KATANYA MALAM PERTAMA

1100 Words
"Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi mengingat bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi dua kali, maka aku memilih untuk menikmati." ***  Begini eum.. aku harus bagaimana sekarang? Hehe.  Aku baru aja selesai mandi sepuluh menit yang lalu dan sekarang giliran suamiku, Tuan Gabriel Effendi yang membersihkan diri di kamar mandi. Jadi begini, apa benar ini yang dinamakan malam pertama? Maksudku, ini tugas baru bagiku, selama menjadi hewan peliharaan aku selalu dirawat oleh anak muda atau perempuan tua. Wah, pasti akan baik-baik saja jika aku tinggal dengan pasangan suami-istri sebentar saja.  “Haish.. orang-orang dari PRUNUS itu!” gerutuku pelan. “Jika aku bertemu mereka, aku akan menghabisi mereka stau-satu terutama anggota timku.”  Menatap sekitar, aku mulai terpesona. Ini waw sekali, suasananya lebih romantis daripada hari itu. Tiba-tiba aku memikirkan ini; jika hari itu aku hanya perlu menjawab 'iya', lalu apa yang harus aku lakukan malam ini?  Apa aku tidur lebih dulu saja?  Klek..  Suara pintu kamar mandi yang terbuka. Benar, lebih baik pura-pura tidur saja.  Suara langkah kaki terdengar pelan, AC dalam kamar menyala, tetapi aku merasa seluruh tubuhku panas. Mungkin ini alasan PRUNUS tidak pernah menjadikanku bagian dalam misi penting mereka. Aku bukan pembohong yang baik.  ‘Sudahlah, Arsila, ini bukan saat yang tepat untuk meratapi diri. Pikirkan saja apa yang harus kau lakukan, setidaknya untuk malam ini,’ ucapku dalam hati.   Bagian kasur lain bergerak, sesaat setelahnya aku merasakan sebuah tangan menyentuh rambutku. Pelan, sebelum sebuah kecupan manis mendarat di sisi kiri kepalaku.   "Pasti lelah. Selamat tidur, sayang.”  Aku mendengar suara lirihnya, bahkan tanpa aku menatapnya sekalipun, aku tahu dia tersenyum. Tangannya masih mengelus rambutku pelan. Wah.. sebenarnya siapa wanita yang bernama 'Arisha' ini? Dia beruntung sekali.   Tetapi bukankah sesuatu seperti ini tidak akan terjadi dua kali? Bukankah aku seharusnya menikmati? Benar, aku tidak tahu kapan ‘hal’ rusak ini akan diperbaiki dan bisa saja mereka akan menjadikanku sebagai hewan peliharaan lagi. Yup! Selagi kesempatan seperti ini ada, mari dinikmati.  "Riel.." Aku membuka mataku perlahan. Aku sudah mendengar dari beberapa keluarga Gabriel bahwa aku selalu memanggilnya dengan sebutan ‘Riel’ sebagai panggilan sayang. Sebenarnya aku pernah memanggilnya Gabriel dan dia menatapku dengan tatapan terkejut. Sebenarnya meskipun kerusakan sistem seperti ini membuatku bersyukur, aku juga merasa hilang arah karena kekurangan informasi.  "Aku pikir kamu sudah tidur," katanya. Gabriel menatapku lembut sebelum menngelus pipiku dengan tangannya. "Kamu pasti lelah."  Aku yang awalnya membelakanginya mulai berbalik dan menghadap ke arahnya. Jantung manusia ini.. terakhir kali aku merasa berdebar adalah saat aku menjadi seekor kucing yang hampir saja tertabrak mobil. Lalu sekarang manusia tampan ini membuat jantungku berdebar? Baiklah, tidak apa-apa.   "Riel.."  "Hm?"  "Boleh aku menanyakan sesuatu?"  Gabriel menatapku sebentar, apa tatapan matanya selalu sehangat ini? Jika iya, aku tidak bisa untuk tidak terus merasa iri kepada Arisha. Posisinya sangat nyaman dan menenangkan, setidaknya dia tidak harus mengeong dan menggonggong.  "Tentu,"  Pertama, aku harus tahu siapa sebenarnya Arisha dan berusaha memerankan sosok wanita ini dengan baik.   Kedua, karena menurutku ini adalah kesalahan sistem, aku harus mulai mencari informasi sendiri. Aku tidak terhubung kepada pusat sama sekali dan begitupun sebaliknya, karena itulah aku harus bertahan sendiri untuk sementara ini.  Ketiga, tentu aku harus memulainya dengan memanfaatkan Gabriel. Gabriel adalah 'suamiku', dia pasti sangat mengenal Arisha. Sebisa mungkin aku harus mendapatkan banyak informasi darinya.  "Hari itu, saat kita pertama kali bertemu, menurutmu aku bagaimana?"  Gabriel langsung tersenyum, "Sepertinya kamu sangat menyukai hal seperti ini, kamu terus menanyakan pertanyaan berulang."  Heh?   "Tentu aku menyukainya," secara alami aku memukul d**a Gabriel. "Karena itu kamu harus terus menjawabnya."  Sepertinya aku harus menggunakan hasil latihan aktingku selama bertahun-tahun hari ini, di malam pertama kami sebagai pasangan suami-istri. Ck, ini semua karena selama hidup sebagai manusia normal, aku hanya meratapi diri di rumah dan tidak pandai bersosialisasi. Wah, aku bersyukur PRUNUS mengajariku banyak hal- tidak, sebenarnya mereka menyiksaku dalam banyak hal. Latihan mereka hampir membunuhku dua kali.  "Apa lagi yang ingin kamu tahu, hm?"  Gabriel membawaku ke dalam pelukannya yang anehnya tidak terasa asing sama sekali. Entah kenapa pelukannya membuatku merasa nyaman. Ini perasaan berbeda dengan saat aku menjadi kucing atau anjing dan dipeluk majikanku sendiri. Hehe.  "Semuanya."  “Semuanya?” Gabriel mengulangi perkatanku, dia mengusap lembut punggungku dan terus mengecup puncak kepalaku. Tampaknya dia dan 'Arisha' sering berpelukan seperti ini. Irinya..  Shhh, nikmati saja sebelum Arisha asli kembali.  "Waktu itu kamu bahkan sama sekali tidak melirikku, disaat para sepupu kamu berebut untuk duduk denganku, kamu lebih suka duduk sendiri. Setelahnya kamu mulai menjauh dari keramaian pesta malam itu bersama segelas minuman beralkohol," Gabriel terkekeh pelan. "Padahal kamu tidak bisa minum alkohol."  Begitu? Bodoh juga ya si Arisha ini sampai salah mengambil minum.  "Karena aku penasaran, aku memilih untuk mengikutimu dan apa yang aku lihat? Nona muda ini hampir pingsan karena segelas kecil alkohol."  Dia tertawa, menimbulkan rasa iri di dalam benakku. Pasti menyenangkan mempunyai kisah seperti itu. Pesta, alkohol, pria tampan.. sangat buruk karena aku hanya menyia-nyiakan hidup di masa lalu.  "Arisha?"  "Hm?" Sahutku pelan. Aku tidak pandai menyembunyikan kesedihanku, karenanya sebelum dia melihat dan curiga, aku semakin menyusup dalam pelukannya.  "Ngantuk, ya?"  Apa-apaan nada kecewa itu? Ah, benar, ini adalah 'malam' pertama itu. Dia pasti mengharapkan sesuatu yang lain.  "Riel.."  "Ya?"  Aku mendongak, membuat mata kami bertemu. Gabriel sedikit menaikkan alisnya, bertanya alasan kenapa aku memanggil namanya.  "Kita mulai saja."  Benar, ayo segera selesaikan 'misi' kali ini. Tapi kenapa aku gugup setengah mati? Ck, ada apa ini. Jantungku bahkan sudah pernah berhenti berdetak, tidak mungkin kan kali ini aku mati untuk kedua kalinya karena jantung meledak?   "Mulai?" Gabriel tiba-tiba mengubah posisinya. Binar matanya berubah, bahkan nada suaranya menjadi lebih rendah dan.. terdengar serak?  Aku harus mulai dari mana? Ciuman di bibir? Benar, aku pernah melihat orang di PRUNUS melakukan hal itu. Mungkin aku bisa mencoba- Gabriel sudah mendaratkan bibirnya di atas bibirku.  Dia sudah lebih dulu melakukannya.  Semuanya terasa berjalan lebih lambat dari biasanya. Rasanya seluruh tubuhku terbakar, panas dan malu. Aku bisa mendengar desah nafas dari laki-laki yang bermain di sekitar leherku ini. Apa mereka selalu melakukan ini? Kenapa dia terlihat ahli? Atau hanya aku saja yang bodoh disini?  Gabriel menggenggam kedua tanganku, dia menyatukan tangan kami dalam genggaman erat. Aku hampir tidak mendengar apapun kecuali desah nafasnya. Bahkan saat dia tersenyum di atasku dan memintaku untuk tidak menahan nafas- ouh, ini gila. PRUNUS akan membunuhku jika mereka tahu aku melakukan ini.  Malam itu berjalan dengan rasa asing yang mengalir di seluruh aliran darahku, ketika dia memelukku dari belakang, mengecup bahu terbuka ku dan mengucapkan selamat tidur, aku merasa akan meledak saat itu juga. Tanganku perlahan bergerak untuk menyentuh tangan Gabriel yang melingkar di perutku.  Baiklah, selamat tidur. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD