa bisa tidak aktif?
"Haha ... Lucu sekali, hancur sudah, lucu sekali ...."
Kerumunan meletuskan tawa semua orang dan menatap Welly dengan cibiran.
Mengatakan diri sendiri adalah anak orang kaya, bilang dengan menelepon saja sudah bisa membuktikannya, tapi hasilnya? Tidak aktif!
"Hehe, Welly Jardian, kamu merasa menarik ya?" Novita Louis mencibir dan berkata, "Kamu sengaja, 'kan? Sekarang telepon tidak bisa dihubungi sehingga tidak bisa membuktikan kalau yang kamu katakan itu benar. Kamu kira kamu bisa menggunakan alasan ini? Memang sangat pintar ya."
"Dasar kekanak-kanakan!" Novita memelototi Welly dan melanjutkan, "Kamu kira dengan begini akan ada yang memercayaimu? Konyol, IQ-mu bisa bermain dengan anak TK."
Melihat senyuman yang jahat itu, perasaan hati Welly bercampur aduk. Dia segera menelepon kembali, namun tetap tidak aktif.
"Apa yang kamu lakukan sebenarnya?" Welly menggertakkan gigi dan gusar sekali. Menelepon berkali-kali, akhirnya tetap tidak aktif. Welly akhirnya hancur, cibiran orang-orang seperti jarum menusuk hatinya dan membuatnya tidak nyaman. Welly mendadak melempar ponsel hingga hancur dan berteriak kepada kerumunan orang, "Aku tidak berbohong, aku benar-benar adalah ...."
"Heh, kamu adalah apa?" Novita mencemoohnya, "Kamu adalah sampah yang selamanya ditertawakan orang. Apa lagi yang ingin kamu katakan?"
Selesai bicara, Novita menggandeng lengan Jordan Gasman dan pergi.
Melihat situasi ini, Jordan yang tadi masih gugup juga merasa lega.
Tadi dia benar-benar mengira kalau Welly yang menelepon dan masih belum tahu apa yang akan terjadi di akhir. Namun kelihatannya, dia yang terlalu khawatir. Semua ini hanya kebetulan saja, Welly hanya bersandiwara.
Jordan kembali tersenyum santai dan melirik Welly lalu membawa Novita masuk ke dalam mobil.
Mobil Audi sudah pergi, orang yang menonton keramaian juga berangsur bubar.
Welly sekarang hendak menjelaskan juga sudah tidak ada kesempatan.
Memang lucu, dirinya kali ini benar-benar menjadi bahan tertawaan.
Welly duduk di atas tanah dengan sedih, pikirannya kacau balau. Dia sedikit benci dengan identitasnya. Jika masih seperti dulu, meskipun diremehkan orang, tapi dirinya tidak pernah ditertawakan seperti ini.
"Welly Jardian ...." Candra Zainal mengulurkan satu tangan pada Welly. Saat ini hanya tersisa Candra dan Donny, "Aku ... aku tidak tahu harus bagaimana menghiburmu, tapi ... Hai, aku tahu kamu frustasi, jangan berpikir terlalu banyak. Ayo pergi minum, mabuk bisa menyingkirkan kesedihan!"
Susana hati Welly terpuruk, dalam hati sedang memikirkan cara untuk melampiaskannya, jadi mengangguk kaku. Dia berdiri mengikuti Candra dan Donny menghentikan taksi dan pergi.
Sepanjang jalan, Welly jelas masih belum lepas dari perasaan terhina itu, dia terus memandang keluar jendela dengan diam, terlihat begitu kesepian.
Terhadap ini, Candra hanya bisa menghela napas dengan tidak berdaya dan tidak mengatakan apapun.
Sebenarnya Candra juga merasa kalau Welly barusan terlalu palsu, bagaimana bisa begitu kebetulan?
Dia juga termasuk orang yang paling memahami Welly. Dari pertama kali kenal, dia tahu kampung halaman Welly itu di sebuah kota kecil dekat kota Batang. Dia hanya memiliki orang tua tunggal, biaya sekolah biasanya dihasilkan dari kerja keras ibunya.
Tapi Welly hari ini malah mengatakan dirinya adalah anak orang kaya ....
Meskipun Candra tidak tahu apa tujuan Welly mengatakan ini, tapi dalam hatinya tetap diam-diam bertekad. Lagi pula ini adalah teman baiknya, tidak peduli Welly menjadi apa, dia akan tetap berdiri di pihaknya.
Setengah jam kemudian, di ibu kota.
Monica Yeremi baru saja turun dari pesawat dan segera menghidupkan ponsel.
Di ibu kota terjadi sedikit masalah, dia barulah bergegas meninggalkan kota Batang. Dia pergi dengan buru-buru, bahkan tidak sempat untuk memberitahu Welly.
Jadi begitu turun dari pesawat, hal pertama yang dilakukan Monica adalah menghidupkan ponsel. Baru saja ponselnya hidup, melihat ada delapan panggilan tidak terjawab dari Welly. Monica terkejut sekali.
"Apa yang terjadi? Dalam waktu setengah jam begitu banyak panggilan?" Monica tidak tenang jadi segera menelepon kembali dan hendak menanyakan apa yang terjadi.
Tidak aktif!
Hati Monica menggantung, dalam seketika, dia merasa hatinya seperti diremas kuat saja. Ada firasat buruk yang semakin kuat. Tidak mungkin dalam waktu setengah jam dia meninggalkan Batang, Tuan muda ini lantas terjadi sesuatu, 'kan?
Jika terjadi sesuatu dengan Welly, walau dirinya mati di depan Yohan Sardinan juga mungkin tidak akan bisa menenangkan amarah Tuannya ini.
Monica kembali menelepon beberapa kali, ponsel Welly tetap dalam kondisi tidak aktif. Monica menarik napas dalam bahkan tidak keluar dari bandara sudah bergegas memesan tiket pesawat kembali ke Batang. Kemudian dia menelepon sebuah nomor, begitu terangkat dia langsung memerintah dengan tidak sabar, "Aktifkan rencana darurat sekarang, aku perintahkan kamu gunakan waktu tercepat untuk menemukan Tuan muda Welly, sekarang! Segera!! Cepat!!!"
Di seberang telepon sana kaget, setelah tahu dengan daruratnya masalah segera memerintah bawahan. Monica berhenti sejenak dan melanjutkan, "Aku terus ada perasaan telah terjadi sesuatu. Kamu harus tahu, jika terjadi sesuatu dengan Tuan Muda Welly, Tuan Yohan pasti tidak akan melepaskan kita."
"Baik, baik ... aku tahu ..." suara orang di telepon sana sedikit gemetaran dan terlihat sangat gugup.
Monica juga sangat gugup. Seluruh pikiran dia adalah gambaran yang terjadi pada Welly. Setelah dia menutup telepon, semua kekuatan milik keluarga Sardinan di Batang mulai bergerak.
Hanya saja Welly saat ini masih belum tahu. Dirinya hanya menghancurkan satu ponsel sudah menyebabkan kegemparan seperti ini.
Segera, mobil berhenti di depan toko hotpot. Mereka bertiga turun dari mobil. Candra membawa mereka berdua ke lantai dua dan tersenyum berkata, "Welly, kamu jangan sedih lagi. Bagaimana kalau kita bertiga hari ini minum sampai mabuk!"
Donny juga menepuk pundak Welly, "Iya, benar kata Kak Candra. Kak Welly, jangan dipikirkan. Bagaimanapun gusarnya kamu, masalah sudah terjadi. Lebih baik kita berjuang, aku tidak percaya kita sekarang miskin masih bisa miskin seumur hidup. Kedepannya perlihatkan pada Novita Louis dan lainnya, siapa yang bisa tertawa sampai akhir."
Welly mengangguk diam-diam. Dia menatap dua teman baiknya dan tidak tahan merasa terharu. Karena kapan pun itu, mereka berdua selalu berdiri di pihaknya.
"Benar, jangan pikirkan lagi!" Welly menghela napas dengan kuat, akhirnya ada senyuman di wajahnya, "Lagian suatu hari nanti, aku akan membuat semua orang tahu. Yang aku katakan itu benar atau palsu."
Selesai bicara, Donny dan Candra diam-diam bertatapan dan masing-masing menghela napas.
Di lantai dua, ketiganya memesan satu meja makanan dan memesan dua botol arak putih.
Sedang minum dengan semangat, Donny yang duduk di hadapan Welly mendadak menyipitkan mata dan berseru, "Kak Candra, Kak Welly, lihat sebelah sana!"
Candra dan Welly bingung dan memandang ke arah pandangan Donny, lalu melihat di meja tidak jauh dari mereka duduk dua perempuan yang sangat cantik. Salah satunya dengan riasan ringan, rambut panjang dan mengenakan gaun sutra tipis. Duduk di sana sudah menjadi sebuah pemandangan.
"Wow! Yunita Carta, bunga jurusan seni?" Candra mengatakan dengan takjub, "Juga Jenny Wilston. Kebetulan sekali, mereka juga makan di sini?"
"Sungguh kebetulan sekali," Donny melihat wanita cantik langsung tersenyum lebar. Terutama Yunita Carta Dewi yang dikagumi banyak orang ini. Dia semakin tidak bisa menahan diri dan air liur saja hampir menetes keluar.
Sebenarnya, dari wajah, Yunita bukanlah yang paling cantik, tapi seperti membawa rasa anggun secara alami. Perilakunya memancarkan pembawaan elegan bangsawan. Membuat orang yang melihatnya tidak bersedia untuk mengalihkan tatapan.
Perempuan satunya, dengan kuncir kuda yang rapi, jaket denim dan riasan tebal. Terlihat begitu mempesona dan kontras dengan gaya Yunita yang anggun dan mulia.
Meskipun wanita cantik enak dipandang, tapi Welly saat ini benar-benar tidak berminat untuk menikmatinya. Dia menoleh dan minum sendiri.
Tapi disaat itulah, Donny kembali berseru dan langsung mendorong Welly, "Kak Welly lihatlah, mereka sepertinya bertemu masalah!"