9 : Ketua Osis

859 Words
Putus dari Edho, perjalanan cinta Olin selama kelas sepuluh jadi tidak terlalu berwarna. Ada beberapa laki-laki yang mencoba untuk mendekatinya lagi dan mereka semua berasal dari kalangan OSIS, entah itu teman seangkatan, atau kakak kelasnya. Namun, ajang pendekatan mereka itu tidak pernah digubris oleh Olin. Ia tidak mau sembarang menerima seseorang untuk dijadikan sebagai pacar lagi, mengingat bagaimana hubungannya dan Edho berakhir. Olin juga tidak mau dicap sebagai pemberi harapan palsu jika menanggapi semua yang mendekatinya, padahal sebenarnya Olin tidak suka pada orang-orang itu. Jadi, biarlah dirinya dianggap sebagai cewek jutek yang sulit untuk didapatkan, daripada cewek yang terkesan murah karena menggubris semua yang mendekatinya, tapi pada akhirnya hanya memberi harapan palsu. Setelah Edho, Olin tidak naksir siapa-siapa lagi yang ada di sekolahnya. Ia justru kembali mengingat Rafka, terus-menerus mengingatnya hingga rasa rindu perlahan tumbuh, dan rasa yang dulu disimpannya untuk laki-laki itu—yang mulanya Olin pikir sudah hilang tak berbekas lagi—kembali muncul ke permukaan. Padahal, sulit sekali mencari tahu kabar Rafka waktu itu. Sebab mereka masuk ke sekolah yang berbeda, Olin pun pindah rumah (tidak lagi tinggal di lingkungan yang sama dengan Rafka), dan Rafka juga jarang aktif di sosial media. Hampir setiap hari Olin memeriksa akun Twitter Rafka untuk melihat apakah laki-laki itu menuliskan cuitan di sana. Tetapi, Rafka jarang sekali muncul. Kalau di f*******:, Olin tidak tahu, karena memang dirinya sudah tidak aktif lagi di f*******:. Sementara dulu, i********: belum se-booming sekarang dan rasa-rasanya Rafka baru memiliki akun i********: sewaktu mereka kelas sebelas. Di Twitter, Rafka hanya aktif beberapa bulan sekali. Dan sekalinya laki-laki itu aktif, yang dituliskan Rafka di sana pun bukanlah sesuatu yang bisa membuat Olin tahu tentang kabar terbarunya. Hanya saja, saat Rafka berulang tahun ke-16, laki-laki itu membalas beberapa mention ucapan selamat untuknya. Karena itu, Olin menekatkan diri untuk ikut me-mention Rafka di Twitter. @ braafka hbd ka :] Seperti itu. Dan dibalas oleh Rafka. @ olndmhswr mksh lin Hanya dibalas seperti itu saja Olin rasanya sudah senang. Setidaknya, Rafka masih ingat dengannya. Ya, meski percakapan lewat Twitter tersebut hanya bertahan sebatas itu. Olin cukup tahu diri untuk tidak mencoba memperpanjangnya. Sebab ia tahu, siapalah dia jika ingin mengobrol panjang dengan Rafka. Memasuki kelas sebelas, Olin mulai dibuat sibuk dengan kegiatan OSIS. Terlebih saat secara mengejutkan dirinya terpilih menjadi sekretaris OSIS di sekolahnya, kesibukannya jadi bertambah ketimbang saat dirinya masih jadi anggota di kelas sepuluh. Menjadi seorang sekretaris membuat Olin harus mengimbangi sang ketua OSIS. Entah itu dihubungi malam-malam untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan OSIS atau yang lainnya. Ketua OSIS itu, sebut saja namanya Arkan. Laki-laki itu seangkatan dengan Olin, mereka sempat sekelas di kelas sepuluh, namun Arkan pindah kelas saat kelas sebelas. Di kelas sepuluh, Olin dan Arkan tidak dekat sama sekali. Bertegur sapa pun mereka jarang dan mengobrol pun juga seadanya. Ditambah lagi, ada beberapa hal di diri Arkan yang membuat Olin tidak begitu ingin mengakrabkan diri dengannya. Tetapi, semenjak mereka dinobatkan sebagai ketua dan sekretaris OSIS, mau tidak mau mereka harus mengakrabkan diri. Mereka jadi lebih sering bertegur sapa dan mengobrol jika bertemu langsung. Bahkan, Arkan sering menghubungi Olin di malam hari. Yang mulanya hanya pesan untuk mengingatkannya ini dan itu, sampai telepon untuk membahas sesuatu. Olin pun membalas pesan Arkan seadanya, jika keperluan mereka dianggapnya sudah selesai, maka Olin tidak akan membalas lagi. Namun, Arkan terus-menerus mengirimkan Olin pesan jika pesannya tidak dibalas. Seiring berjalannya waktu, interaksi Olin dan Arkan yang mulanya hanya sebatas interaksi untuk membahas pekerjaan di OSIS jadi berkembang menjadi interaksi yang lebih dari itu. Mereka jadi berteman, bahkan Arkan sering menggoda Olin di depan anggota OSIS yang lain setiap kali mereka sedang berkumpul. Seperti menggoda Olin dengan memanggilnya 'sayang' dan semacamnya hingga mereka sering dicie-ciekan oleh yang lain. Mereka pun jadi sering berkirim pesan nyaris setiap malam. Dan yang dibahas oleh mereka tidak lagi semata hanya tentang OSIS. Mereka mulai membahas hal-hal yang tidak penting, bahkan tak jarang juga saling curhat tentang masalah pribadi. Arkan juga jadi sering menelepon Olin dan mereka kerap kali bercakap di telepon hingga larut malam. Teman-teman Olin bilang, jelas sekali bahwa Arkan sedang gencar untuk mendekatinya. Arkan menyukai Olin, kata mereka. Sebenarnya, Olin pun merasa begitu. Hanya saja, Olin tidak mau dengan Arkan karena laki-laki itu bukan tipenya. Dan juga, Olin tidak mau karena Arkan baru saja putus dari pacarnya yang merupakan kakak kelas yang dua tahun lebih tua dari mereka. Di saat dirinya disibukkan dengan OSIS dan Arkan, Olin masih tetap punya waktu untuk memikirkan Rafka. Secara berkala ia memeriksa akun i********: laki-laki itu—yang sudah berhasil ditemukannya, namun tidak berani untuk diikutinya—dan menunggu jika ada postingan baru. Kebanyakan isi dari i********: akun Rafka adalah foto-foto kegiatan futsal laki-laki itu. Ternyata, Rafka masih mencintai olahraga futsal dan aktif di ekskul futsal SMA-nya. Dan rasanya Olin senang melihat betapa Rafka begitu passionate dalam melaksanakan hobinya. Di pertengahan kelas sebelas, Arkan semakin gencar mendekati Olin. Bahkan tak jarang memberi kode secara langsung pada Olin akan rasa sukanya. Di sisi lain, Olin semakin gencar juga stalking akun Rafka dan orang-orang di sekitar Rafka. Hingga pada akhirnya, kegiatan stalking Olin membuahkan hasil. Olin jadi tahu kalau ternyata, Rafka dan Farah jadi dekat semenjak mereka masuk ke SMA yang sama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD