12. Berpura-pura

1007 Words
Wajah Aurel memucat, ia sama sekali tak percaya dengan apa yang telah didengarnya. Tubuhnya bergetar, suaranya tercekat seakan tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. Air matanya mengalir di pipinya lalu menutup mulutnya agar isak tangisnya tak terdengar siapapun. Aurel segera berlari meninggalkan parkiran menuju kamar mandi bioskop agar tidak ketahuan Fabian. Saat di bioskop ia berpapasan dengan Okin dan berlari begitu saja tanpa memperdulikan Okin yang melihatnya bingung. Ia tak sanggup kalau harus berhadapan dengan Fabian dengan keadaannya saat ini. Kaki Aurel tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya, ia terduduk di depan toilet dan menjambak rambutnya. Ia menangis sejadi-jadinya sambil menutup mulutnya. Ia tak ingin ada orang yang mendengar suara tangisannya. Seandainya boleh memilih ia tidak ingin mengikuti Fabian. Ia teringat kejadian saat kebingungan setelah selesai membeli tiket film mencari kekasihnya sampai ia melihat punggung Fabian yang pergi keluar bioskop. "Bian ke mana ya?" Aurel kebingungan mencari Fabian, tiba-tiba matanya melihat punggung Fabian dari kejauhan. "Loh kok keluar sih." Aurel kesal sendiri. "Jangan-jangan mau merokok lagi deh ini, padahal udah aku bilang berkali-kali jangan merokok. Bau nya bikin aku jijik kalau ciuman sama dia. Dasar laki-laki susah diatur!" Aurel dengan semangat mengikuti Fabian. Ia bermaksud untuk memergoki kekasihnya dan sekalian memarahinya. Apalagi akhir-akhir ini Fabian selalu saja merokok tanpa henti membuatnya sangat kesal. "Nah, itu dia ketemu, tapi kok Bian bersama wanita lain?" tanyanya heran. Ia berusaha mengintip dari balik dinding dengan kesusahan. "Aduh siapa yaa itu. Apa aku harus lebih dekat lagi biar tahu siapa perempuan yang dipeluk Fabian?" Aurel melihat ke area parkiran, tapi tak ada tempat untuknya bersembunyi. "Kenapa perempuan itu bicaranya pelan amat sih? Siapa yaa wanita itu?" Walaupun tidak begitu jelas, tapi ia melihat seperti mengenal wanita yang ada di depan Fabian. "Apa itu Kiren? Bajunya mirip Kiren sih, tapi ga mungkin Kiren deh. Masa Kiren tega merebut Bian dari aku sih." Ia menggelengkan kepalanya sendiri. Aurel kembali berusaha melihat Fabian, meskipun hanya bisa melihat dari kejauhan dan suara mereka yang tak begitu terdengar jelas, tapi matanya langsung molot saat Fabian mencium wanita itu. Ia langsung bersandar di balik dinding sambil memegang dadanya yang terasa begitu sakit. Hati Aurel seakan teriris perih, bulir-bulir air matanya menetes di pipinya. Ia tak sanggup melihat adegan kekasihnya ciuman dengan wanita lain. Dengan mata yang dipenuhi air mata membuat softlens yang dikenakannya lepas dari bola matanya. Matanya yang minus 5 dan softlens yang dikenakannya lepas membuat pandangannya kabur, ia tak bisa melihat wanita yang dicium Fabian. Hanya dapat melihat bayangan Fabian memeluk wanita tersebut. Belum selesai keterkejutannya melihat Fabian mencium wanita selain dirinya, sekarang matanya terbelalak saat mendengar kalau Fabian akan memutuskannya. Ia sama sekali tak pernah menyangka kalau Fabian akan meninggalkannya demi wanita lain. Air mata mengalir dengan deras di pipinya, telinganya berdengung seakan indra pendengarannya tak bisa mendengarkan apapun. Badannya tiba-tiba terasa begitu lemas. Ia menutup mulutnya dengan kencang agar suara isak tangisnya tak terdengar. "Ga mungkin. Ga mungkin Bian akan memutuskan aku," ucapnya tak percaya. Aurel memutuskan untuk berlari meninggalkan Fabian dengan wanita yang tak diketahuinya. Sekarang, ia merana sendirian di kamar mandi. Menangis menahan rasa hati yang begitu sakit, kenapa Fabian begitu tega mengkhianatinya? Apa salahnya dan apa kekurangannya sampai Fabian lebih memilih wanita lain? Di saat Aurel menangis kesakitan di dalam kamar mandi, Fabian dan Kiren berjalan sendiri-sendiri menuju bioskop. Kiren tidak ingin Aurel dan Okin mengetahui tentang hubungan mereka dan bisa ketahuan rencana Fabian memutuskan Aurel. Okin yang ditinggal sendirian di bioskop jadi kebingungan. Ia bertambah bingung saat berpapasan dengan Aurel yang berlari masuk ke dalam kamar mandi tanpa memperdulikannya. "Ini kenapa jadi aneh begini, Kak Kiren, Bang Bian kok ga ada. Terus kemarin Kak Aurel malah lari ke kamar mandi," ucap Okin kebingungan sendiri. Kiren melihat Okin. Ia segera menghampiri pemuda yang selama 2 minggu ini selalu ada untuknya. "Hei!" Kiren mengejutkan Okin dengan memukul pundaknya. "Astaga naga! Kak Kiren bikin aku kaget aja sih," ucap Okin sambil mengelus dadanya. "Kamu kenapa kok celingak-celinguk begitu." "Aku cari Kak Kiren yang menghilang. Ke mana sih Kak?" "Aku tadi keluar bentar cari lipstik." "Terus mana lipstiknya?" "Warna yang aku cari ga ada, jadinya ga jadi beli deh." "Ooh gitu… Kirain pergi ke mana." "Eh, Aurel mana?" "Itu tadi Kak Aurel aneh deh Kak." "Aneh kenapa?" "Tadi papasan sama aku, tapi langsung ngeloyor gitu aja ke kamar mandi dan mukanya itu loh aneh kayak orang nangis." Kiren mengernyitkan dahinya. "Sekarang Aurel di mana?" "Masih di kamar mandi lah Kak." "Aku ke kamar mandi dulu." Kiren akan menyusul Aurel ke kamar mandi, tapi saat masuk keadaan di sana sepi. Memang biasanya kamar mandi di bioskop masih sepi jika pengunjung belum selesai nonton film. Apa aku panggil aja kali ya. Kalau begini kan aku ga tau di mana Aurel. Kiren berkata dalam hatinya. "Aurel… Aurel…" Kiren memanggil nama sahabatnya. Aurel yang berada di dalam bilik kamar mandi mengusap air matanya. Ia tak bisa membiarkan orang lain tahu tentang perselingkuhan Fabian dan ia belum bisa mempercayai siapapun, meskipun itu Kiren. "Aurel apa kamu ada di kamar mandi." Kiren kembali memanggil Aurel. "I–iya Kiren. Aku di sini," ucap Aurel membalas panggilan Kiren. Kiren mendekati bilik kamar mandi yang di ujung dan berbicara dari depan pintu. "Rel, kamu baik-baik aja? "Ya, ini perutku agak mules." "Mau aku beliin obat sakit perut?" "Ga usah Ren. Aku bentar lagi keluar kok." "Aku tunggu kamu di sini yaa." "Kamu duluan aja nanti aku susul." "Kamu yakin?" "Aku yakin." "Kalau gitu aku duluan ya." "Iya." Merasa Kiren sudah keluar dari kamar mandi, Aurel pun keluar. Meskipun belum yakin kalau wanita yang bersama Fabian merupakan Kiren, tapi pakaian yang dikenakan Kiren tampak serupa. "Dengar Aurel, ga mungkin Kiren kayak begitu. Ingat dia sahabatmu dan tak akan pernah menyakitimu. Kamu harus yakin kalau wanita itu bukan Kiren." Aurel berusaha menyakinkan dirinya sendiri, tetapi ia juga ragu. Aurel melihat bayangannya sendiri di depan cermin lalu berkata, "kalau Kiren selingkuhan Bian, lihat saja aku ga akan membiarkan kalian berdua bersama." Aurel keluar dari kamar mandi menemui Fabian, Kiren, dan Okin. Ia akan bersikap baik-baik saja agar mereka tidak mengetahui apa yang telah diketahuinya. *****

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD