Melihat Linda, mata Sheila membara, "Pas sekali kamu datang, aku menagih penjelasanmu, katakan! Untuk apa kamu menjebakku semalam?"
“Ngomong apa kamu? Siapa yang menjebakmu?” Linda tampak menghiraukannya.
“Sheila, kamu jangan sembarangan menuduh, Linda adalah anak yang sangat baik, kenapa dia harus menjebakmu?" Rini ikut membela.
“Kamu bohong, kamu pikir aku tak bisa menghabisimu?" Ibu dan anak yang masih menyangkal hal ini membuat Sheila naik pitam, dia mengangkat tangan lalu menampar wajah Linda.
Linda tidak menghindar, dia menerima tamparan di wajahnya.
Wajahnya sakit seakan terbakar, air matanya pun mengalir.
Melihat putrinya ditampar, Rini melangkah maju dan meraih tangan Sheila sambil bertanya, "Sheila, kenapa kamu menampar Linda? Apa salah Linda padamu?"
Rini yang bertanya tanpa menunjukkan belas kasihan, dia mencubit tangan Sheila dengan keras, Sheila merasa kesakitan hingga mendorong Rini.
Inilah yang ditunggu Rini, dia segera terjatuh lagi, membenturkan kepalanya ke meja kopi, mulai berdarah.
Linda berteriak, "Ibu! Ada apa denganmu, Bu? Sheila, kenapa kamu tega memperlakukan ibuku seperti ini?"
Budi mengenakan bajunya lalu membuka pintu dan melihat Rini tergeletak di tanah, terkejut, lalu bergegas maju, "Rini? Ada apa denganmu, Rini?"
"Aku baik-baik saja, tapi Linda kita..." Budi yang mendengar perkataannya langsung melirik Linda, di wajahnya ada bekas lima sidik jari yang begitu jelas.
Ekspresi Budi berubah, "Wajahmu kenapa?"
“Budi, jangan marahi Sheila, dia terlalu bersemangat hingga seperti ini!” Rini si w***********g licik ini bahkan masih berpura-pura memohon di depan Sheila.
Sambil memohon, dia diam-diam melirik ke arah Linda.
Linda paham lalu menatap Budi sambil berlinang air mata, "Ayah, tidak apa-apa wajahku ditampar, bagaimanapun, ini bukan kali pertama Sheila menggangguku, tapi ibuku? Apa kau tak peduli dengan perbuatan Sheila pada ibuku? Sampai kapan kau akan membuat ibuku terus-menerus merasa bersalah?"
“Ayah?” Linda memanggil Budi dengan sebutan ayah, otak Sheila tidak mampu memprosesnya. "Kamu tadi bilang apa?Kau panggil ayahku apa?"
“Kupanggil ayah?” Linda menjawab.
“Linda! Jangan bicara sembarangan!” Rini bersuara tepat waktu.
"Ayah, sampai kapan kamu akan menyembunyikannya? Walau kamu tak memikirkan ibuku, kamu harus memikirkanku ya 'kan? Apa kamu mau aku menjadi anak haram selamanya dan terus menanggung malu?"
Kali ini Linda menghiraukan Rini, mengeluh sambil menangis.
Budi begitu marah dan kesal, kebenaran akan segera terungkap, masalah ini tidak bisa disembunyikan terus, jadi lebih baik memberi tahu Sheila.
Budi memandangi Sheila, "Sheila, Tante Susilo dan aku sudah lama bersama! Oh ya, Linda juga bukan orang asing, dia adalah saudara perempuanmu!"
“Apa?” Sheila tercengang, saking terkejutnya dia menatap Budi dengan tampang bodoh.
Ada rasa bersalah dari raut wajah Budi, "Sheila, ini semua salah ayah, saat aku menikahi ibumu kala itu Rini sudah hamil, aku tidak tahu dia melahirkan Linda. Aku berhutang pada mereka, aku takut kamu merasa tak nyaman, jadi aku tak memberitahumu. Karena hari ini sudah kukatakan, mulai hari ini, secara resmi kita adalah keluarga....."
Ucapan Budi membuat Sheila menolak dengan keras, dia tiba-tiba menyela Budi.
"Ayah, beraninya kamu mengatakannya seperti ini? Siapa berkeluarga dengan siapa? Kukatakan padamu, aku menolak kedua ibu dan anak ini!"