MW10

1785 Words
"aku adalah S dan kamu adalah K, jadi S&K," suaranya mendominasi dengan suara Sheina yang tertawa bersama seorang anak lelaki yang Sheina lihat hanya bayangan didalam mimpinya, anak lelaki yang ia tak kenali namun bayangannya hampir setiap malam membayanginya, bayangan yang selalu ia mimpikan setiap malam, bayangan yang terus saja mengusik Sheina setiap malam-malam istirahatnya. "Namaku Sheina," jawab Sheina dengan berbalik dengan senyuman khasnya, angin-angin berhembus dengan beberapa bunga-bunga taman yang menyambutnya. Percakapan dirinya bersama anak lelaki yang masih ia berusaha untuk ingat. "Aku adalah S dan kamu adalah K," ucapnya kembali dengan tersenyum, rambut panjang Sheina terlihat bersama senyumannya yang mengembang. "Namaku Sheina," ucap Sheina dengan jawaban-jawaban dirinya bersama anak lelaki. Bagaikan memori yang terus berputar, seperti puzzle yang harus ia selalu temukan setiap malam. Kepingan-kepingan masa lalu dengan Sheina terima memasuki dunia mimpinya, potongan-potongan dirinya bersama masa lalu yang melekat tak pernah hilang. "Sheina," suara Sheina menggema dengan suara tertawanya. Taman luas dengan pohon besar serta beberapa tanaman liar berserta bunga yang tumbuh di sekitarnya. Suara itu tak menghilang dengan panggilan-panggilan yang terus menggema, setiap malam. Bahkan hampir setiap Sheina terlelap dalam istirahatnya, selalu tetap sama. "Sheina," suaranya menghiasi dengan beberapa angin yang menghiasi mimpi tersebut. Tanaman bunga serta pohon yang masih terus ia coba ingat, hingga hari ini. "Adik, bangunlah ... adik ke empat," panggilannya menepuk tangan Sheina dengan tatapan sayang, tatapan yang tak pernah hilang dari kakak-kakak Sheina untuknya. "Kakak, kenapa kakak disini?" Tanyanya dengan terbangun dari istirahatnya. Melihat kakaknya yang datang menemuinya di Surabaya, Sheina tak akan pernah berpikir bahwa kesibukan keluarganya selalu membuat kakak-kakaknya mengkhawatirkannya. "Aku ingin melihatmu, badanmu demam terlebih mengingau seperti itu, apa ingatanmu sudah mulai membaik?" Tanya Venus dengan wajah khawatir. Rambut cokelat dengan bola mata berwarna biru campuran hijau, bola mata manik layaknya batuan emerald. Wajahnya terlihat panik dengan mendengar adiknya mengigau memanggil-manggil seseorang. Seseorang yang selalu Venus dengar setiap saat, setiap adiknya beristirahat. "Akhir-akhir ini aku sering bermimpi suara, hanya saja aku tidak mengenali pria yang berbicara bersamaku." "Tidak apa-apa, lama-lama pasti membaik. Kuliahmu juga akan selesai, pekerjaanmu di Surabaya lancar kan?" Tanya Venus dengan duduk di sebelah adiknya. "Lancar kok kak, kakak ketiga sendirian?"tanya Sheina dengan pakaian kantornya, memakai rok pendek serta tanktop yang ia kenakan dengan blazer miliknya yang terlihat berada di samping ranjangnya. "Aku sengaja buru-buru sepulang bekerja kemari, perjalanan hanya beberapa jam. Kakak kedua sedang dalam perjalanan ke New York, ayah menanyakanmu." "Pakaianku masih pakaian kantor, sepertinya aku tertidur setelah pulang bekerja." "Aku datang kemari ingin mengantarkan ponsel, aku berharap adik ke empat menyukainya, mulai sekarang cobalah menyematkan nama galatica di belakang namamu." "Tapi kak," bantah Sheina dengan memegang tangan Venus. Sheina selalu seperti ini jika kakak ketiganya memaksanya untuk menyematkan nama keluarga. Nama yang tak asing di dunia para pengusaha, nama yang terkenal tak hanya di Indonesia. Hampir seluruh negara mengetahui nama ini, sebuah nama yang menempati posisi nomor pertama di dunia, Galatica. "Tapi apa? Adik ke empat hanya ketakutan, jangan berpikir hal yang aneh-aneh, ayah selalu mengkhawatirkanmu, mulailah memakai nama Galatica di belakang namamu, Agatha Sheina Galatica," ucap Venus dengan meletakkan tangannya di kening adik keempatnya. Adiknya yang selalu ia sayangi dari semenjak ia terlahir, Venus yang paling menyayangi Sheina dari semenjak Sheina kecil. "Kakak akan langsung pulang ke Jakarta?" Tanya Sheina dengan memperhatikan Venus. Venus beranjak dari ranjang milik adiknya, dirinya berjalan dengan melihat beberapa pajangan di sekitar kamar adiknya. "Melihat kondisimu sepertinya aku akan berada disini menemanimu, lusa bisa kembali ke Jakarta. Lagipula kakakmu ini bekerja terus, Wilayah Surabaya pemandangannya bagus terlebih kakak juga ingin berjalan-jalan, adik ke empat beristirahatlah, kakak akan memanggilkanmu dokter dan juga membuatkan makanan untukmu." "Tapi Kak," ucap Sheina dengan keputusan kakaknya untuk berada di Surabaya, wajahnya terlihat agak murung ketika Venus berkata seperti itu. Ia selalu seperti ini jika melihat adiknya sendirian, mengorbankan pekerjaannya hanya untuk menemani adiknya walaupun itu hanya beberapa hari. "Tidak ada Tapi, pekerjaanmu sepertinya semakin banyak, tunggu disini, kalau sudah membaik gantilah pakaiannya. Kakak akan membuatkan makanan untukmu." Ingatan itu masih sangat jelas bagi Sheina, ingatan yang selalu saja datang kepadanya. Mimpi yang datang kepadanya, mimpi yang selalu saja menghampirinya. Ingatannya masih sangat jelas tentang mimpi yang ia alami disaat ia beristirahat. "Sheina, suatu hari kita pasti bertemu lagi." "Mulai hari ini kamu di larang sedih, lihatkan nama kita sudah terukir di pohon, aku akan selalu mendoakanmu, jika sedih lihatlah langit. Namamu sangat bagus," ucap Sheina dengan tersenyum. Ingatan terus terulang dengan Sheina yang baru saja pindah hari ini. Menempati kompleks elite di salah satu Kota Jakarta. "Bukumu terjatuh, baru pindah ya di kompleks ini?" Ucap seorang lelaki dengan tinggi serta d**a bidangnya, wajahnya maskulin dengan suara khasnya. "Iya, terimakasih ya," jawab Sheina dengan suara datar. "Namamu siapa? Lagipula kita bertetanggan," ucap Alexander Kendrick dengan melihat wanita yang kini berada di depannya, Alex tahu ia baru saja pindah ke kompleks ini terlebih rumahnya berdekatan dengan Alex. "Agatha Sheina." "Namamu siapa?" Tanya Alexander Kendrick dengan terkejut, sebuah nama yang tak asing baginya. Sebuah nama yang berarti baginya selama ini. Nama seseorang dengan pertemuan singkatnya dimasa kecil. "Nona, ada telpon dari Tuan Muda Venus, katanya harus segera di jawab atau Tuan Muda Venus akan datang ke rumah Nona Muda Agatha," ucap salah seorang asistant rumah tangga yang bekerja di kediaman Keluarga Galatica. "Sudah dulu ya, senang bertemu denganmu," jawab Sheina dengan berbalik meninggalkan Alex, Sheina memang agak cuek dengan beberapa pria karena memang sifatnya yang pemalu. "Namaku Alexander," jawab Alex dengan suara pelan. Alexander berharap Sheina yang ada di hadapannya adalah Sheina teman masa kecilnya. Nama yang persis sama dengan nama anak perempuan yang sering ia lihat di masa kecil. "Namamu bagus, yasudah aku kembali ke rumahku ya," ucap Sheina dengan mempercepat langkah kakinya. Senyumannya terlihat sesekali dengan melirik ke arah Alex, rambut panjangnya terjuntai dengan sangat cantik disana. Ingatan Alexander Kendrick masih tak pernah hilang, ia masih ingat dengan percakapannya dimasa kecil, taman luas dengan pohon besar di kompleks Wilayah Bandung. "Sandi 6." "Kenapa kamu menamakan ini? Yakin ini bulan kelahiranmu?" Tanya Alex dengan melirik ke arah Sheina. "Iya, ini adalah bulan kelahiranku dan mulai sekarang kita adalah sahabat, aku akan krmbali ke indonesia dan hari ini aku akan pergi ke inggris bersama ibuku, Alexander mulai sekarang kamu harus selalu tersenyum lagipula wajahmu tampan." "Sheina," panggil suara Alexander Kendrick dengan sangat jelas disana. Sheina menoleh ketika panggilan namanya terdengar di telinga Sheina. "Ya, kamu baik-baik ya alex, suatu hari kita pasti bertemu lagi." Alexander Kendrick tersenyum dengan mengingat ingatannya, ia berharap nama yang sama itu adalah wanita yang bertemu dengannya saat ini. Warna rambut yang sama dengan yang ia lihat di masa kecil. Masa-masa yang hampir tak pernah ia lupakan dengan selalu datang ke taman itu hanya untuk melihat ukirannya bersama Sheina. Sheina berjalan dengan meninggalkan Alexander Kendrick disana, senyumannya tak hilang dengan ucapan dirinya. Hari ini ia akan pindah menyusul ayahnya Sky Galatica bersama ibunya, hari yang ia nantikan dengan ayahnya yang bekerja jauh disana. "bi, Agatha kemana? bibi sama mang darman jaga rumah baik-baik ya, hanya beberapa bulan saya dan Agatha ke inggris," Lucy berjalan mendekati asistantnya disana, menunggu agatha yang bersiap bersamanya menyusul Sky Galatica ke Inggris hanya beberapa bulan. "Sepertinya sepulang sekolah barusan Nona Agatha ada di lantai tiga Nyonya, mungkin masih packing isi tas." "Yasudah, bibi tolong lihat ya." "Nyonya, nyonya ... itu anu anu ... banyak darah, banyak darah nyonya ... Nona Agatha," asistantnya berlari dengan panik terlebih ada air mata yang berderai dengan kepanikan berlari menghampiri Lucy, "Kenapa bi? Kenapa sama Agatha?" Tanya Lucy dengan panik. "Anu nyonya, nona muda agatha terjatuh dari lantai tiga, banyak darah nona, bibi telpon ambulance ya nyonya." "Enggak bi, enggak mungkin agatha terjatuh, lagipula di luar hujan deras enggak mungkin ambulance datangnya cepat, putriku, bibi tolong kirimin email ke suami saya ya, cepat bi," teriak Lucy dengan panik. Dirinya bergegas menghampiri putrinya, mendengar kepanikan asistant rumah tangganya membuat Lucy menangis dengan khawatir. Lucy berlari dengan apa yang di ucapkan asistantnya, melihat lantai dengan penuh darah hingga mengalir mengenai heels miliknya, rasanya ia hampir ingin pingsan melihat semua kejadian ini. Tubuh putrinya terbaring dengan darah mengalir di sekitarnya, air mata Lucy mengalir dengan rasa sesak disana. Tubuhnya bergetar dengan histeris melihat Sheina. Lucy berlari dengan merengkuh tubuh Sheina, membiarkan tubuh putrinya berada di paha miliknya. Melihat darah yang masih mengalir di kepalanya, tangisan Lucy terdengar dengan suaranya yang berteriak. "Agatha, sayang ini mami, bibi .... cepat telpon ambulance, agatha sayang ... sayang kamu bisa dengar mami? bi cepat bi, pangil ambulance bi, putriku sayang ini mami, daddy akan pulang secepat mungkin, bangun sayang ini mami, bi cepat bi, darahnya banyak banget, agatha sayang ini mami," Lucy hanya menangis histeris dengan tangan bergetar memegangi tubuh putrinya, menyaksikan tubuh putrinya yang bersimbah darah, hanya beberapa menit suara ambulance pun terdengar. Switzerland, Galatica Technology Sektor 9 "Istriku sangat histeris ketika melihat putrinya kecelakaan di masa lalu, malam itu tentu saja aku langsung pulang ke Indonesia, istriku sangat histeris melihat Agatha terjatuh dari lantai tiga. Semenjak itu kami memutuskan pindah rumah dan tinggal di indonesia, aku melihat di atas meja belajar putriku terdapat kertas bertuliskan nama seseorang, Alexander Kendrick. Setelah kumencari informasinya, dia adalah anak putramu Ravi Kendrick." "Aku memahamimu, kau sangat menyayangi Lucy dan juga Agatha beserta putera-puteramu," jawab Ravi Kendrick dengan berdiri di sisi sahabatnya. "Malam itu malam yang mengerikan bagiku, beruntung Agatha bisa di selamatkan tapi hanya ada satu kekurangannya, sebagian ingatannya hilang. Kau tahu Ravi, akhr-akhir ini putriku mengingat seseorang kembali, alexander kendrick." "Puteraku Sean ia tidak mengetahui bahwa putrimu bekerja di perusahaannya, aku akan selalu memperhatikan Sean Kendrick," ucap Ravi Kendrick. "Mishela adalah mantan kekasih puteramu dan ia kembali kepada puteraku, ini bukan hanya tentang bisnis tetapi aku hanya tidak ingin hubungan kekeluargaan kita rusak, Lucy menginginkan Mishela kembali kepada Axel, maafkan aku Ravi, aku sangat mencintai istriku Lucy, apapun permintaan Lucy aku akan selalu menurutinya." "Puteramu mengetahui bahwa Agatha bekerja di perusahaan Sean Kendrick?" "Mereka mengetahuinya, Venus sangat menyayangi adiknya jika Axel dan Ervan sangat sibuk, Venus yang akan selalu mendatangi Agatha Sheina." "Aku memahaminya, aku akan berbicara kepada puteraku Sean Kendrick, Mia tidak pernah membenci Agatha, ia sebenarnya mengetahui bahwa Mishela adalah mantan kekasih Sean Kendrick, menantuku sangat mencintai Sean Kendrick terlebih ia sangat menyayangi puteranya Alexander Kendrick." "Terimakasih Ravi, kau sahabatku dari semenjak kita bersekolah hingga sekarang, aku berterimakasih karena Alexander selalu mengajarkan pembelajaran kepada putriku Agatha Sheina selama di sekolah, aku memang sengaja mendekatkannya supaya ingatannya perlahan pulih, bagaimanapun Alexander Kendrick adalah sahabatnya." "Alexander memang selalu bercerita bahwa salah satu sahabatnya tidak mengingat sedikit ingatannya m dan aku baru mengetahui bahwa ia adalah putrimu, i strimu Lucy sudah menunggumu, kembalilah temui istrimu, lagipula hanya seminggu kau berada di Swiss, salam kepada puteramu dan juga istrimu, putera-puteramu sangat pintar, aku sdah melihat rancangan dari Venus Galatica," jawab Ravi Kendrick kepada Sky Galatica.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD