Delano merasa kebas pada lengan tangannya yang tertindih kepala Airin, ia tertidur namun seketika ia terbangun saat melihat wajah Airin yang sembab karena air mata. “kenapa menangis?” Tanya Delano sambil menyampingkan tubuhnya menghadap Airin. Airin segera mengusap air matanya, ia mencoba tersenyum. “enggak. Airin hanya kelilipan pak boss.” “jangan bohong. Apa jangan-jangan kamu tidak suka melihat aku disini?” Airin menggelang keras, ia menampik tuduhan Delano. bahkan jika ia berani mengatakan, dirinya sebenranya sangat senang melihat Delano yang begitu tampak dekat dengan dirinya. “Airin Cuma kangen rumah pak boss. Sudah lama Airin tidak pulang.” “oh! Kalau begitu besok aku anter kamu pulang kampung ya?” Airin menggeleng lagi. “tidak! Biar Airin saja yang pulang pak boss. L