Ocha menyerah
“Pukul 11:30 aku sudah selesai dengan mainanku, mengoperasikan komputer, Bersantai Ria aku merebahkan Tubuh Sambil membalas Chat demi chat, terutama Ocha yang aku chat, untuk Dela, masih aku mengabaikannya. Ocha mulai terpancing dengan Chat yang sedikit seronok, bahasanya menunjukkan kalau ocha mau denganku, meski sudah jujur mengatakan kalau aku adalah seorang pengangguran. Ocha memutuskan mengajak bermain di kost yang ditinggali, setelah aku berpikir, sepertinya aku ragu menemuinya, meski aku sudah tahu tentang dirinya yang sebagai Seorang Ayam kampus, aku sangat menghargai nya.
Beberapa jam kemudian setelah lama aku mengobrol lewat chat dengan Ocha, aku memutuskan untuk menemui Ocha di tempat di mana dia kost, segera aku menyiapkan motor besarku dan memanaskannya, dengan perasaan tersenyum aku melihat motorku sudah cukup pantas jika berjalan bersama Ocha nantinya, aku melihat jam tangan dan segera aku masuk ke dalam rumah menuju kamar meraih jaket hitam yang aku miliki, tanpa ragu aku menggenggam Blackberry memberitahu Ocha lewat chat kalau aku segera meluncur ke kosannya.
Aku mulai menaiki motor dan tanpa ragu segera aku berkendara, dengan sangat percaya diri mengenakan jaket kulit hitam, celana jeans hitam robek di kedua dengkul, beserta sepatu boot kulit coklat pasta yang mengkilat, aku tersenyum-senyum sendiri di jalan, karena aku tahu kalau aku akan mendapatkan kemolekan tubuh Ocha.
25 menit kemudian aku sudah sampai di depan kosan Ocha, dengan aku diarahkan nya lewat telepon yang masih menyala terselip di telinga kanan di balik helm yang aku kenakan. Kosan Ocha sangat Asri, aku kagum melihatnya, mataku tertuju pada halaman kosan yang ditumbuhi rapih dengan rumput gajah mini yang meluas menutupi taman, gerbang hitam pun dihiasi dengan bunga-bunga di atas pagar, untuk kosan Ocha terdapat dua baris berisi 5 kamar di setiap barisnya saling berhadapan, kemudian pandanganku tertuju pada ocha yang melambaikan tangan kalau dia sudah berada di depan pintu kamar menungguku, aku tersenyum melihatnya, segera aku menggeser gerbang ke kanan untuk membuka, lalu begitu saja aku masuk bersama motorku dan berhenti di depan kamar Ocha.
Perlahan aku standarkan motor, dan melihat Ocha, yang sangat cantik menurutku, Ocha yang berpakaian celana Boxer pendek ketat hampir sepangkal paha, dan kaos hitam polos dengan dadanya yang membusung membuatku merasa tertantang. Aku mendekati Ocha, dia tersenyum lalu aku menyodorkan tangan dan berkata. “Apa kabar cha? Ucapku tersenyum kepadanya, dia pun balas tersenyum, namun ia segera menarik tanganku dan mengarahkanku masuk begitu saja tanpa melepas sepatu.
Ocha lalu menutup pintu lalu menguncinya, lalu hordeng bermotif kartun Dia tutup rapat-rapat. Aku hanya tersenyum lalu ia membalikkan tubuh menghadapku dan berkata. Lepas aja sepatu lo Ben, tarok aja di bawah pintu.
He he iya cha.. jawabku tersenyum, ocha kemudian berjalan ke arah kasur busa besar nomor satu yang terhampar di lantai, segera aku membuka sepatu yang bertali dan meletakkannya di lantai, kemudian aku melepaskan jaket hitam yang aku kenakan dan menggantungkannya di belakang pintu. Segera aku menghampiri ocha yang duduk beralas kasur busa miliknya, kemudian aku duduk disampingnya dan pandangan kami sama-sama melihat ke depan pintu.
“Apa nggak bermasalah kalau pintu ditutup gini cha? Tanyaku di sampingnya, ocha tersenyum menoleh ke arahku dan menjawab.
He he.. nggak papa Ben, justru kalau pintu terbuka gak enak sama lingkungan. Ucapnya, tersenyum manis, sekilas aku memandang tubuhnya, terutama wajah, hingga ke paha ocha yang putih membuatku sangat bernafsu ingin segera melakukannya.
Oh iya Rara mana ya Cha? Tanyaku dan yang pasti hanya pengalihan.
Em... rara masih ada tamu, itu di kamar dia yang paling ujung dari sini. Ucapnya, mendengar kata tamu aku sangat faham kalau Rara juga pun sama seperti ocha.
“O... Ada tamu, tamu kelaparan ya? ha ha ha.. ! candaku, dan Ocha pasti sangat paham dengan maksudku.
He he.. bisa aja lo Ben. Kata Ocha, lalu tanpa sadar tangannya yang menggenggam tangan kananku ia meremas-remasnya perlahan, aku pun balas meremas, perlahan ia menyinggah kan kepalanya di bahu lengan kanan, aku menolehnya dan yang kulihat rambut hitam panjang Ocha dan kedua paha putihnya, bersama deru nafas dan degup jantungku semakin membuatku bernafsu, aku tahu ini adalah tanda kalau aku harus memainkannya.
Tangan kiriku mulai membelai rambutnya perlahan, terlihat bulu matanya perlahan bergerak merasakan belaian kasih sayang, Aku segera meraih dagunya dengan telunjuk kiriku dan mengangkatnya mengarah ke wajahku, ia menatapku, dan aku menatapnya, ia mulai memejamkan mata memberi isyarat kalau aku harus memulai. Kudekatkan bibirku ke bibirnya, dan tidak dapat dihindari ciuman pun berlangsung.
[SENSOR]
“Setelah selesai, Sejenak kami sama-sama terdiam memandang langit-langit ruang, aku menghela nafas bersama peluhku, Ocha pun sama terlentang namun ia menutupi tubuhnya dengan selimut.
Lo masukin di dalem ya ben? Tanya Ocha dengan maksud s****a yang aku keluarkan.
Iya Cha... ucapku singkat.
Ih lo Ben... Hm... keluh manja Ocha.
He he... iya tanggung Cha, lebih enak di dalam keluarinnya... jawabku tertawa kecil.
Iya enak... tapi kan ngeri bagi gue... yaudah gak usah dibahas... Kata Ocha sambil tersenyum.
He he... em Cha, elo udah berapa kali kayak gini? Tanyaku sok polos, padahal aku sangat tahu statusnya.
He he... Berapa ya.. lupa Ben he he.. jawabnya enggan ia meneruskan.
Wah.. pasti banyak ya.. ucapku menyindir.
Ih.. enggak lah enak aja.. yang pernah sama gue itu cuma orang-orang khusus saja “Ha ha ha”...! jawab Ocha sambil tertawa.
Ha ha…! wah enak juga ya orang-orang itu lo khususkan, Special banget kayaknya tuh orang-orang ha ha ha.. ! Kataku tertawa terbahak-bahak, karena aku berpikir pasti mereka para tamu yang ingin menikmati tubuh Ocha.
He he.. udahlah Ben, mau lagi gak? Kalo gak gue ganti pakaian... Ucapnya menawarkan, jelas saja aku yang merasa tertantang menjawab.
Mau lagi dong Cha… tanggung..
Jawabku, dan tanpa ragu aku segera mengangkat tubuh menarik selimut lalu kembali menindih tubuh Ocha yang putih dan halus, aku kembali melakukan hubungan itu dengannya, hingga sampai berkali-kali aku melakukannya.
Waktu sudah menunjukkan sore hari tepatnya pukul 5 sore, Aku sudah selesai dan cukup melakukan hubungan dengan Ocha, dan yang pasti aku sudah mulai berpakaian dan mengobrol dengannya, aku merokok dengan santainya ketika itu Ocha sehabis menghidangkan dua gelas kopi hitam di hadapan kami, Ocha pun ikut merokok, sangat panjang lebar kami bicara dan bercanda.
He he... O... jadi gitu, karena hal itu lo jadi kayak gini Cha.. ucapku di tengah pembicaraan.
Iya... sekarang sudah tahu kan lo Ben siapa gue, tapi jujur Ben gue ini suka sama Elo.. lo mau kan sama gue ben? Ucap Ocha biasa saja tanpa adanya drama, dengan rasa simpatiku terhadapnya maka aku menjawab.
Iya Cha.. kita jalani saja, gue juga jomblo Cha, yah yang pasti kita saling mengisi saja dan biasa saja, gak perlu drama-dramaan, yah jujur gue bukan orang yang bertipe Drama gitu, lebih tepatnya gue ini idealis.
He he... iya makasih ya sayang, muach... ! Pokoknya lo harus sering main sama gue... ucapnya sambil mencium Bibirku.
He he... iya Ocha... nanti gue bantu cariin tamu ya.. kataku dan yang pasti aku memang banyak mengenal orang-orang yang suka berhubungan dengan wanita bayaran.
He iya Ben... ucapnya.
“Sampai obrolan kami hingga malam, tepatnya jam 9 malam, dan sebelumnya aku melakukan hubungan kembali dengan Ocha yang terhitung sudah 5 x aku lakukan dengannya, aku segera pergi dengan Ocha, yang menunggu di depan kamar kost, terlihat Rara duduk di depan pintu dengan tamu yang seumuran denganku, aku melambaikan tangan kepadanya, Rara pun membalas, kemudian aku melambaikan tangan dengan Ocha, dan segera menghidupkan motorku, lalu perlahan keluar menuju rumah.
Sambil berkendara aku berfikir, kini aku memiliki pacar lagi yang tak lain Ocha yang sebagai seorang ayam kampus, dan untuk pacarku Dela aku mengabaikannya, aku dan Dela belum pernah melakukannya, dan dalam benakku pasti nantinya aku akan melakukan hubungan dengan Dela.