Perkataan itu membuat wajah tua Budi kaku, dia memandangi Sheila dengan tegas, "Sheila, nantinya kau akan memanggil mereka dengan sebutan Tante Susilo dan kakak perempuan! Aku tak mau mendengar panggilan yang tidak masuk akal keluar dari mulutmu!"
Rini berpura-pura lembut dan bijak di depan Budi, "Budi, jangan paksa Sheila kalau dia tak mau! Aku dan Linda sudah bertahun-tahun menderita, tak peduli berapa hari yang dibutuhkan, aku tahu beberapa tahun ini kamu mengalami masa sulit, merasa tertekan di manapun...."
Perkataan ini masuk ke dalam pikiran Budi, selama beberapa tahun ini dia menjadi pria baik yang tunduk di hadapan Maria Utama ibu dari Sheila, sekarang Maria sudah meninggal, kenapa dia harus menderita lebih lama lagi?
Dalam hati Budi berpikir sambil menunggu Sheila dengan marah, "Tak peduli kamu suka atau tidak, fakta bahwa Linda adalah kakak perempuanmu tak akan berubah, nantinya dia dan Rini akan tinggal bersama kita di kediaman Keluarga Santoso!"
Kata-kata tersebut masuk ke telinga Rini dan Linda, keduanya saling bertukar pandang, memancarkan ekspresi bahagia, masuk ke kediaman Keluarga Santoso, ini merupakan impian kedua ibu dan anak tersebut.
Perkataan Budi membuatnya murka, dia secara gamblang ingin membawa p*****r dan anak haramnya tinggal di rumahnya sendiri, hal ini sudah keterlaluan.
"Rumah itu ditinggalkan oleh ibuku, apa hakmu mengijinkan ibu anak ini masuk ke sana? Apa kau tidak malu?"
Hal ini membuat Budi kesal dan marah, dia menampar wajah Sheila. "Anak durhaka, kau masih berani memberontak?"
Tamparan Budi mengakibatkan rasa sakit seperti terbakar di wajah Sheila, dia menutupi wajahnya sambil menatap Budi tak percaya: "Kamu menamparku? Kamu menamparku karena p*****r yang tak tahu malu ini?"
Saat Budi melihat Sheila seperti ini dia merasa sedikit bersalah, tapi memikirkan Sheila tak menghormati dirinya, dia pun kembali bersikap tegas.
"Apa yang salah dengan aku menamparmu? Kalau kamu masih menentang, aku akan menendangmu keluar, kita lihat masih beranikah kamu!"
Awalnya datang hanya mencari Linda untuk menyelesaikan masalah, tapi tak terpikirkan ayahnya berselingkuh, juga tak pernah terpikirkan ayahnya memiliki simpanan di belakangnya selama ini.
Sekarang ibunya sudah tiada, ayahnya menamparnya di hadapan para p*****r, Sheila mana bisa menerima hal tersebut, dia menutupi wajahnya dan menangis sambil berlari keluar.
Melihat Sheila ditampar, Linda dan putrinya saling memandang, mata yang bersinar seakan bangga.
Sheila, ini baru permulaan, hal-hal yang lebih mengkhawatirkan masih belum datang!
Sheila yang patah hati berjalan sambil menangis di jalan, para pejalan kaki memandanginya.
Sebuah mobil mewah yang nampak elegan berjalan perlahan, pengawal yang mengendarai mobil itu terkejut saat melihat Sheila menangis di tepi jalan, "Tuan Muda Ketujuh, bukankah itu wanita semalam?"
Pria terhormat yang duduk di kursi belakang perlahan membuka mata, melihat Sheila berlinang air mata, dia mengerutkan kening, lalu memberi perintah, "Berhenti!"
Sheila menangis kencang, sebuah saputangan putih tiba-tiba muncul di depannya.
Dengan mata yang berkaca dan kebingungan dia mendongak, melihat gigolo yang tidur dengannya semalam menatapnya sambil memegang saputangan.
Melihat gigolo yang menidurinya Sheila menjadi marah, "Pergi!"
Pria tersebut mengacuhkan perintahnya, mengulurkan saputangan agar Sheila mengusap air matanya sendiri, suaranya yang begitu lembut, "Apa yang sudah terjadi?"
“Ada apa denganmu? Tak tahu malu!” Sheila tidak menghargainya, dia melempar saputangan itu ke tanah lalu berlari sambil menangis.
Melihat sikap Sheila terhadap bosnya, pengawal dalam mobil sangat khawatir, bergegas turun dari mobil lalu menghampiri, "Tuan Muda Ketujuh, ini....."
Tak ada ekspresi kecewa dari raut wajah pria ini, dia mengambil saputangan yang dilempar Sheila tadi, memerintahkan pengawalnya, "Pergi ke perusahaan!"