“Jangan dulu bilang sama Abah, ya, A. Terima kasih untuk rujaknya.” Narendra mengangguk, menerima helm yang diberikan oleh Ditha. Tangannya tidak tahan untuk memperbaiki anak rambut yang mencuat dan tidak rapi. Semula terulur, tetapi urung karena ternyata Ditha lebih sigap memperbaiki sendiri. “Katakan jika siap dan Aa akan langsung datang melamar,” ucap lelaki itu dengan keyakinan penuh. “Terima kasih karena Aa begitu gentle sebagai seorang lelaki. Tapi sebelum memutuskan, Ditha pengen kita saling kenal terlebih dahulu. Setidaknya Ditha tahu latar belakang Aa lebih jauh lagi. Seperti keluarga Aa misalnya.” “Tidak masalah, Aa bisa bawa Ditha bertemu Ibu, adik dan adik ipar juga ponakan yang lucu. Nanti Aa juga bawa Ditha untuk bertemu dengan anak-anak. Tapi mungkin enggak sekarang, Dit