"CAAAA.... ECAAA..." Mama berteriak di kamar Desya.
"Iya, Ma kenapa sih?"
"SEKOLAH CAA… Astaga kamu ini ya anak gadis tapi males banget bangun nya." Mama berucap sambil menarik-narik badan Desya.
"Ma… duh Mama apaan sih. Eca bisa bangun sendiri gak usah tarik-tarik Ma."
"Bangun kamu cepet mandi, pakai baju sekolah, dan turun ke bawah sarapan."
Mama pun meninggalkan kamar Desya.
25 menit kemudian
"Pagi semua." Desya menyapa semua keluarganya yang sedang sarapan.
"Pagi Ca." Ucap keluarga Desya kompak.
"Ca, hari ini kamu pulang sekolah langsung pulang atau masih ada urusan lain?" Mama bertanya kepada Desya.
"Hmmm... Kayaknya Eca langsung pulang ke rumah deh Ma, emang kenapa?" Desya berucap dengan mulutnya yang penuh roti.
"Bagus deh, soalnya hari ini Papa pulang sekaligus hari ini ketemunya kamu sama calon suami kamu."
"Uuhukk…uhukk." Desya tersedak. "WHAT?! Aku bakal ketemu orang yang bakal dijodohin sama aku?"
"Iya sayang, nanti malam jam 07.30 mereka kesini untuk makan malam bersama kita semua."
"Dek, nanti kamu tenang aja biar Kakak yang dandanin kamu biar cantik di depan jodoh kamu." Ucap Kak Olla yang dihadiahi tatapan horror dari Desya.
"Ciee… yang bakal married." Ucapan dari Kak Davin membuat Desya bad mood di pagi yang cerah pada hari ini.
"Bodo amat. KESEL!!!" Mama, Kak Olla dan Kak Davi dengan kompak menatap Desya.
"Desya Azzahra Anggara, yang sopan kalo lagi makan." Ucap Mama dengan wajah marahnya.
Desya yang takut hanya bisa cemberut. "Iya deh Ma. Kalau gitu Eca pergi sekolah dulu ya semuanya. Assalamualaikum."
"Waallaikumsalam." Ucap mereka semua.
****
Desya Pov
Pagi ini bener-bener pagi gue yang bikin gue badmood. Akibat perjodohan gila itu hari-hari gue gak sebahagia dulu. Mama, Papa, Kak Olla dan Kak Davin, mereka semua bener-bener niat banget jodohin gue sama anak sahabatnya papa. s**t! Damn! Gue benci banget sama hidup gue sekarang.
“Ting Tong”
“Ting Tong”
“Ting Tong”
-Nak High Class-
Muh. Haikal: Gue udh otw sklh nih kalian pada dmn?
Daffa T: Gue lgi jemput Dwi nih.
Syahirah: Gue udh di parkiran sekolah. Nunggu kalian.
Desya Azzahra: Gue udh mau nyampe nih. Tungguin gue Ra.
Syahirah: Oke.
Di Sekolah
"Hai Eca. Selamat Pagi!" Syahirah menyapa Desya dengan ceria.
"Pagi sist, tumben banget lo cepet?”
"Lagi males gue dirumah sepi tau gak, abis nya Mama gue lagi di Balikpapan jenguk nenek gue dan papa gue lagi di Bali, ngurusin cotage disana."
"Hello girls!" Haikal menyapa.
"Hai!" Desya dan Syahirah menyapa bersamaan.
Desya mulai malas menunggu.
“Lama banget sih Daffa sam Dwi.” Desya mulai malas menunggu.
"Hmm, namanya juga pasangan baru yakan." Ucap Syahirah yang diikuti kekehan Haikal.
10 menit
"Woy!" Daffa berteriak membuat teman-temannya yang telah menunggu terkaget.
"Njir! Kaget gue. Lo bedua tu ya lama banget." Ucap Haikal yang membuat Daffa mengakat jarinya membentu huruf 'v' (peace).
Daffa pun menggandeng tangan Dwi, "Sorry tadi Dwi kesiangan, makanya gue nunggu dia dulu."
"Ya udahlah ayo kita ke kelas, pelajaran pertama kan Pak Heri. Bisa-bisa kalau kita telat masuk di Alfa lagi sama Pak Heri, gak boleh ikut pelajaran bahasa inggris." Ucap Desya.
Tak lama mereka pun sampai di kelas disusul oleh Rona yang rupanya telat.
“Teng Teng Teng”
Bel istirahat pun berbunyi membuat anak-anak dikelas bersorak senang.
"DESYA AZZAHRA ANGGARA!" Teriak Rona membuat membuat Desya terkaget.
"Ya ampun Rona lo apa-apaan si teriak-teriak gitu, gue gak b***k kali." Desya berucap kesal.
"Eh, gue sama anak-anak dari tadi panggil-pangil lo teriak-teriakkin lo. Lo nya malah banyak ngelamun." Ucap Rona lagi dengan suara tingginya.
"Eh lo tu lamunin apa sih? Jangan-jangan lamunin yang nggak-nggak lagi." Timpal Daffa yang dihadiahi Desya bogeman di bahunya.
"Anjir lo ya, jangan asal ngomong dong lo. Gini-gini gue masih waras, gak kayak lo isi otak lo itu m***m semua."
"Udah-udah gak usah ribut. Ayo kita ke kantin gue laper nih." Ucap Dwi dan disetujui mereka semua.
Sepanjang jalan ke kantin Desya masih saja memikirkan ucapan Mamanya mengenai persoalan perjodohan antara dia dan anak sahabat Papanya.
“Entah apa yang akan terjadi sama gue saat nikah nanti sama lelaki pilihan Papa, yang jelas gue belum siap nikah.” Batin Desya.
Tak sengaja saat berjalan Desya bertabrakan dengan seseorang.
“Aww… duh sakit banget tangan gue.” Desya terduduk dan menundukkan kepalanya.
“Lo gak papa kan, lain kali kalau jalan hati-hati.” Ucap suara lelaki itu yang langsung meninggalkan Desya.
“Ya ampun Ca, lo nggak papa?” Haikal bertanya sambil membantu Desya berdiri.
“Gue gak papa ko Kal, cuman tangan gue aja yang sakit sama telapak tangan gue agak tergores.”
“Ya udah kita ke uks aja.” Ucap Rona sambil tiup bersihin telapak tangan Desya pakai tisu yang dia bawa.
Desya tersenyum, “gak usah nih mah gak papa.”
“Gila tuh orang bukanya nolongin lo malah tinggalin lo pergi. Siapa sih tuh orang tadi yang nabrak lo, rese banget tu orang.” Rona mengomel.
“Itu tadi Robby dia kapten basket sekolah kita. Most Wanted sekolah.” Ucap Daffa.
“Songong banget tuh orang pengen gue labrak.” Rona terus mengomel.
“Ck, udahlah gue gak papa. Kantin aja yuk gue laper.”
Di Kantin
“Tangan lo gak papa, Ca?” Syahirah bertanya.
“Iya gapapa kok. Cuman kesel aja sama tuh cowo. Tapi dia sempet nanya sih ke gue, gue gak papa dan ya gue jawab gak papa. Tapi keselnya gue, dia gak nolongin gue kayak yang Haikal lakuin, dia malah biarin gue terduduk di koridor sekolah.” Desya berucap dengan menggebu-gebu.
“Udah-udah, nih bakso sama es teh nya datang.” Ucap Haikal sama Daffa barengan.
“Gue laper banget. Ternyata efek dari bad mood di pagi hari adalah laper ditambah lagi pagi-pagi dibuat kesel sama Mama dan Kakak-kakak tersayang.” Batin Desya.
“Sumpah gue masih kesel sama tuh cowok yang namanya Robby si kapten basket sekolah. Sumpah ada ya cowok dingin kayak dia dan cuek banget lagi, rasanya pengen banget gue hajar dia. Liat aja nanti kalau dia ketemu gue lagi, HABIS LO ROBBY!”
***
Saat Robby sedang berjalan di koridor sekolah, dia sedang asik mengobrol dengan kedua sahabatnya yaitu Rio dan Tara. Sehingga tanpa dia sadar dia bertabrakan dengan seorang cewek yang gak dia kenal.
“Aww… duh sakit banget tangan gue.”
“Lo gak papa, lain kali kalau jalan hati-hati.” Tiba-tiba kata-kata itu spontan keluar dari mulut Robby.
Sikap Robby yang kelewat dingin atau bisa disebut juga sama sekali gak peduli itu sudah sangat sering sekali terjadi. Bahkan dengan dia bertabrakan dengan cewek tadi pun dia sangat bodo amat dan dia pergi meninggalkan cewek tadi tanpa peduli, apakah cewek tadi terluka atau tidak.
“Cewek tadi siapa ya? Dari yang gue liat sih itu cewek kayaknya cantik walau gue gak liat jelas wajahnya. Dia putih, rambut panjang, dan tingginya kira-kira sebahu gue.” Batin Robby.
“Rob, tadi yang cewek lo tabrak itu cewe cantik di sekolah tau gak.” Ucap Tara yang membuyarkan lamunan dari Robby.
Robby memasang wajah tak peduli, “Hah?! Bodo amat.”
“Woy, Rob. Asal lo tau nih ya, disekolah ini banyak banget yang incar dia dan asal lo tau lagi nih ya dia itu cantik, pinter, tajir, sexy, kulit putih, rambut panjang, baik dan ramah lagi orangnya.” Ucap Tara lagi.
“Lah terus urusannya sama gue apaan, Tar?”
“Ya gak papa sih, gue cuma mau kasih tau lo aja, hehe. Tapi sumpah ya, lo kalau pacaran sama dia pasti jadi best couple. Kalau di liat-liat lo cocok sama dia gitu.” Ucap Tara sambil memperhatikan wajah Robby.
“Terserah lo deh.” Robby berucap datar.
“Rob, tapi ya tuh cewe emang cantik banget, banyak yang nembak dia tapi di tolak semua tau gak, sampai anak futsal, anak osis, anak teater dan beberapa anak lain nembak dia gak ada yang diterima.” Rio menimpali.
“Sok jual mahal banget tuh cewek.” Robby berucap dingin dan terkesan tak peduli.
Rio menepuk bahu Robby, “tuh cewek berarti seleranya tinggi bro, dia milih yang terbaik buat dirinya.”
“Tau ah bodo amat gue, gue gak peduli. Gue mau main basket aja.” Robby pun meninggalkan kedua sahabatnya itu dibelakangnya.
*****