“Terima kasih atas kunjungan Anda, Count, Lady,” ucap pemilik toko yang bahkan berkenan membungkuskan langsung pesanan Aston dan Trisya.
“Kue di toko Bibi sangat enak. Kapan-kapan, kami pasti akan mampir ke sini lagi,” balas Trisya. Ia sedang menunggu Aston membayar. Setelah itu, mereka pun segera keluar.
Trisya tampak sedikit terburu-buru. Ia bahkan hanya mengangguk singkat ke arah Sang Putra Mahkota yang sejak tadi memandanginya. Sementara itu, Aston yang memang tidak tahu apa-apa dan menaruh rasa hormat sangat tinggi pada Pangeran tentu saja memberi penghormatan sebagai mana mestinya sebelum ia menyusul Trisya.
“Trisya, tunggu!” ujar Aston. Ia segera menyerahkan dua kantong kue milik Trisya pada seorang dayang, kemudian ia menghampiri Trisya yang sudah berjalan duluan meninggalkannya.
“Trisya, jangan cepat-cepat! Nanti kamu bersenggolan dengan orang lalu jat-“
“Ah!!!” Trisya mengaduh kesakitan saat seseorang menabraknya hingga ia terjatuh. Aston membulatkan matanya, ia pun segera menghampiri sepupu kesayangannya itu. Namun sayang, di saat bersamaan, ada dua buah kereta kuda yang lewat di jalanan di depannya, membuat langkah Aston sedikit terhambat.
Sementara itu, Trisya mendongakkan kepalanya. Menatap seorang lelaki yang baru saja menabraknya. “S- saya mohon maaf, Nona.” Tapi, laki-laki itu bahkan tidak menolong Trisya.
“Tidak apa-apa. Tapi, apa Anda tidak berniat membantu saya, Tuan?” tanya Trisya. Pasalnya, ia mengenakan rok panjang, dan kakinya sedikit sakit sehingga ia kesulitan untuk bangkit sendiri. Lelaki itu mengulurkan tangannya dengan gugup, lalu segera membantu Trisya. Namun, baru saja Trisya meraihnya, lelaki itu justru ikut terjatuh di samping Trisya.
Trisya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun kaget kenapa lelaki itu juga malah ikut jatuh di sampingnya. Dari posturnya, sepertinya dia adalah seorang pengawal bangsawan. Dan tidak mungkin seorang pengawal bisa selemah ini, kan? Kalau fisiknya lemah, tidak mungkin ia bisa menjadi seorang pengawal bangsawan.
“Astaga, Nona, apa Anda baik-baik saja?” Trisya kembali mendongak, lalu dilihatnya putri seorang bangsawan di depannya.
“Oh, saya tidak apa-apa. Tapi sepertinya pengawal ini yang terluka. Tuan, apa Anda baik-baik saja? Mari saya ban-“ Trisya menghentikan ucapannya saat telinganya tanpa sengaja mendengar bisik-bisik orang tentangnya.
“Apa? Jadi nona bangsawan itu menariknya hingga jatuh?”
“Hah? Jadi dia memarahinya hanya karena pengawal itu tidak sengaja menabraknya?”
Tunggu! Siapa yang marah? Dan siapa juga yang menarik pengawal itu sampai terjatuh? Kenapa orang-orang bisa beranggapan demikian?
“Sa- saya tidak apa-apa, Nona,” pengawal itu segera bangkit. Trisya masih cengo, bahkan saat pengawal itu kembali mengulurkan tangannya untuk membantu Trisya bangkit.
“Nona, apa pengawal saya telah menyakiti Anda? Kalau begitu, saya mohon maaf, Nona. Saya memohon maaf atas kesalahan yang dilakukan pengawal saya,” ucap gadis bangsawan berparas jelita yang tadi sempat hendak menolong Trisya.
“O- oh? Saya tidak apa-apa. Hanya saja- oh tidak! Gaunku kotor!” seru Trisya tanpa sadar dengan suara yang cukup keras. Ayolah, meski dari luar tampak seperti gadis bangsawan yang mendapat pendidikan khusus tentang tata krama, sebenarnya Milla hanyalah gadis biasa yang terlempar kea bad pertengahan seperti ini. Terkadang mulutnya memang tidak bisa dikendalikan. Ia juga sesekali memang bicara dengan volume cukup keras di saat-saat tertentu, misalnya saat dia kaget seperti ini.
“Oh lihatlah! Dia bahkan jelas-jelas menunjukkan sifat aslinya di depan publik!” ujar penduduk yang melewati mereka.
“Tunggu! Bukankah dia Lady dari kediaman Duke Gerald?”
“Maksudmu Nona Trisya? Ah ya. Wajahnya memang cukup mudah dikenali, mirip dengan Nyonya Lovatta.”
Baiklah, sekarang mereka sudah mulai mengenali Trisya. Sepertinya keadaannya akan menjadi sedikit lebih buruk kalau sudah membawa-bawa nama keluarga.
“N- Nona? Jadi Anda adalah putri seorang Duke?” tanya nona muda jelita yang ada di hadapan Trisya.
“Itu … saya-“
“Mohon maafkan saya dan pengawal saya, Nona. Mohon ampuni kami. Tolong jangan hukum pengawal saya atas apa yang dia lakukan pada Nona. Saya yakin dia tidak sengaja. Mohon ampuni kami!” Gadis itu tiba-tiba saja bersujud di kaki Trisya.
Trisya tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Dari pakaiannya, jelas sekali jika gadis itu juga merupakan putri seorang bangsawan. Lalu bagaimana bisa ia bersujud di kaki orang lain?
“Nona, tolong jangan seperti ini!” Trisya menjadi salah tingkah kemudian berusaha membantu nona muda dan pengawalnya itu untuk kembali bangkit.
“Trisya, kau tidak apa-apa?” Trisya menoleh ke belakang. Tampak Aston sedang terburu-buru menghampirinya dengan raut wajah khawatir.
“Trisya, apa kau terluka?” Lalu, tatapan Aston beralih pada gadis muda dan pengawalnya yang kini masih dalam keadaan bersujud memohon ampunan Trisya. “Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Bukankah itu Count Aston?”
“Ah iya. Dia keponakan Sang Duke. Kira-kira apa yang akan dia lakukan setelah melihat sepupu kesayangannya menindas orang lain, ya?”
“Iya, apalagi yang ditindas sepertinya juga putri seorang bangsawan.”
“Eh tapi, yang kudengar, Nona Muda Lovatta memang memiliki kepribadian yang kurang baik.”
“Ya ampun, aku baru sadar kalau Nona Muda yang bersujud itu adalah Nona dari kediaman Count Morsche!”
Trisya tersentak mendengar nama keluarga itu. Kenapa nama tersebut terdengar tidak asing di telinganya? Tanpa Trisya sadari, ternyata Aston sudah lebih dulu membantu si nona muda untuk bangkit.
“Kamu tidak apa-apa? Sebenarnya, apa yang terjadi antara Nona dengan adik sepupu saya?” tanya Aston pada gadis itu.
Gadis itu mulai mengangkat wajahnya, sehingga Trisya pun dapat melihatnya. Bentuk alis dan bola mat aitu … Trisya seakan dapat mengenalinya dari sebuah deskripsi yang pernah ia baca. Kemudian, nama yang samar-samar tadi sempat ia dengar, kembali terlintas di benaknya. ‘Nona muda dari kediaman Morsche? Apa mungkin-‘
“Count Aston? J- jadi Nona Lovatta ini adalah-“
“Dia adik sepupu saya, Nona Rania. Apa terjadi sesuatu antara Anda dan Trisya?”
Trisya sontak saja membulatkan matanya. RANIA! Dia kah Rania Morsche? Ia tidak mungkin salah mengenali sang karakter utama dari n****+ ini. Jadi, dia kah Lady yang pada akhirnya akan merebut hati Sang Putra Mahkota itu?
“It- itu … tadi pengawal saya tidak sengaja menabrak Nona Lovatta, kemudian-“
“Tuan Count, apa Tuan Count tahu, kalau Nona Lovatta tadi baru saja menindas pengawal Nona Morsche? Sepertinya issue yang saya dengar mengenai Nona Trisya selama ini benar, ya?” sahut seorang ibu-ibu yang sejak tadi mengamati mereka.
“Apa? Memangnya kapan saya menindas? Saya tidak-“
“Wah sepertinya saya salah bicara. Baik, Nona Lovatta. Sepertinya saya harus diam sebelum Anda juga mencelakai saya,” potong ibu-ibu itu, yang didukung tatapan sinis publik sekitar.
“Kakak, tapi aku tidak menindas siapa pun,” bela Trisya.
“Kami melihat sendiri Nona Lovatta menarik pengawal Nona Morsche hingga terjatuh saat dia hendak menolong Nona Lovatta. Lalu, Nona Lovatta membuat Nona Morsche bersujud seperti tadi. Apa bukti itu masih kurang? Publik bahkan sudah melihat kelakuan buruk Anda, Nona. Jadi sebaiknya Anda jangan menyangkal!”
Dua pengawal Trisya langsung menghampiri orang-orang yang menyerang Trisya dengan kata-kata pedas itu, bersiap memberi pelajaran. Karena bagaimana pun, mereka memang dipekerjakan untuk melindungi putri Sang Duke.
“Lihat! Dia bahkan sekarang menyuruh pengawalnya untuk-“
“Berhenti di sana!” teriak Aston. Aston melarang pengawal Trisya untuk berbuat lebih jauh. Sejenak, semua orang yang ada di sana pun terdiam.
“Nona Rania, apa Anda dan pengawal Anda baik-baik saja?” tanya Aston untuk memastikan satu kali lagi.
“K- kami baik-baik saja. Tapi Nona Lovatta, Nona, Anda pasti-“
“Saya juga baik-baik saja. Tapi, kenapa hanya diam saat tahu semua orang mengatakan hal buruk pada saya? Bukankah Anda tahu apa yang terjadi? Saya tidak meminta Anda untuk bersujud atau sebagainya, kan? Anda sendiri yang-“
“Trisya, berhentilah menggertak Nona Rania!” sergah Aston.
Trisya menoleh ke arah kakak sepupunya itu. Trisya baru sadar, jika semua yang ia lakukan pada Rania terlihat salah. Apa memang seperti ini jalan hidup seorang tokoh antagonis? Trisya bahkan tidak punya niat buruk apa-apa. Ia hanya menanyakan pada Rania, kenapa dia sama sekali tidak bicara untuk membela Trisya di saat ia melihat Trisya diserang bertubi-tubi seperti tadi?
“Aku tidak sedang menggertaknya, Kakak. Aku hanya-“
“Lebih baik sekarang kita kembali, Trisya. Sepertinya kamu butuh waktu untuk merenungkan kesalahanmu hari ini!” potong Aston.
“Kakak, kita bahkan belum jadi membeli keperluan melukisku. Bukankah tadi kamu berjanji untuk menemaniku belanja?” protes Trisya.
“Mungkin lain kali. Untuk sekarang, sebaiknya kau aku antar pulang dulu. Ayo!” Trisya menoleh ke arah para dayang dan pengawalnya yang kompak langsung menundukkan kepala, seolah mereka juga turut merasa serba salah.
Trisya menatap Rania sekali lagi. Gadis itu tampak seperti orang kebingungan yang tidak tahu harus berbuat apa. Apakah tokoh Rania memang selugu itu? Atau sebenarnya gadis itu memang pandai berakting menjadi gadis lugu?
Oh ayolah, Trisya tidak ingin penilaiannya terhadap salah satu tokoh kesayangannya itu rusak. Kenapa semua harus jadi seperti ini di pertemuan pertama Trisya dengan tokoh favoritnya dalam n****+ itu?
Trisya tak dapat menahan kekesalannya. Ia pun segera melangkah mendahului Aston. Ia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini. Sepertinya, memang akan lebih baik jika ia menghindar dari si tokoh utama. Karena setiap kali tokoh antagonis berada di dekat si tokoh utama, maka ia pasti akan terlihat jahat dan salah. Ya. Sepertinya memang seperti itulah jalan hidup si karakter antagonis seperti Trisya.
“Lihat! Nona Morsche jatuh pingsan!!!”
Trisya yang mendengar itu pun sontak menoleh ke belakang. Dan benar saja. Entah apa yang baru saja terjadi, namun Rania tampak tergeletak begitu saja, yang segera di kerubungi oleh beberapa dayang dan pengawalnya
“Kenapa harus ada kebetulan yang separah ini?” gumam Trisya. Karena ia tahu, pasti orang-orang di sana akan kembali menyalahkannya atas hal ini. Padahal, ia bahkan tidak menyakiti Rania sedikit pun. Ia tidak berbuat jahat apa pun pada Rania.
“Apa yang terjadi di sini?”
Suara itu … Trisya tidak tahu jika masih akan ada hal yang lebih buruk terjadi setelah ini. Dan penyebabnya adalah, pertemuan dua karakter utama, beserta si tokoh antagonis dalam sebuah kesalah pahaman. Dan sayang sekali, di sini Trisya justru harus menjadi sang antagonis itu.
“Hormat kami, Yang Mulia Putra Mahkota.” Semua orang kompak memberi hormat. Sementara itu, Pangeran Terry berhenti sebentar di hadapan Trisya.
“Kekacauan apa lagi yang kamu buat hari ini, Nona Trisya?” sindir Sang Putra Mahkota.
Trisya mengepalkan tangannya erat-erat. Kenapa semua orang harus menyalahkannya atas apa yang tidak Trisya lakukan?
“S- saya tidak berbuat apa-apa. Tapi, saya menjelaskannya pun, Anda tidak akan percaya, kan?” jawab Trisya sambil berusaha menahan rasa geram.
Tablo – pengawal Sang Pangeran tampak membisikkan sesuatu pada tuannya. Dan Trisya tebak, itu pasti masih seputar kesalahpahaman antara Trisya dengan Rania, karena setelah itu Pangeran Terry langsung menatap ke arah Rania.
“Sebagai seorang Putra Mahkota, tentu saya harus lebih mendahulukan fakta di lapangan, dibanding ucapan salah satu putri dari kerabat dekat keluarga kerajaan,” ujar Pangeran Terry, yang kemudian melewati Trisya begitu saja, menuju ke arah Rania.
Trisya sontak memutar kepalanya, melihat ke mana Pangeran Terry pergi. Pangeran Terry mengambil alih Rania dari pengawalnya. Pangeran Terry menggendong Rania dan membawanya pergi dari sana, yang menimbulkan kericuhan di tengah warga. Namun, dari apa yang Trisya dengar, sepertinya masyarakat menyambut hal itu dengan suka cita.
‘Oh s**t! Kenapa dadaku mendadak terasa sesak seperti ini?’ umpat Trisya dalam hati, sambil matanya terus mengawasi ke mana Pangeran akan membawa Rania pergi.
“Trisya, ayo kita pulang!” Trisya merasakan tarikan ringan di tangannya, dan saat ia melihat apa yang terjadi, ternyata Aston sudah meraih tangannya dan menariknya untuk segera pergi.