11. Biarkan Aku Egois

804 Words
Mata Kiren terbelalak saat Fabian mendekatkan kepalanya ke wajahnya. Ia tak bisa membiarkan Fabian menciumnya di depan banyak orang terlebih di hadapan Aurel dan Okin. "Stop Bian!" ucap Kiren dengan tegas. "Lalu apa kamu mau bicara denganku?" mata Fabian menatap Kiren tajam. "Iya." Kiren membalikan tubuhnya pergi mendahului Fabian. Fabian tersenyum penuh kemenangan. Walau dengan paksaan Kiren tetap mau mengikuti keinginannya. Ia pun mengikuti Kiren yang telah berjalan mendahuluinya menuju parkiran mobil. Kiren dan Fabian berhenti di parkiran mobil yang tampak sepi. Mobil-mobil sudah memenuhi area parkiran sehingga tidak ada lagi yang berlalu lalang di sana. "Apa maumu?" tanya Kiren tanpa basa-basi. "Aku mau kamu kembali sama aku," ucap Fabian. "Hahaha… Kamu bercanda Bian. Aku sudah katakan berulang kali kalau aku tidak akan pernah mau kembali sama kamu." "Aku mohon, aku ga sanggup kehilanganmu." "Kamu harus sanggup!" "Apapun akan aku lakukan agar kamu mau kembali lagi Ren." "Yakin kamu mau melakukan apapun?" "Iya aku yakin." Kiren menatap Fabian dengan menyunggingkan bibirnya, ia tahu ada 1 cara agar laki-laki itu tidak lagi mendekatinya dan sangat yakin kalau ia mengatakan hal tersebut Fabian tidak akan bisa membantah apapun. "Katakan apa maumu agar kamu mau kembali ke aku. Aku akan melakukan semuanya demi kamu," ucap Fabian bersungguh-sungguh. "Putuskan Aurel!" ucap Kiren dengan suara tegas dan menatap laki-laki di depannya tajam. Fabian terperanjat mendengar perkataan Kiren yang memintanya untuk memutuskan Aurel. "Kamu tau aku ga bisa melakukan itu." Kiren mendekati telinga Fabian dan berbisik, "jadi jangan harap aku mau kembali ke kamu." Mencium pipinya lalu mendorong tubuh Fabian. Dengan langkah kaki penuh percaya diri Kiren berjalan keluar parkiran mobil. Ia tak akan tertipu kata-kata Fabian lagi. Sudah cukup ia merasa terhina dan malu pada dirinya sendiri sudah menjadi selingkuhan kekasih sahabatnya. Fabian tak bisa membiarkan Kiren pergi begitu saja, ia berlari menarik tangan Kiren dan mencium bibirnya secara paksa. Kiren sangat terkejut Fabian menciumnya, ada perasaan ingin menolak, tapi ada juga perasaan rindu yang tak tertahankan. Netra Kiren terpejam tanpa bisa mengontrolnya. Ia sangat menikmati belaian lidah Fabian yang menciumnya begitu penuh gairah dan perasaan cinta yang menggelora. Setelah puas saling berciuman Fabian menatap wajah Kiren. "Aku mencintaimu, Kiren," ucap Fabian lembut. Kiren menatap Fabian dengan tak percaya. Kata-kata ini selalu ditunggunya, selalu dinantikannya, tapi kenapa baru sekarang? "Maaf aku terlambat mengatakan kalau aku begitu mencintaimu, aku tak sanggup kehilanganmu. Berpisah denganmu benar-benar membuatku sangat tersiksa." Fabian membelai wajah Kiren. Kiren menundukan kepalanya. Ia tak sanggup lagi mendengar perkataan Fabian. "Ini ga bisa boleh Bian. Kita ga bisa begini." Kiren menggelengkan kepalanya perlahan. Fabian memegang kepala Kiren untuk menghentikannya menggelengkan kepalanya sendiri lalu memegang dagu wanita yang dicintainya. "Aku memilihmu. Aku akan meninggalkan Aurel demi kamu," ucap Fabian menatap Kiren penuh rasa cinta. Kiren tak percaya. Ia menatap Fabian penuh tanda tanya. "Bagaimana mungkin kamu akan meninggalkan Aurel demi aku?" "Apapun akan aku lakukan demi kamu, Kiren. Apapun itu." Fabian menarik tubuh Kiren ke dalam pelukannya. "Aku takut kehilanganmu." Air mata Kiren seketika tumpah dalam pelukan Fabian. Ia sama sekali tidak pernah menyangka kalau Fabian bisa jadi miliknya bukan milik Aurel lagi, tapi ia tak boleh tertipu lagi. Ia akan meminta bukti pada Fabian. Kiren mendorong tubuh Fabian perlahan dan mengusap air matanya. "Buktikan kalau kamu memilih aku. Aku ga butuh cuman kata-kata karena lidah tak bertulang, lain di mulut lain di hati." "Aku akan memutuskan Aurel saat ini juga," ucap Fabian ingin membuktikan perkataannya ke Kiren. Kiren menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku ingin kamu memutuskan Aurel hanya antara kalian berdua. Di sini ada aku dan Okin, aku ga mau terlibat permasalahan kalian." "Baiklah jika itu keinginanmu." "Berpisahlah dengan Aurel secara baik-baik. Berikanlah alasan apapun dengan caramu agar Aurel bisa menerima perpisahan kalian. Bagaimanapun Aurel adalah sahabatku." "Iya. Inilah yang membuatku jatuh cinta sama kamu, Kiren. Kamu selalu berusaha untuk ga bersikap egois." "Aku ga sebaik itu Bi. Aku sekarang saja sudah bersikap egois memintamu untuk memutuskan Aurel, tapi aku juga punya hak untuk bahagia bukan cuman Aurel." "Kita, Ren. Kita berdua saling mencintai dan kita berdua memutuskan untuk bersama, walau kita harus bersikap egois dan menyakiti perasaan Aurel." "Baguslah kamu bisa memahaminya Bi. Jadi kamu harus bisa menjaga perasaan Aurel dengan cara memutuskannya secara baik-baik." "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali Kiren." "Kamu jangan salah paham Fabian. Aku tegaskan lagi kalau aku belum menerimamu kembali Fabian. Aku akan menerimamu kembali setelah kamu berpisah dengan Aurel." "Iya. Beri aku waktu 1 bulan agar aku bisa berpisah dengan Aurel." "Iya." Fabian memeluk Kiren dengan sangat mesra. Hatinya terasa begitu damai setelah bisa mengungkapkan semua perasaannya. Ia hanya ingin bersama Kiren dan tak ingin kehilangan wanita yang dicintainya. Begitu juga dengan Kiren. Ia merasakan ada perasaan lega meskipun harus menyakiti perasaan Aurel. Tanpa Fabian dan Kiren ketahui kalau ada sepasang mata melihat dan mendengar semua perkataan mereka dengan tak percaya. Tubuhnya bergetar sambil menutup mulutnya agar tidak terdengar suara isak tangisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD