BAB 2

1097 Words
CITRA POV Aku adalah anak yatim piatu yang di besarkan oleh orang tua angkat yang sudah lama tidak memiliki anak. Aku masih ingat ketika usiaku tujuh tahun, aku di adopsi oleh sepasang suami istri yang sangat baik terhadapku. Mereka yang membesarkan dan menyekolahkanku hingga aku lulus sarjana. Suatu hari orang tua angkatku memberi amanah padaku untuk mengurus panti asuhan yang sudah lama mereka dirikan sejak dulu karena mereka berpikir bahwa akulah yang pantas untuk mengurus panti asuhan karena hanya aku satu - satunya anak mereka. Meskipun aku bukan anak kandung mereka, tetapi aku berusaha menjadi anak yang patuh dan menuruti semua perkataan mereka. Tidak beberapa lama kedua orang tua ku meninggal karena kecelakaan yang menimpa mereka saat menaiki mobil yang mereka tumpangi. Saat itu aku sangat sedih dan berusaha merelakan kepergian mereka. Aku berjanji pada diriku sendiri akan mengurus panti asuhan dengan sebaik mungkin sesuai dengan amanah yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Saat ini aku berusia dua puluh sembilan tahun dan sampai saat ini aku masih sendiri karena aku fokus merawat anak - anak yatim piatu yang berada di panti asuhan. Rasanya aku sangat iba terhadap mereka karena sejak kecil mereka tidak memiliki kedua orang tua. Aku jadi teringat masa kecilku saat berada di panti asuhan tidak jauh beda dengan mereka saat ini. Meskipun begitu, aku sangat bersyukur karena aku tidak sendirian semenjak aku menjadi pengurus panti asuhan. Setiap hari aku di kelilingi oleh anak - anak yatim yang sangat membutuhkan bantuan dariku. Hidup mereka tergantung dariku dan aku memiliki tanggung jawab yang besar untuk merawat mereka sampai ada orang yang mau mengadopsi mereka. Suatu hari ada sepasang suami istri yang datang ke panti asuhan untuk mengadopsi salah satu dari anak panti. Mereka terlihat sangat baik dan sepertinya sudah lama tidak memiliki seorang anak. Aku mengantar mereka untuk menemui anak - anak yatim dan mereka tertarik kepada seorang bayi laki - laki yang baru di tinggal oleh ibunya karena ibunya tidak sanggup untuk membesarkannya. " Ibu Citra, setelah kami melihat - lihat, kami tertarik ingin mengadopsi bayi laki - laki ini. kalau boleh tau siapa nama bayi ini?" tanya pria itu sambal menggendong bayi mungil itu. " Namanya Andre. Ia baru beberapa hari yang lalu di titipkan di panti asuhan ini oleh ibunya karena ibunya tidak sanggup untuk membesarkannya karena keterbatasan ekonomi dan suaminya yang pergi bersama wanita lain." Kataku sambil menjelaskan kepada pasangan suami istri itu. " Sungguh malang bayi mungil ini. Bisakah kami mengadopsinya sebagai anak kami?" tanya pria itu dengan penuh harap padaku. " Tentu saja. Saya akan membantu anda untuk mengurus surat adopsi." kataku sambil tersenyum kepada mereka. " Terima kasih ibu Citra atas bantuannya." Kata pria itu sambil mencium pipi Andre dengan lembut. Sepasang suami istri itu terlihat sangat bahagia karena tidak lama lagi mereka akan memiliki seorang anak yang sudah lama mereka idam - idamkan sejak dulu. Aku membantu mereka untuk mengurus semua dokumen yang diperlukan untuk adopsi anak meskipun membutuhkan waktu yang lama tetapi mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Rasanya hari ini aku sangat bersyukur karena Andre tidak lama lagi akan di adopsi oleh sepasang suami istri yang sangat baik. Aku berharap mereka bisa merawat Andre dan menyayanginya seperti anak kandung mereka sendiri. Tidak beberapa lama ada anak panti yang memanggilku. Namanya adalah Fanny. Ia berusia tujuh tahun dan semenjak ia berusia lima tahun, ia sudah di tinggal oleh orang tuanya. Aku masih ingat ketika pertama kali Fanny datang ke panti asuhan ini, badannya terlihat sangat kurus dan ibunya memintaku untuk merawat anaknya di panti asuhan karena ibunya tidak mau membesarkannya. Rasanya saat itu aku sangat iba terhadap Fanny karena ibu kandungnya tidak menginginkan dirinya dan semenjak itu aku merasa ada ikatan batin dengan Fanny. Aku menganggap Fanny seperti anak kandungku sendiri dan Fanny terlihat sangat nyaman saat berada di dekatku. Aku tau ia menganggapku seperti ibu kandungnya sehingga ia bersikap sangat manja padaku. " Ibu Citra, hari ini aku mendapat nilai seratus karena aku berhasil menjawab pertanyaan dari ibu guru." Kata Fanny sambil tersenyum padaku. Rasanya hatiku sangat senang mendengarnya. " Anak pintar. Ibu sangat bangga padamu. Ibu tau kau anak yang sangat cerdas. Ibu akan memberikan hadiah padamu." Kataku sambil mengajaknya ke dapur. Aku memberinya sekotak cokelat yang aku beli kemarin dan Fanny terlihat sangat senang sambil tersenyum padaku. Setelah itu aku menyuruh Fanny untuk berganti pakaian dan menyuruhnya untuk makan siang bersama dengan anak panti yang lain. Rasanya aku sangat bahagia melihat Fanny dengan anak - anak panti yang lain tersenyum bahagia. Aku sudah menganggap mereka semua seperti anak kandungku sendiri dan aku berharap suatu hari nanti mereka menjadi orang yang sukses. Tiba - tiba ada seorang pria yang datang ke panti dan ia meminta bantuan padaku karena ia tersesat di jalan. Ternyata pria itu berasal dari luar kota dan di sepanjang jalan ia mencari jalan untuk kembali ke kota asalnya tetapi ia tidak tahu arahnya. Lalu aku membuatkan peta agar ia bisa kembali ke kotanya. Pria itu terlihat masih sangat muda dan sepertinya usianya tidak jauh denganku. Tiba - tiba pria itu jatuh pingsan dan aku langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa dan aku meminta tolong kepada anak panti untuk membawakan sepiring kue dan segelas air hangat. Aku melihat pria itu terlihat sangat lemas dan sepertinya ia belum makan. Tidak beberapa lama pria itu terbangun dan aku menyuruhnya untuk meminum segelas air hangat. Aku merasa pria itu sangat kelelahan sehingga aku memintanya untuk beristirahat di panti dan melanjutkan perjalanannya besok pagi. Akhirnya pria itu setuju untuk bermalam di panti dan aku sudah mempersiapkan kamar kosong untuk ia beristirahat. " Terima kasih anda membolehkan saya untuk menginap disini." ucap pria itu sambil tersenyum padaku. Entah kenapa melihat senyuman pria itu membuat jantungku berdebar sangat kencang dan aku berusaha bersikap datar agar ia tidak curiga padaku. " Sama - sama. Saya sangat senang bisa membantu anda. Sebaiknya anda beristirahat." kataku sambil aku cepat - cepat pergi dari hadapannya karena aku tidak ingin ia tau apa yang aku rasakan sekarang. Rasanya sudah lama aku tidak merasa seperti ini dan aku tidak ingin memiliki perasaan terhadap pria yang baru ku kenal. Aku tidak ingin merasakan sakit hati seperti dulu dan sekarang aku hanya ingin fokus merawat anak - anak panti agar masa depan mereka baik dan mereka bisa menjadi orang yang sukses meskipun mereka tidak akan berada di panti ini untuk selamanya. Suatu hari mereka akan di adopsi oleh seseorang yang memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dan aku harus mempersiapkan diri untuk melepas mereka meskipun sangat berat. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk merawat anak panti dengan setulus hati dan aku sudah menganggap mereka seperti anak kandungku sendiri.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD