Lisa keluar dari kamar mandi, dengan perasaan malu-malu. Dia tak berani menatap Leo, yang sejak tadi menantinya keluar dari kamar mandi. Berjalan lurus, menghampiri Leo.
"Sempurna! Kamu memang cantik, Sayang. Wajar, jika sekarang aku menjadi tergila-gila kepadamu," bisik Leo di telinga Lisa.
Hembusan napas Leo sangat terasa. Membuat tubuh Lisa berdesir. Tak pernah terpikir olehnya, kalau akhirnya dia akan menjadi seorang jala*ng.
Menolak pun dia tak bisa, dia hanya bisa pasrah. Saat tangan Leo menja*mah setiap lekuk tubuhnya. Tak ada cinta, karena dia hanya sekadar pelampiasan semata. Cintanya, masih hanya untuk istrinya seorang, yaitu Elena. Sungguh miris nasibnya Elena.
"Ayo, kita makan dulu!" ajak Leo.
Leo meraih tangan Lisa dan mencium punggung tangannya, dan Lisa membalasnya dengan senyuman termanisnya.
Ya, mungkin itulah cara untuk menyenangkan hati Leo. Mencoba bersahabat dengan keadaan, meskipun hatinya menjerit. Sesungguhnya, dia tak menginginkan hal ini. Dia hanya menunggu, saatnya Leo membuangnya seperti sampah.
Kini keduanya sudah berada di meja makan. Aneka makanan sudah tersusun rapi. Mulai hari ini hidupnya akan berubah, dia tak akan lagi kekurangan uang, dan dia akan menikmati fasilitas mewah dari Leo. Tugasnya hanya satu, yaitu menyenangkan hati Leo.
"Cobalah ini! Ini sangat enak. Kamu harus makan yang banyak, agar kamu bisa mengimbangi permainan aku di ranjang!"
Lisa sampai tersedak, mendengar ucapan Leo. Mungkin, dia masih butuh beradaptasi mendengar perkataan Leo yang baginya frontal membahas urusan ranjang di depan para pelayan. Dia masih merasa risih.
"Sayang, makannya hati-hati dong! Ini minum dulu!" Leo memberikan gelas berisi air putih kepada Lisa. Seakan seperti mimpi, Leo memperlakukan dia dengan lembut dan perhatian.
"Terima kasih," Lisa berkata.
Suasana di meja makan hening seketika. Lisa terlihat hanya diam, fokus menikmati makanannya.
"Kita menginap di sini selama dua hari. Temani aku! Aku ingin berlibur," Leo berkata dan Lisa hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah makan, Leo mengajak Lisa ke taman belakang di Villa itu. Untuk menikmati udara segar, dan duduk bersantai.
"Tempat ini adalah tempat yang dulu aku sering datangi bersama istriku, sebagai tempat untuk menghilangkan penat selama aku sibuk bekerja. Namun, semenjak dia memutuskan untuk kembali berkarier, dan meninggalkan aku. Aku tak pernah lagi mengunjungi tempat ini. Untungnya aku kini sudah memiliki kamu, untuk menemani hari-hariku!" ungkap Leo dengan tatapan yang kosong.
Di balik kegagahan dan sikap dingin laki-laki di sampingnya. Tersimpan rasa kecewa yang mendalam terhadap majikannya. Selama Lisa bekerja di sana, dia belum pernah bertemu langsung dengan Elena. Dia hanya melihatnya di foto yang terpasang di Mansion.
Leo bangkit dari tempat duduk, merenggangkan tubuhnya, dan menghirup udara segar. Lisa mulai memahami, mengapa Leo bersikap demikian kepadanya. Dia pandangi laki-laki di hadapannya.
Tak dapat dia pungkiri, Leo memang laki-laki yang tampan, gagah, dan begitu mempesona. Sayangnya, dia tak boleh jatuh cinta. Dia harus menyadari siapa dirinya, dia hanya tempat untuk pelampiasan has*ratnya.
"Apa kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya Leo yang kini membalikkan tubuhnya menatap wajah Lisa lekat. Menanti jawaban atas pertanyaannya.
"Belum, Tuan," jawab Lisa membuat Leo melebarkan senyuman.
"Baguslah. Selama kamu bersamaku. Aku tak mengizinkan kamu menjalin hubungan dengan siapapun. Kamu hanya milikku! Jangan pernah bermain-main denganku," Leo berkata.
Keduanya saling menatap lekat. Tatapan yang begitu teduh. Membuat jantung Lisa berdegup kencang.
"Ingat Lis, kamu tak boleh jatuh cinta kepadanya! Kamu hanya dijadikan pelampiasan has*ratnya. Dia tak pernah mencintaimu," Lisa berkata dalam hati.
Rasanya begitu sakit. Dia yakin Leo bersikap seperti ini, hanya karena dia membutuhkannya. Tak lebih.
Hari sudah petang, Leo mengajak Lisa masuk ke dalam. Namun, tiba-tiba saja Leo menghentikan langkahnya. Saat matanya melihat ke arah bunga mawar yang mekar begitu indah. Lisa pun ikut menghentikan langkahnya, karena dia ingin tahu apa yang ingin Leo lakukan.
Ternyata, Leo memetik satu tangkai bunga mawar berwarna merah. Dia mengambilnya dengan penuh hati-hati, agar tak tertusuk durinya. Leo ingin memberikan bunga untuk Lisa.
"Ini bunga untukmu! Bunga ini sangat cantik seperti kamu. Semoga kamu selalu mekar dan mewangi sepanjang hari, seperti bunga ini," ungkap Leo, sambil memberikan bunga itu kepada Lisa.
Lisa terpanah. Dia tak menyangka kalau majikan dinginnya, bisa bersikap romantis juga padanya. Tanpa sadar Lisa mencubit tangannya, untuk memastikan kalau hal ini bukanlah sebuah mimpi.
Ternyata Leo tak seburuk pemikirannya, Leo memperlakukan dia sangat manis. Bersahabat dengan kenyataan yang ada, mungkin lebih baik. Daripada dia memberontak, pada akhirnya Leo justru menyiksanya dengan sangat kejam.
Keduanya sudah berada di kamar. Tubuh Lisa menegang, saat tangan Leo membuka resleting gaun yang dikenakannya saat itu. Gaun itu, kini sudah terserak di lantai. Hanya menyisakan segitiga penga*man dan kain penutup bukit kembarnya.
"Kita mandi bersama! Aku ingin melakukannya di kamar mandi," pinta Leo dan Lisa hanya pasrah menganggukkan kepalanya.
Mereka sudah berada di kamar mandi. Leo meminta Lisa membuka semuanya. Sekarang, tubuhnya sudah polos. Leo pun sudah melucuti semua pakaian yang dia kenakan.
"Anak pintar," puji Leo sambil menyentuh wajah wanita di hadapannya dengan lembut.
Leo membawa Lisa masuk ke dalam bathtub bersamanya, dan menyuruhnya duduk di pangkuannya. Dia juga meminta Lisa mengalungkan tangannya di lehernya. Posisi mereka sangat intim. Leo langsung mencumbu Lisa dengan penuh gai*rah.
Perlahan, namun pasti. Dia pun sudah mulai menikmatinya. Lisa sudah mulai bisa mengimbangi Leo. Dia sudah mulai pintar. Lidah mereka sudah membelit satu sama lain. Leo menarik tengkuk Lisa untuk memperdalam ciu*man mereka. Suara kecapan terdengar, mengiringi ciu*man panas mereka.
Kini lidahnya menyelusuri leher Lisa, dan tangannya pun tak mau diam. Asyik memainkan kedua bukit kembar Lisa. Desa*han pun akhirnya lolos dari bibir mungil Lisa. Milik Leo pun kini sudah menegang.
"Sayang, aku sudah menginginkanmu. Berbalik membelakangi aku, dan tanganmu bertumpu di pinggir bathtub," titah Leo.
"Tahan sedikit, Sayang!" Ucap Leo.
Dia masih merasa kesulitan, karena milik Lisa masih terasa sempit. Perlahan demi perlahan, dia masukkan senjatanya. Tangannya sambil asyik mere*mas kedua bukit kembar Lisa.
"Aaahhhh," De*sah Leo, saat miliknya berhasil masuk sempurna ke dalam milik Lisa..
Dia pun mulai memainkan maju mundur. Semakin lama semakin cepat. Sesekali tangan Leo tampak memukul-mukul bo*kong Lisa yang begitu menggoda. Membuat dirinya semakin menggila.
Ternyata tidak cukup sampai di situ. Dia masih belum merasa puas. Kini Leo membalikkan kembali tubuh Lisa, memudahkan dia menghi*sap bukit kembar Lisa. Seperti seorang bayi yang kelaparan. Tangannya pun tak bisa diam, meraba milik Lisa. Memainkan jari tangannya di lubang kenikmatan milik Lisa. Hingga akhirnya Lisa mendapatkan pelepasan.
"Sayang, kamu keluar. Aku ingin merasakan milikmu yang masih sempit. Ayo kamu naik ke pangkuan aku! Puaskan aku!" Ujar Leo dengan suara yang sudah terdengar berat.
Lisa pun langsung menuruti permintaan Leo, dia mulai mengarahkan milik Leo ke miliknya dan membenamkannya, dan mulai memompanya.
"Fu*ck! Fas*ter Sayang. Aahhh ... Sayang. Kamu begitu nikmat!" racau Leo.
Lisa semakin mempercepatnya. Lekuk tubuhnya begitu indah di pandang Leo, Membuat Leo hampir mencapai kl*maks.
"Turun, Sayang! Aku ingin membuangnya di mulut kamu!" Ujar Leo kepada Lisa
Lisa langsung turun dari pangkuan Leo, dan membuka mulutnya. Dia siap menerima sper*ma yang Leo miliki. Dia pun mulai memasukkan senjatanya secara perlahan, sambil mengocok miliknya. Miliknya terlihat sangat besar.
"Aahhh, Sayang! Ayo cepat, Sayang!" Titah Leo.
Lisa langsung memasukkan milik Leo ke mulutnya, dan mengu*lumnya.
"Ya, seperti itu! Enak. Lebih cepat lagi, Sayang," Leo mengajarkan.
Lisa semakin mempercepat temponya, hingga akhirnya Leo berhasil memuntahkan miliknya.
"Aaahhh, Sayang."
"Terima kasih, aku sangat puas dengan servis kamu," Leo berkata.
Tak ada kecupan yang Leo berikan, tak seperti layaknya pasangan suami istri. Hanya ucapan terima kasih. Keringat bercucuran membasahi tubuh Leo. Jantungnya pun masih berdegup kencang, napasnya pun terengah-engah. Dengkulnya terasa lemas.
"Ayo kita bersihkan tubuh kita, setelah ini kita istirahat dulu!"
Lisa menurut saja. Dia sudah tak malu lagi dalam keadaan polos di hadapan Leo. Keduanya kini mandi di bawah guyuran air shower. Sesekali tangan Leo mere*mas bukit kembar milik Lisa dan menci*um bibir Lisa. Lisa sudah mulai terbiasa, menerima perlakuan Leo.