Bab 18 - Membantu Mencarinya

2794 Words
Halo, Fellas. Kembali lagi dengan cerita bertema remaja dan misteri dariku. Berharap kalian menyukainya. Akan sangat menyenangkan jika kalian dapat menyukai dan memberikan komentar membangun pada ceritaku yang berjudul "Ten Reasons Why She's Gone." ini. Atas kekurangan yang akan kalian temukan dalam cerita ini, penulis memohon maaf. Terima kasih. *** • Selamat Membaca • Chapter sebelumnya... Dari kejauhan itulah, Vanya melihat Musa didorong dan dipukuli lagi. Namun, tak ada satupun orang yang membantunya karena mungkin ketakutan dengan perawakan Baron yang besar dan penuh tato. Tak ada satupun orang yang berani mendekat. Hati Vanya teriris. Preman-preman itu pasti menghukum Musa karena dirinya kabur dan melarikan diri tanpa sepengatahuan siapapun. Perlahan, air mata terjun bebas melewati kedua pipi gadis itu. Ia menangis melihat Musa yang menderita karena keputusannya. "Maafin aku, Musa," gumamnya. Yang tentu tak akan pernah sampai ke telinga lelaki muda itu. Baron dan dua anak buahnya lantas melanjutkan perjalanan, sembari sesekali mendorong Musa untuk bergerak lebih cepat. Mereka semua pasti sedang mencari Vanya yang dianggap kabur. Dan setelah mereka berempat pergi, barulah Vanya dapat sedikit bernapas lega. Ia segera menyeka air mata di pipinya yang tirus agar Wina maupun Edwin tak curiga. "Gue nggak bisa kaya gini, gue nggak akan biarin Musa menderita lagi." Vanya kemudian memikirkan sesuatu. "Gue harus ngelakuin sesuatu. Gue bakal cari cewek yang namanya Valerie itu dan gue bakal minta tolong sama dia buat nyelamatin Musa. Bodo amat kalau dia mau penjarain gue atau enggak. Yang penting, gue harus tolong Musa sama teman-teman yang lain. Gue nggak akan ngebiarin Baron berlaku nggak adil lagi sama anak-anak itu." Dan hari itu, Vanya pun memutuskan untuk membulatkan tekadnya. Untuk bisa menemukan keberadaan Valerie yang asli dan meminta imbalan bantuan kepada Wina dan Edwin jika berhasil menemukannya. "Musa, bertahan ya. Gue bakal datang dan nolongin lo secepatnya. Gue janji gue bakal datang dan nyelamatin kita semua dari pria busuk bernama Baron itu," kata Vanya bermonolog dengan dirinya sendiri. *** Mobil hitam yang dikendarai oleh Pak Jaka pun kini telah masuk ke dalam garasi. Mesin sedan itu dimatikan dan seluruh penumpang pun turun. Edwin kemudian menyela, "Wina, Valerie, Papa nggak akan ikut masuk ke dalam ya." Membuat kedua orang itu saling melempar pandangan bingung sebelum salah satunya membuka suara. "Kamu mau langsung ke rumah sakit, Mas?" Dan pria dengan kemeja hitam pendeknya itu pun mengangguk mengiyakan. "Aku sudah berhari-hari nggak kerja. Banyak dokter lain yang keteteran, kamu nggak apa-apa 'kan jaga Valerie sendirian hari ini?" Wina lantas mengangguk. Ia tersenyum lembut kepada Valerie, sebelum akhirnya kembali melihat suaminya. "Kamu hati-hati di jalan." Edwin mengecup dahi Wina. "Iya, Sayang. Nanti aku kabarin ya kalau udah sampe." Dan pria itupun berjalan kembali untuk masuk ke mobil lain di garasi. Edwin menggunakan mobil pribadi miliknya untuk pergi ke rumah sakit dan membiarkan Pak Jaka beristirahat. Sementara itu, Wina terus melambai sampai akhirnya mobil yang dibawa oleh suaminya tak lagi terlihat. Wanita itu kemudian mengelus lembut puncak kepala Vanya dan tersenyum kecil. "Kamu langsung ke kamar aja ya, kamu ganti baju dan istirahat. Nanti biar Mama dan Bi Inah siapkan makan siang buat kamu." "I-iya, Ma." Vanya pun segera berjalan meninggalkan Wina dan kembali ke kamarnya. Mengingat tujuannya adalah untuk membantu Musa yang disiksa oleh Baron, gadis itu pun teringat dengan pesan yang ditinggalkan seseorang, yang mungkin saja adalah Valerie, lewat secarik kertas di dalam lemari. Gadis itu segera memeriksa ke bawah kasur, tempat dimana dirinya menyembunyikan kertas itu dan membaca ulang isi dari kertas tersebut. "Jadi, gue cuma perlu nyalain laptop itu dan cari Valerie. Kalau dia ketemu, gue bakal langsung minta tolong ke dia buat nolongin Musa. Oke, gue pasti bisa." Vanya pun menarik kursi berwarna putih di hadapannya dan kini bertatapan langsung dengan layar laptop yang baru saja dibukanya. Kini, gadis itu merasa seperti seorang murid sungguhan karena duduk di meja belajar yang bagus. Ia mulai menekan tombol power yang berhasil ditemukannya dengan susah payah karena ini adalah kali keduanya. Mesin laptop mulai aktif dan layar pun menyala. Ditatapnya baik-baik isi dari halaman utama yang ditampilkan benda berwarna putih di hadapannya. "Kata sandi?" Sebuah permintaan kata sandi menyambut indera penglihatan Vanya. Yang justru membuatnya kebingungan seketika. Ia mengernyitkan keningnya dan menggaruk tengkuk lehernya secara reflek. "Apa kata sandinya ya?" Vanya membolak-balikan kertas kusut yang ada di tangan kirinya. Berharap ada jejak atau petunjuk tentang bagaimana seharusnya gadis itu mengisi kolom kata sandi yang terpampang di sana. Namun, tak ada apa-apa di atas kertas itu. "Apa gue isi asal-asalan aja ya?" Vanya berpikir dan menimbang-nimbang untuk sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba kombinasi angka secara acak. "Oke, kita cobain aja." Percobaan pertama tampaknya tidak berjalan baik. Kata sandi dinyatakan salah dan terlihat bahwa gadis itu hanya memiliki dua kesempatan lagi. "Ah, coba yang gampang aja deh angkanya." Namun, gadis itu kembali membuat kesalahan dan kesempatannya hanya tinggal satu kali lagi. "Duh. Salah mulu. Ini kata sandinya apa ya kira-kira? Apa gue isi pake tanggal lahir gue aja?" Vanya tertawa pelan. "Tapi mustahil banget kata sandinya laptop Valerie malah pake tanggal lahir gue. Ah, gue coba aja deh tapi. Kalau salah ya yaudah, artinya gue emang harus hidup di rumah ini sebagai Valerie. Anggap aja gue punya kehidupan baru. Cobain deh." Perlahan, Vanya mulai mengetikan tanggal lahirnya di papan keyboard dan terakhir, begitu selesai, gadis itu pun menekan tombol enter. "Hahaha gue pasti udah gila karena berpikir kata sandinya dia itu--anjir!" Halaman utama yang akhirnya terbuka membuat kedua mata Vanya membulat seketika. Ia bahkan sampai menutup mulutnya karena hampir berteriak. Vanya benar-benar terkejut. "Gi-gimana dia tahu gue bakal ada di sini dan tanggal lahir gue?" Vanya melihat secarik kertas yang dia simpan di dekat laptop dan berbicara, "Sebenarnya lo itu siapa sih, Valerie?" Seolah-olah kertas itu adalah Valerie. Vanya mencoba menarik napas dalam-dalam, menstabilkan tubuhnya yang mungkin saja akan mendapatkan serangan jantung jika saja usianya jauh lebih tua. Ia kemudian mulai mengutak-atik layar. Namun tak ada apa-apa di sana, selain sebuah folder bertuliskan, Untuk Vanya. Yang hanya membuat gadis itu semakin kebingungan. Ia pun menggelengkan kepalanya perlahan dan mengumpat, "Anjing! Dia bahkan tahu nama gue." *** INFO TIME. Adopsi adalah tindakan mengadopsi; diadopsi. Mengadopsi adalah untuk mengambil ke dalam keluarga seseorang (anak dari orang tua lain), terutama akibat perbuatan hukum formal. Hal ini juga dapat berarti tindakan hukum mengasumsikan orang tua seorang anak yang bukan milik sendiri. Di Barat, ada beberapa keraguan tentang kekuatan cinta keluarga untuk anak angkat. Beberapa penelitian oleh Evan Donaldson Institute menunjukkan bukti lebih dari ini. Hampir sepertiga orang mempertanyakan anak angkat percaya kurang terkontrol, lebih sakit, dan mudah akan kecanduan n*****a dan alkohol. Juga, 40 - 50 persen diadopsi berpikir mungkin akan memiliki masalah perilaku di sekolah. Tetapi orang tua angkatnya digambarkan oleh hampir 90 persen sebagai "beruntung, diuntungkan, dan tidak egois". Orang dewasa yang memutuskan untuk mengadopsi seorang anak, memiliki hak dan tanggung jawab sebagai orang tua kandung terhadap anak yang diadopsinya. Adopsi merupakan tindakan mengangkat anak orang lain sebagai anaknya sendiri. Dilansir dari laman resmi Parents, terdapat sebanyak 2,3 persen anak di bawah umur yang diadopsi atau tinggal bersama orang tua angkat. Menurut Biro Sensus Amerika Serikat tahun 2010, angka tersebut sama halnya dengan terdapat 2.072.312 anak di bawah 18 tahun yang diadopsi. Namun begitu, tidak sedikit anak-anak yang masih membutuhkan dukungan agar dapat menemukan keluarga yang mereka inginkan. Dua tipe adopsi Terdapat 2 tipe adopsi anak seperti yang diwartakan oleh Planned Parenthood: 1. Adopsi tertutup Tipe adopsi ini merupakan situasi ketika orang tua angkat tidak banyak berhubungan dengan orang tua kandung anak yang diadopsi. Situasi tersebut dikenal juga dengan adanya keterbatasan informasi di antara keduanya, sehingga tipe ini dapat menjadi pilihan ketika orang tua angkat menginginkan privasi yang lebih luas. 2. Adopsi terbuka Tipe adopsi ini, biasanya terjadi ketika hubungan antara orang tua angkat dan orang tua kandung sudah terjalin sebelum proses adopsi, bahkan anak yang akan diadopsi nantinya sudah mengetahui hal ini sebelumnya. Amerika Serikat merupakan negara yang paling sering menjalani tipe adopsi ini. Tidak jarang ke dua belah pihak, masih terus menjalin hubungan hingga anak beranjak dewasa. Tipe adopsi terbuka, akan memberikan lebih banyak pilihan kepada orang tua angkat untuk melihat latar belakang anak yang akan diadopsinya, bahkan terdapat regulasi khusus untuk melakukan kunjungan dengan anak yang akan diadopsi. Mitos anak adopsi Meski begitu menurut Pijar Psikologi, terdapat stereotip ataupun stigma yang ada pada masyarakat terhadap anak adopsi, di antaranya: 1. Anak adopsi dapat dijadikan sebagai "pancingan" Adanya tekanan sosial membuat orang tua yang belum dikaruniai anak tidak jarang memutuskan untuk mengadopsi seorang anak. Langkah ini biasanya disebut "pancingan" agar segera diberikan anak. Padahal, cara ini belum bisa dibenarkan untuk dijadikan motivasi dalam mengadopsi seorang anak, meski memang benar akan meringankan tekanan sosial. Orang tua yang ingin mengadopsi anak lebih baik dapat melakukannya dengan benar dan tanpa paksaan. 2. Anak yang diadopsi lebih berpotensi "bermasalah" daripada anak kandung Kondisi psikis yang dialami anak adopsi memang beragam seperti, masalah neurologis ataupun sosial. Biasanya hal itu terjadi karena adanya trauma, stigmatis, perubahan budaya, ataupun kondisi orang tua kandung yang tidak harmonis. Akan tetapi, hal ini jarang sekali tercatat data lengkapnya. Padahal sebenarnya, anak yang diadopsi perlu keterbukaan dengan orang tua angkat. Keterbukaan tersebut seperti, anak adopsi memahami asal-usul keluarga kandungnya. Orang tua angkat perlu memahami konsep adopsi dengan baik, sehingga tidak melakukan tindakan yang tidak diinginkan, termasuk menghilangkan identitas asli anak adopsi. Hal tersebut penting karena, terdapat regulasi resmi yang mengatakan bahwa anak adopsi tetap memiliki hubungan darah dengan orang tua kandung. Tidak hanya itu, orang tua angkat juga wajib memberitahukan anak adopsinya terkait asal-usulnya. Secara psikologis, keterbukaan antara orang tua angkat dan anak adopsi akan berdampak pada konsep dan harga dirinya ketika beranjak dewasa. Selain itu, anak adopsi akan memahami perbedaan peran orang tua adopsi dan orang tua kandung dalam hidupnya. 3. Orang tua angkat tidak menyayangi anak adopsi Keputusan untuk mengadopsi anak bukanlah hal yang mudah untuk dapat dilakukan, maka dari itu mereka juga harus dapat memastikan bahwa mereka adalah calon orang tua angkat yang dapat memberikan kasih sayang, dan perhatian yang cukup untuk anak adopsinya. Walaupun orang tua kandung dipandang dapat lebih memberikan semua itu dengan baik, namun sebenarnya cinta dan keterikatan tidak bisa diukur hanya dengan faktor keturunan saja. 4. Adopsi anak hanya dapat dilakukan oleh pasangan yang menikah Seperti yang tertulis pada Peraturan Pemerintahan (PP) nomor 54 tahun 2007 tentang kewajiban yang harus dimiliki orang orang tua kandung seperti, dukungan finansial, lingkungan, asal usul anak agar dapat meningkatkan kualitas hidup anak nantinya. Biasanya keputusan mengadopsi anak tanpa adanya ikatan pernikahan, akan membuat orang dewasa menjadi single parent. Sehingga orang dewasa tersebut perlu memperhatikan regulasi yang berlaku agar betul-betul siap mengembangkan kualitas anak yang lebih baik. *** Keputusan adopsi anak kini menjadi pilihan pasangan orangtua. Pertimbangannya beragam, mulai dari keinginan mengasuh anak untuk mengurangi tingkat putus sekolah, sampai dengan alasan kesehatan, seperti susah mempunyai keturunan. Regulasi adopsi anak di Indonesia di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 pasal 7, adopsi dibedakan menjadi dua, yaitu pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia dan pengangkatan anak antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing. Ada berbagai macam syarat dan prosedur yang harus ditempuh dan dipenuhi untuk dapat mengadopsi anak. Berikut merupakan syarat dan prosedur mengadopsi anak yang dikutip melalui Portal Informasi Indonesia. 1. Memenuhi persyaratan adopsi Syarat anak yang akan diangkat. a. Belum berusia 18 (delapan belas) tahun b. Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan c. Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak d. Memerlukan perlindungan khusus. Usia anak angkat sebagaimana yang dimaksud adalah: a. Anak belum berusia 6 tahun, merupakan prioritas utama b. Anak berusia 6 tahun sampai dengan belum berusia 12 tahun, sepanjang ada alasan mendesak c. Anak berusia 12 tahun sampai dengan belum berusia 18 tahun, sepanjang anak memerlukan perlindungan khusus. Syarat calon orangtua angkat. a. Sehat jasmani dan rohani b. Berumur paling rendah 30 tahun dan paling tinggi 55 tahun c. Beragama sama dengan agama calon anak angkat d. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan e. Berstatus menikah paling singkat 5 tahun f. Tidak merupakan pasangan sejenis g. Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak h. Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial i. Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak j. Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak k. Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat l. Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 bulan, sejak izin pengasuhan diberikan m. memperoleh izin Menteri dan/atau kepala instansi sosial. 2. Orang tua yang hendak mengadopsi anak harus mengirimkan surat permohonan adopsi. Setelah syarat calon orang tua dan calon anak terpenuhi, langkah lanjut yang harus ditempuh adalah mengirimkan surat permohonan pengangkatan anak. Apabila adopsi dilakukan antara orang tua pasangan WNI dan WNI atau WNI single parent maka surat permohonan adopsi anak harus dikirimkan ke Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi tempat tinggal calon orang tua. Namun, jika yang akan melakukan adopsi adalah pasangan orangtua WNI dan WNA, maka permohonan pengangkatan anak harus disampaikan ke Kementerian Sosial (Kemensos). 3. Dinsos dan Kemensos akan membentuk Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak (Tippa) Setelah surat permohonan pengangkatan anak diterima Dinsos atau Kemensos, maka akan dibentuk Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak (Tippa). Tim Tippa yang dibentuk di Dinsos akan diketuai oleh Kepala Dinas atau Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial. Sementara itu, jika surat permohonan dikirimkan di Kemensos, tim Tippa akan diketuai oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial dengan anggota dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Kesehatan dan Polri. 4. Tim Tippa akan mengirim Tim Pekerja Sosial (Peksos) ke rumah calon orang tua angkat Tim Peksos akan dikirim untuk mengadakan dialog dengan calon orangtua angkat untuk memeriksa kelayakan calon orang tua secara psikologi, sosial, ekonomi dan melihat segala aspek kelayakan untuk bisa mendapatkan hak asuh. Tim Peksos akan mengunjungi calon orang tua angkat selama 2 kali dalam masa 6 bulan. Setelah melakukan pengecekkan, tim Peksos akan menyampaikan hasil pemeriksaan terhadap calon orang tua pada tim Tippa. 5. Tim Tippa akan meminta kelengkapan calon orangtua angkat Setelah hasil pemeriksaan terhadap calon orang tua diterima, berdasarkan rekomendasi tim Peksos, tim Tippa akan meminta kelengkapan orangtua angkat berupa: a. Bukti pernikahan yang sah, minimal 5 tahun. Berarti, orantua angkat yang pernikahannya kurang dari 5 tahun, tidak akan diizinkan. b. Surat keterangan sehat jasmani rohani dari rumah sakit. c. Surat keterangan tidak pernah melakukan pelanggaran hukum atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). d. Surat keterangan penghasilan sehingga layak mengangkat anak. 6. Menunggu hasil pemeriksaan Jika semua syarat tersebut dipenuhi, maka Mensos akan memberikan rekomendasi berdasarkan rekomendasi tim Tippa bahwa calon orang tua diizinkan unutk mengadopsi anak. Setelah surat rekomendasi pengangkatan anak terbit, calon orang tua angkat akan mendapatkan hak pengasuhan sementara selama 6 bulan. Setelah masa pengasuhan sementara selama 6 bulan hasilnya baik, maka pengangkatan anak akan ditetapkan oleh pengadilan. *** Mengadopsi anak entah itu sejak bayi atau ketika balita, membuat kita memikirkan kapan waktu yang tepat untuk mengungkap status yang sebenarnya. Terlebih, jika kita sudah sangat menyanginya dan menganggapnya seperti anak sendiri, menyampaikan fakta ini tentu semakin berat. Banyak pertanyaan lalu muncul di benak orangtua, -misalnya, perlukah melakukannya? Atau, adakah waktu yang tepat mengatakannya? Saat anak usia berapa sebaiknya memberi tahunya? Perlu atau tidak? Banyak bukti menunjukkan, bersikap jujur kepada seorang anak tentang status adopsi dapat membantu dia menata perasaan saat mereka dewasa kelak. Berbicara dengan anak tentang kenyataan bahwa dia diadopsi, akan membantu mereka memahami cerita tentang dirinya. “Memiliki cerita yang lengkap memungkinkan anak memahami dunianya, merasa terikat denganmu (orangtua angkat)." "Juga, membangun identitas dia sebagai orang yang tangguh dan menyenangkan yang juga diadopsi, dan untuk merayakannya menjadi anggota keluarga,” demikian disebut di laman Cradle. Meskipun banyak orangtua mungkin takut akan reaksi anak saat mendengarkan fakta ini, yang terjadi seringkali justru kebalikannya. Mengungkap sesuatu dengan jujur dan terbuka memang membutuhkan kerendahan hati dan tidak hanya memikirkan diri sendiri Di sisi lain, hal ini juga akan membuat anak yang diadopsi bisa mempelajari sejarah dirinya dan memprosesnya dengan kemurahan hati, dan keterbukaan. Dia bisa merasakan rasa cinta yang dalam yang diberikan orangtua angkat, siapa pun sebenarnya orangtua kandungnya. Kapan waktu yang tepat? Artikel di Parents.com mencatat, waktu yang tepat untuk mengatakan fakta ini berkaitan erat dengan perkembangan si anak. Afiliasi dari Harvard Medical School, Dr. Steven Nickman yang juga pakar dalam studi dan praktik adopsi mengungkapkan pandangannya. Nickman menyarankan agar orangtua mengungkapkan fakta ini ketika mereka berusia antara usia 6-8 tahun. Mempertimbangkan usia yang tepat untuk mengungkapkan fakta, penting dalam hal ini. Sebab, anak-anak prasekolah masih memiliki ketakutan akan kehilangan orangtua dan rasa cinta dari mereka. Sedangkan anak-anak yang lebih tua, sudah merasakan kehangatan sebuah keluarga di rumah dan sudah merasa aman. Anak pada usia 6-8 tahun ini juga sudah bisa memahami konsep adopsi. Berangkat dari alasan itulah, mengatur waktu yang tepat dan mempersiapkan anak-anak dengan baik perlu dilakukan orangtua sebelum mengungkap fakta tentang status mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD