Episode 8

1240 Words
Episode 8 #Struggle_and_Love Rumah Bayu "Siapa dia?" Tanya Bu Rahayu, ibunya Bayu. Luna mengambil inisiatif menyalami ibu Bayu. Beliau tampak tidak ramah dan tidak suka melihat Luna. Mungkin Bu Rahayu berpikir kalau Luna adalah pacar Bayu. "Dia calon pembantu yang baru ma. Dia sepupu Mimin. Dia butuh pekerjaan untuk biaya kuliah." Jawab Bayu berbohong. Mimin manggut-manggut untuk meyakinkan Bu Rahayu. "Pembantu? Sepupu Mimin? Kok tidak mirip?" Tanya Bu Rahayu curiga. "Ruri keturunan Cina mom, makanya dia cantik." Jawab Mimin asal. Bu Rahayu kembali menatap anaknya. Tak selang berapa lama pak Rudi, ayahnya Bayu, turun dari lantai atas. Beliau tampak heran melihat Luna yang berdiri di samping Mimin. "Dia siapa?" Tanya pak Rudi. "Calon pembantu kita yang baru pa. Ini sepupunya Mimin. Papa percaya?" Tanya Bu Rahayu pada suaminya. "Cantik." Ujar pak Rudi. Bu Rahayu dan Bayu malah melotot mendengarnya. "Papa apa-apaan sih? Mama tidak meminta papa untuk menilai wajahnya." "Papa juga cuma memuji ma. Dia cantik. Siapa namamu?" Tanya pak Rudi. "Ruri tuan." Jawab Luna sopan. Gadis itu kekeh mau menyembunyikan identitas aslinya. "Kamu punya pengalaman bekerja sebagai pembantu?" Tanya Bu Rahayu. Luna menggeleng. "Tapi saya bisa masak, bisa nyuci, bisa bersih-bersih rumah, bisa semuanya nyonya." Jawab Luna percaya diri. "Mama banyak tanya deh. Tenang saja ma, Bayu sudah membuktikan kalau dia berbakat jadi pembantu. Mama tidak perlu khawatir." Ujar Bayu mantap. "Lagi berdebat apa sih?" Tanya Bima, kakak tertua Bayu yang baru pulang. Bayu tampak tidak suka saat Bima datang. Beda halnya dengan Mimin dan Luna. Kedua orang itu malah menelan ludah begitu melihat kehadiran Bima. Bima, laki-laki matang usia 30 tahun, dengan postur tubuh tinggi dan tegap. Wajahnya tampan, kulitnya putih, hidungnya mancung melebihi Bayu. Luna sampai melongo melihat laki-laki itu. "Hei bocah, Mimin, mau sampai kapan kalian melototi kakak?" Gerutu Bayu. Luna dan Mimin jadi salah tingkah. Bima mengerutkan dahi saat menatap Luna. "Menurutmu apa gadis itu cocok jadi pembantu di rumah kita?" Tanya Bu Rahayu pada Bima. Bima menatap ibunya heran. "Pembantu? Dia?" Tunjuk Bima pada Luna. Bu Rahayu mengangguk mengiyakan. Bima kembali menatap Luna dari kepala sampai kaki. Luna semakin salah tingkah karena di tatap demikian. "Kau yang membawanya kemari?" Tanya Bima pada Mimin. Mimin mengangguk malu-malu. Sejak Bima datang, laki-laki kemayu itu tak henti-hentinya menatap Bima genit. "Dia sepupu Mimin." Jawab Bayu cuek. "Aku sih terserah mama. Kalau mama setuju, aku juga setuju. Lagi pula kita memang kekurangan pembantu. Yah walaupun aku sedikit meragukan kemampuannya. Tapi, sebuah buku tidak boleh hanya dinilai dari sampulnya. Iya kan pa?" Tanya Bima pada ayahnya yang sedang membaca buku. Pak Rudi mengangguk singkat, tak begitu peduli apa yang sedang dibincangkan oleh semua orang. "Terima saja sih ma. Ruri baik kok." Bujuk Bayu. "Sejak kapan kau begitu peduli pada pembantu? Jangan-jangan kau dan Mimin membohongi mama?" Selidik Bu Rahayu. "Mereka tidak bohong nyonya. Saya benar-benar butuh pekerjaan." Jelas Luna. "Kenapa sih ma? Memangnya apa yang salah dengan Ruri?" Tanya Bayu. "Ah sudahlah, mama malas berdebat denganmu. Baiklah Ruri, kau boleh bekerja di sini. Tapi dengan satu syarat, kau tidak boleh tinggal di bangunan utama. Tempatmu ada di perumahan di belakang sana." Ucap Bu Rahayu sembari menunjuk ke arah belakang. Luna manggut-manggut meski tidak tau dimana tempat yang dimaksud Bu Rahayu. Setidaknya sekarang Luna bisa bernafas lega. Dia sudah punya tempat untuk sembunyi. "Satu lagi, jangan coba-coba untuk menggoda anak-anakku." Tambah Bu Rahayu memberi peringatan. Luna kembali mengangguk. Yah, ibu mana yang rela kalau anaknya pacaran sama pembantu. Pikir Luna. *** Luna mengedarkan pandangan ke penjuru rumah keluarga Bayu. Rumah mereka benar-benar besar. Bahkan melebihi rumah Luna. Pantas saja sejak SMA Bayu sering gonta-ganti mobil, ternyata dia benar-benar orang tajir. "Hei mau melotot sampai kapan? Ayo cepat ku antar ke kamarmu." Ajak Mona, rekan kerja Ruri. Luna segera mengikuti langkah Mona. Setelah melewati kolam renang dan taman belakang rumah, sampailah mereka pada kamar yang dimaksud Mona tadi. Ternyata bangunan tersebut adalah rumah satu kamar yang dulunya di tempati tukang kebun keluarga Bayu. Tapi setelah punya rumah sendiri, tukang kebun mereka tidak tinggal di sana lagi. Itu yang Luna dengar dari Mona. "Kau harus membersihkan rumah ini Ruri. Sudah 2 bulan rumah ini kosong." Jelas Mona. "Iya kak." Ujar Luna sopan. "Aku tidak bisa membantumu. Aku harus masak dan beres-beres. Kalau kau sudah selesai, kau boleh membantuku di dapur." Jelas Mona lagi. Luna hanya mengangguk dan membiarkan Mona berlalu. Sepeninggal Mona, Mimin datang menghampiri Luna yang sedang bersih-bersih. "Hei bocah apa kau perlu bantuan?" Tanya Mimin. "Tidak perlu kak. Aku bisa sendiri kok." Tolak Luna sopan. "Baguslah." Ucap Mimin sambil merebahkan diri di sofa yang baru saja Luna bersihkan. Rumah yang kini Luna tempati, memiliki perabotan lengkap dan masih bagus. Mungkin perabotan itu adalah perabotan yang tidak lagi di pakai di rumah utama. Luna maklum, orang kaya biasanya suka ganti perabotan sesuka hati. "Kau beruntung bisa tinggal di rumah sebagus ini. Jadi, jangan sampai mengecewakan dan mempermalukan Bayu." Pesan Mimin sambil bermain game. "Iya kak aku akan mengingat itu." Ucap Luna. "Satu lagi, aku tidak tau seperti apa hubunganmu dan Bayu, tapi ku harap kau tidak terlibat skandal dengannya. Dia itu artis yang sedang naik daun, tidak boleh ada skandal, apalagi dengan pembantu." Tambah Mimin. Luna hanya mengangguk. Luna tau Mimin menghawatirkan karir Bayu. Dia sangat maklum mengingat sejak sebelum jadi artis, Bayu sudah dikelilingi banyak fans. "Oh iya kau juga harus tau, Bayu punya jadwal padat, dia jarang pulang ke rumah. Jadi, tidak ada yang akan membelamu jika kau melakukan kesalahan. Untuk itu jaga diri baik-baik. Jangan ceroboh." Lanjut Mimin. "Iya kak Mimin. Aku janji akan baik-baik disini." Jawab Luna. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, Mimin pamit pada Luna. Bayu punya jadwal syuting sore ini. Kemungkinan, laki-laki itu akan pulang malam atau tidak pulang sama sekali. Luna menggut-manggut paham dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda. *** Sudah 3 hari sejak Luna bekerja di rumah Bayu. Dia diterima dengan baik di sana. Bahkan Bu Rahayu langsung menyukai Luna begitu mencicipi makanan yang dibuat gadis itu. Sudah 3 hari juga Bayu tidak pulang, Luna tidak begitu tau jadwal kerja laki-laki itu. Luna juga tidak bisa menghubungi Bayu karena tidak punya ponsel. "Ruri buatkan Bima kopi dan antar ke ruang kerjanya. Setelah itu kau boleh beristirahat." Perintah Bu Rahayu. "Iya nyonya." Jawab Luna sopan. Gadis itu bergegas membuat kopi. Sudah pukul 9 malam. Sudah saatnya bagi Luna untuk pulang dan tertidur. Setelah membuat kopi, Luna buru-buru mengantar kopi ke ruang kerja Bima. Tak lupa gadis itu mengetuk pintu sebelum masuk. "Kopinya tuan." Ucap Luna sembari meletakan kopi di atas meja. Bima tak menjawab. Matanya sibuk memainkan game di layar TV. Luna mematung menatap game yang sedang Bima mainkan. Itu adalah game yang diciptakan oleh kakaknya. Mereka sering bertaruh menggunakan game itu. Sayangnya Luna selalu kalah meski Lando sudah memberi tau cara mainnya. "Kenapa belum keluar?" Tanya Bima saat melihat Luna masih berdiri di ruang kerjanya. "Ah maaf tuan. Saya tidak sengaja." Jawab Luna takut. Saat gadis itu hendak pergi, Bima mencegahnya. "Kau bisa bermain game?" Tanya Bima. Luna mengangguk. Bahkan dia tau dimana harta Karun tersembunyi yang harus dicari di setiap levelnya. Lando sudah memberi tau Luna detail level di game itu. Game 'Seize treasure', game ciptaan Lando yang rilis beberapa bulan yang lalu. "Sungguh?" Tanya Bima penasaran. Luna kembali mengangguk. "Saya sering bermain bersama kakak saya, tuan. Game yang menyenangkan sekaligus menegangkan." Ujar Luna. "Kalau begitu, mau main bareng?" Tawar Bima. Luna ingin menolak, tapi Bima sudah lebih dulu mengatur game yang dia putar, menjadi dua pemain. Mau tidak mau, Luna duduk di samping Bima. Tak berapa lama, game pun dimulai. Luna tampak asyik bermain sambil sesekali memberi tau Bima apa yang harus dia lakukan. Bahkan, berkat Luna, Bima naik level dengan mudah. Menit demi menit berlalu. Luna sudah sangat lelah dan butuh istirahat. Tapi Bima belum mau berhenti dan memaksa gadis itu untuk terus bermain. Alhasil, Luna malah ketiduran di ruang kerja Bima. To be continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD