SELAMAT MEMBACA
***
BAGIAN 2: PERKENALAN
Sinar matahari muncul dengan malu-malu menerobos paksa masuk kedalam sebuah kamar di mana seorang gadis tengah terlelap dengan nyamannya. Dia adalah Sera Aurelys Arta Collin, satu-satunya putri didalam keluarga besar Collin. Rara, begitulah biasa keluarga besar dan teman-teman memanggilnya.
Rara, yang tengah terlelap hanyatu didalam mimpi indahnya, terpaksa bangun karena usikan sang mentari.
“Silaunya…” Guman Rara dengan lirih. Dengan perlahan mata cantik itu terbuka. Matanya menyipit menghalau mentari pagi yang bersinar terang.
Rara melirik jam kecil di atas nakas, ternyata sudah siang. Pantas saja matahari sudah begitu terang. Dengan perlahan Rara bangun dari tidurnya. Dia merasa segar setelah tidur nyenyak semalaman. Jarang – jarang Rara bisa tidur nyenyak seperti saat ini jika bukan hari libur. Karena hari ini adalah hari libur berarti hari ini adalah waktunya untuk Rara bermalas-malasan di rumah dan juga bisa bermanja dengan sang mama. Rara tersenyum membayangkan indahnya rencana hari ini. Dia langsung bergegas turun dari ranjang dan pergi kekama mandi. Sebaiknya segera membersihkan diri lalu turun untuk sarapan karena pasti kedua orang tuanya sudah menunggu untuk sarapan bersama.
Sarapan bersama tidak bisa Rara lewatkan, karena sejak memutuskan tinggal sendiri di apartemen dengan alasan ingin belajar hidup mandiri dia hanya akan pulang kerumah kedua orang tuanya setiap akhir pekan.
Mungkin sebagian orang kan mengatakannya bodoh. Terlahir dari keluarga kaya tentu saja sebuah keistimewaan tanpa harus susah-susah belajar hidup mandiri. Kebanyakan para gadis yang terlahir di keluarga kaya akan memilih berleha-leha menikmati hidupnya dan sibuk menghamburkan uang orang tua. Namun itu tidak berlaku untuk Rara, meski keluarganya memiliki perusaan besar yang siap memberinya jabatan tinggi namun Rara memilih hidup mandiri bekerja sebagai seorang karyawan biasa di perusahaan kecil bernama AD Group. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan. Yang sudah menjadi tempatnya bernaung sejak lulus kuliah.
Meski orang tuanya sudah sering menawar kan untuk bekerja diperusahan milik keluarga namun hingga saat ini Rara belum juga menerima tawaran tersebut. Dia lebih memilih untuk bekerja sebagai karyawan biasa, dengan gaji standar.
Awalnya kedua orang tuanya memang tidak memberi izin dengan keinginan Rara, tapi jangan lupa dia adalah keturunan keluarga Collin. Tentu saja sifat keras kepalanya telah mendarah daging. Tidak ada pilihan lain, pada akhirnya kedua orang tuanya pun memberikan izin untuk tinggal di apartemen dengan syarat dia harus pulang setiap akhir pekan tanpa alasan apapun.
Kedua orang tuanya selalu mengeluh kesepian karena anak-anak mereka yang sudah memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri. Meski kediaman keluarga Collin memiliki banyak penjaga yang menjaga rumah dan para pelayan yang jumlahnya puluhan tapi nyonya Collin tetap merasa kesepian dan meminta anak-anaknya untuk sering-sering meluangkan waktu untuk pulang.
"Selamat pagi Papa Mama,'' sapa Rara kepada kedua orang tuanya yang terlihat sudah siap untuk sarapan pagi. Setelah mencium pipi kedua orang tuanya, Rara pun ikut bergabung untuk sarapan.
"Pagi Sayang, bagaimana tidurmu semalam nyenyak kan?" tanya Mama Ana dengan senyuman manisnya.
"Nyenyak Mama sayang, mungkin karena aku terlalu lelah kerja jadi kurang tidur akhir - akhir ini," Jawab Rara.
"Sayang kapan kamu berencana untuk pindah dari perusahaan itu, kamu nggak mau kerja di kantor Papa. Papa bahkan bisa beri kamu jabatan yang tinggi dikantor pusat atau kalau kamu mau kamu bisa memimpin salah satu cabang perusahaan kita di luar negeri, seperti Abang." Papa Arta selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Namun Rara juga selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama.
"Belum saatnya Pa. Rara juga ingin belajar mandiri, mungkin dengan begini Rara bisa tau bagaimana kehidupan yang sebenarnya. Rara mohon Papa mengerti, nanti kalau sudah waktunya pasti Rara akan gantikan Papa menjadi seorang pengusaha yang sukses bahkan lebih sukses dari Papa." Jawab Rara seperti biasanya.
"Baik lah, jika itu adalah kenginanmu. Papa akan lakukan apapun asalkan putri papa yang cantik ini selalu bahagia," jawab papa Arta dengan pasrah. Tidak bisa memaksakan kehendaknya pada sang puteri.
Meski kata orang Arta Collin adalah pria dingin yang sangat mahal senyum dan terkenal tegas tapi sifat itu semua musnah saat dia bersama keluargannya. Saat bersama keluarga, Arta Collin adalah seorang ayah dan suami yang penuh dengan kasih sayang dan kelembutan.
Menurut Rara sang papa adalah laki – laki yang sempurna. Wajah tampannya, sikapnya yang penyayang terhadap keluarga dan satu lagi uangnya yang banyak serta dermawan. Rara selalu memimpikan jika kelak dia akan memilih suami, maka sang papa lah yang akan dia jadikan tolak ukurnya.
(Revisi, 2 Nov 2022)
******BERSAMBUNG ******
WNG, 14 JULI 2020
SALAM
E_PRAS