“sekarang lo ingin gue anter kemana lagi?” memandang Airin mengalihakn pandangannaya kearah jendela mobil, memandang kosong kegelapan malam yang semakin larut. “antarkan Airin pulang kekampung mas om.” “eh? Lo beneran? Lo gak pamit dulu ama suami lo dulu?” Airin menggeleng, hatinya terlelu sakit jika mengingat Delano membantaknya. Sungguh! Ia masih sangat sakit hati. Eh? Kenapa? “sadar Airin! Lo bukan siapa-siapa.” Gumamnya sambil terus menggelengkan kepalanya. “Butet! Lo k?” “enggak apa-apa mas om. Sebaiknya Airin antar pulang kampung saja.” Melano mengangguk, meski suasananya sudah semakin menggelap, Melano bertekat tetap akan mengantarnya. Masalah Delano? nanti ia akan fikirkan lagi. Sekarang yang terpenting adalah mengantar Airin sampai ketujuan awalnya. “baiklah jika