When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
*** Kediaman Wijaya,. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit, akhirnya Melsa dan sang Paman, Adam, sampai di kediaman mereka. Saat Melsa membantu Adam menurunkan semua barang bawaan mereka, tiba-tiba Lastri dan Lala keluar dan berdiri diambang pintu sambil melipat kedua tangan didada. Lastri menatap tidak suka kepada Melsa. Begitupun dengan Lala. Gadis itu tidak suka melihat sang Ayah lebih akrab dengan Melsa ketimbang dirinya. Adam sering sekali memarahinya, sementara dengan Melsa, ayahnya itu selalu saja bersikap lembut. Hal itulah yang membuat Lala semakin membenci Melsa, ditambah lagi mendapat hasutan dari ibunya. “Assalamualaikum…” sapa Melsa. Ia menatap wajah kesal Lastri yang ditujukan padanya. Mendengar perempuan itu mengucapkan salam, Lastri justru diam