MW 6

2820 Words
Mobil mewah berwarna hitam metalik terparkir di gedung kantor dengan pria yang menuruni mobil tersebut, kulit putih dengan kemerah-merahan, rambut berwarna hitam pekat dengan tinggi badan setinggi seratus delapan puluh lima sentimeter, wajah campurannya terlihat dengan bola matanya yang menegas. Bola mata manik berwarna biru kehijau-hijauan layaknya batuan emerald, Axel berjalan memasuki gedung kantor dengan membenarkan jas miliknya. d**a bidangnya terlihat dengan wajah yang menegas. Hari ini adalah kepulangannya ke Jakarta setelah ia bertugas di Galatica Switzerland. "Sudah lama kita tidak bertemu, Mishel," ucapnya dengan menyapa wanita yang kini ia temui di salah satu ruang kantor. Siapa lagi jika bukan mantan kekasihnya, wanita yang pernah menghiasi masa lalu Axel Galatica dengan kenangan yang tak pernah Axel lupakan. Wanita itu tak bergeming dengan melenguh pasrah dengan tertohok ketika pria yang ia lihat adalah pria dari masa lalunya, pria yang pernah menyakiti seorang Mishela Rayn di masa lalu. Hubungan yang selaly Mishela jaga dengan banyak kenangan, Axel Galatica. "Untuk apa kau kemari Axel?" Tanya Mishela dengan membereskan beberapa pena dan juga berkas-berkas pekerjaannya berikut berkas yang ia salin beberapa lembar di atas meja. Mishel menatap beberapa berkas dengan mengacuhkan Axel yang kini memperhatikan wajahnya. Membiarkan wajah pria yang pernah menghiasi masa lalunya memperhatikannya dari jarak jauh. Axel hanya memasukkan tangan kirinya ke saku celana, dengan berjalan beberapa langkah dirinya menjawab detail dari pertanyaan Mishel, Axel tahu bahwa mantan kekasihnya masih kecewa saat ini. Terlebih setelah sekian lama ia baru melihat Mishel lagi, "Tentu saja mengundangmu ke launching produk terbaruku, bukankah setelah launching produk terbaruku, produkmu juga launching. Brand produk terbarumu aku sudah melihatnya." Suara yang hampir tak pernah terlupakan bagi seorang Mishela dengan hubungan asmara yang ia jalin dengan sangat lama, suara dengan nada serak menjadi ciri khas seorang Axel. "Untuk apa mengundangku? lagipula kita sudah tidak ada hubungan. Kita sudah berpisah Axel," jawabnya dengan singkat tentunya dengan nada rendah ketika Mishela menjawab ucapan Axel. Dirinya melirik ke arah pria yang sekarang berada dekat dengannya. Memakai setelan jas bergaris dengan aroma maskulin yang Mishel kenali. Menjadi seorang Axel yang selalu Mishela cintai, sayangnya hubungan yang ia jaga kini terlepas dengan banyak kecemburuan seorang Mishela menghadapi seorang Axel. Posesif, rasa yang Mishela rasakan selama menjalin hubungan bersama Axel. Semakin ingin memiliki tak pernah ingin melihat Axel bersama wanita lain. Axel mendekati Mishel dengan menjelaskan, menjelaskan tentang masa lalu yang hingga kini menjadi salah paham. Tatapannya melihat Mishel yang tak mau kalah, watak seorang Mishela yang tak pernah ingin kalah jika berbicara dengannya, Axel pun kembali menjelaskan, "Aku tidak pernah mengajak berpisah, jangan salah paham kepadaku. Hubunganku bersama Morin sekedar sahabat." "Sahabat? Aku melihatnya, kalian yang diam-diam melakukan hubungan di belakangku, jangan kau pikir aku tidak tahu." Mishel tersenyum sinis, ia tahu jika Axel tipekal pria yang tak pernah mau kalah dalam perdebatan, dirinya hanya memasang senyum tipis disana dengan menatap mantan kekasihnya. "Dengarkan aku Mishel, kita hanya melakukan hubungan kontrak, untuk apa kau membahas hal ini? Ini hanya hubungan bisnis," jawab Axel mendekati Mishel, kedua tangannya melebar dengan tubuh tegap serta kekarnya yang terlihat. Bukan Axel jika ia tidak berpenampilan rapi, terlebih ia putra dari pengusaha terkaya. "Bisnis? Kau yang menginginkan ini hanya bisnis maka akan seterusnya menjadi hubungan bisnis, undangan launching produk terbarumu akan aku terima tapi tidak mengusik kehidupan pribadiku," Mishel membantingkan sebuah map disana dengan beberapa berkas kerja miliknya. Ia sudah kesal dengan kedatangan Axel yang hanya membahas perihal kontrak hubungan. "Tapi Mishel," sela Axel dengan mengejar Mishel, Axel menarik pergelangan tangan kiri Mishel dengan menghentikan langkah kakinya disana. Suara ac terdengar dengan layar led yang menyala, ruang kerja Mishel memang di design mewah oleh kedua orangtuanya. Dengan cepat Mishel melepas tangan Axel dari genggamannya. Sudah sangat lama ia mengakhiri hubungannya bersama Axel, yang ia tahu bahwa hubungan dirinya dan Axel hanya sebatas kontrak pernikahan bisnis, itu adalah perjanjian dirinya bersama Axel ketika menjalani hubungan pertama kali, tentunya hubungan tanpa berlandaskan cinta. "Keluar dari ruanganku, sudah ku katakan kepadamu jangan pernah bertemu denganku lagi." "Percuma Mishel, kita akan selalu bertemu. Jangan memusuhiku, jangan bertingkah seperti anak kecil, Mishel kita sahabat," rayu Axel dengan kembali mendekati Mishel. Dengan melenguh pasrah mendengar sikap manja Axel, Mishel menghentikan langkah kakinya lalu berbalik dengan menatap wajah Axel, "Dulu, sekarang kita sudah berpisah Axel. Lagipula bukankah kau bersama Morin. Jadi jangan pernah menggangguku lagi." Kali ini Axel tak mau kalah, melihat Mishel yang semakin cantik tentu membuat Axel berpikir akan hubungannya bersama Mishel. Dirinya memperhatikan Mishel, rasa kecewa yang dialami Mishel memang di luar batas kecewa, "Sudah kubilang bersama Morin sahabat, oke aku mengalah, datang ke launching produk terbaruku, biar kau melihat Morin bersama kekasihnya, dia sudah menikah Mishel." Seandainya waktu bisa berputar, aku ingin kembali dimana aku tidak pernah dipertemukan olehmu. Untuk apa? Tentu saja untuk tak pernah membuat hatiku terluka. Mishel membalikkan tubuhnya dengan menatap Axel, melihat penampilan mantan kekasihnya, siapapun menginginkan menjadi pasangan hidupnya. Mishela menahan lukanya dalam-dalam dengan memperhatikan Axel yang masih terus berniat menjelaskan, "untuk apa menjelaskannya kepadaku, lalu jika dia bersama pria lain dan kau datang kepadaku, aku tahu maksudmu Axel, sifatmu tidak sembarangan." "Memangnya aku tidak boleh merindukanmu, rindu akan sahabat, oke aku paham, kau masih kecewa padaku. Tapi aku sama sekali tidak pernah mengajakmu berpisah, aku tahu kau hamil, aku tahu kau melahirkan anak. Justru aku ingin menanyakannya kepadamu," ucap Axel tak mau kalah. Ia baru saja pulang dari Switzerland, terlebih orang yang pertama kali ia jumpai adalah Mishel, melihat Mishel yang tak mau kalah membuat Axel membalas Mishel dengan balasan pembicaraannya "Pembicaraan kita selesai, aku akan meeting. Kita bertemu di acara launching produk terbarumu." Dua jari Mishel menyentuh kedua kelopak matanya, sesekali ia terpejam dengan ucapan Axel yang membuat dirinya tak mau berdebat panjang, ia melepaskan kedua jarinya dari kelopak mata dengan mengambil sebuah map berkas meeting untuk melanjutkan pekerjaan. "Kau tidak ingin membuka surat undangannya?" Tanya Axel dengan nada meninggi. Ia paling tidak suka jika ditinggalkan begitu saja, melihat balasan Mishel tentu membuat Axel agak sedikit kecewa. "ini, jadi kau ..." Mishel melirik ke meja kerja miliknya dengan kartu undangan launching produk terbaru, dengan membuka undangan dirinya menatap wajah Axel dengan tegas. Axel mendekati Mishel dengan membisikkan beberapa kalimat disana, ia sangat tahu akan kabar mantan kekasihnya, siapa lagi jika bukan kabar Mishel, "Kau bahagia bukan? Aku bekerjasama dengan mantan kekasihmu Sean Kendrick, kuberitahu Mishel, jika Fredy terbukti dia puteraku maka kau akan selalu menjadi milikku." Axel memegang tangan Mishel dengan erat, menatap wajah Mishel dengan berharap ia berbicara lembut seperti dulu lagi, pegangan itu sontak membuat Mishel melepas paksa tangan Axel, "Kau, sudah kukatakan dia bukan puteramu." "Benarkah, tetapi puteramu sangat mirip denganku." Ucap Axel dengan mempertegas ucapannya, Axel tak berbohong jika memang putra Mishel sangat mirip dengannya. "Kau bekerja sama dengan SL Corporation, kalian bekerjasama untuk menghancurkanku? Dengan bekerjasama produk kalian ini dan kau mengenalkannya padaku?" Mishel hanya menggigit bibir bawahnya dengan menahan kecewa, ia harus berbicara apalagi kepada mantan kekasihnya. Bukankah sudah sangat jelas jika hubungannya sudah selesai, Mishel menahan air matanya disana. Sudah berkali-kali Axel menyakiti hatinya dan kini hatinya kembali terluka dengan Axel yang membahas masa lalunya. "Kembali padaku, kuberi waktu hingga dua hari. Kembali padaku, Sean Kendrick sudah memiliki istri, akui jika Fredy adalah puteraku," bisik Axel dengan melihat Mishel. Ia tahu mantan kekasihnya menahan luka disana, bukan Axel jika ia tidak menanam luka untuk seorang Mishel. Ia memang sengaja menanam luka supaya Mishel tak pernah melupakan Axel. Luka yang berada pada Mishel kembali terbuka, ia menatap sinis mantan kekasihnya dengan perlakuannya yang selalu menyakitinya, "Percuma, bersamamu aku tidak bahagia. Kau selalu membahagiakan wanita lain, jangan kau pikir aku tidak tahu. Aku selalu menyayangi keluargamu, kau lihat bukan? Mereka tidak pernah menyukaiku. Hubungan yang di paksa tidak akan baik." "Kuberi waktu dua hari, kembali bersamaku." Ucap Axel dengan membalikkan tubuhnya ketika Mishel berbicara kepadanya, jawaban itu begitu singkat dengan Axel yang menyingkap kemeja lalu mendengar ketukan pintu, Axel melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Mishel disana. Mishel hanya menghapus air matanya sesekali, yang ia inginkan adalah terlepas dari Axel. Tok ... tok ... Ketukan pintu terdengar ketika Fredy memasuki ruangan Mishela, melihat seorang pria bersama ibunya Fredy pun diam seketika. "Puteramu sangat tampan, jika terbukti dia puteraku maka hidupmu akan selalu menjadi milikku. Ingat ini Mishela," ucap Axel dengan melihat Fredy, potongan wajah Fredy begitu mirip dengan Axel. "Urusan pribadi kita jangan sampai Fredy mengetahuinya," jawab Mishel dengan nada pelan, ia tahu pasti putranya mendengar percakapan ibunya bersama Axel. Axel membalikkan tubuhnya dengan berjalan mendekati Mishel, dirinya memegang pinggul Mishel dengan membisikkan kalimat dengan nada menggoda, "Sampai bertemu di acara launching produkku bersama mantan kekasih tersayangmu, jangan lupa berdandanlah yang seksi untukku. Mishela Rayn." "Dasar b******k, kau pria yang licik," jawabnya dengan cepat. Pandangannya tak teralihkan dengan melihat wajah Axel. Sesekali Mishel pasrah ketika tubuh Axel memegang tubuhnya. "Aku tidak peduli, ku tunggu dan waktumu hanya dua hari," bisik Axel dengan mendekati bibir Mishel, bisikan seorang Axel terdengar manja ketika berada didekat Mishel. Tak lama pelukan itu terlepas dengan Axel yang meninggalkan ruangan kantor Mishel. Fredy hanya tersenyum ketika pria yang berbicara bersama ibunya pergi keluar dari ruangan, Fredy menghampiri ibunya dengan membawa ponsel miliknya. "Mi, masa Fia tiba-tiba mengajakku berpisah, aneh enggak sih mi? Ini ada apa sih sebenarnya mi?" Fredy mendekati ibunya dengan melihat Mishel yang membenarkan penampilan, ia mengambil tissue untuk menghapus bekas air mata di pelipisnya. Dengan suara ac yang terdengar dengan temperatur dingin serta wewangian aroma vanilla campuran bunga rose terasa di ruangan milik ibunya. "Fia mengajakmu berpisah? Bukankah kalian sudah bertunangan?" Tanya Mishel dengan suara air matanya yang masih terisak, suara heelsnya terdengar dengan ia yang berjalan menghampiri putranya yang berdiri di dekat patung seni klasik eropa. "Malam ini aku akan pergi dengannya, mami kan sudah mengizinkanku, ada apa sih mi? Keluarga kita dengan keluarga Fia selalu memiliki hubungan baik, kenapa tiba-tiba ia mengajakku berpisah, ini sangat aneh." Tak ada pergerakan apapun dari Fredy dengan wajah kecewanya. Dirinya berdiri dengan lengan serta duduk di atas sofa yang ia sandarkan. Ada rasa kecewa yang Fredy lihat dengan apa yang ia lihat barusan, melihat ibunya bersama pria dengan Fredy yang tak berani menanyakan lebih. Mishel melihat wajah putranya dengan agak tertunduk, pasti ada rasa kesal dengan kabar hubungan dirinya dan juga Fia yang mendadak, apalagi mereka dalam waktu dekat akan liburan ke Bali dengan menghadiri pesta ulangtahun bersama Dj Kevin kesukaan Fredy dan juga teman-temannya, "Mungkin Fia hanya dalam keaadaan kesal, kamu kembali bekerja saja." "Hubunganku bersama Fia baik-baik saja kenapa dia mengajakku berpisah, ini enggak baik mi, pekerjaanku tersendat, dengan kabar ini bikin aku kepikiran. Enggak nyaman dan kepikiran, mami paham kan maksudku. Lalu yang tadi itu dia siapa?" Fredy melirik ke arah wajah ibunya dengan make up yang agak terhapus. Ia sadar bahwa ibunya habis menangis dengan kehadiran pria yang ia tahu namun belum dekat. Tak biasanya ibunya terdiam seperti ini jika ada tamu di perusahaan. Cuaca hari ini cerah dengan langit-langit menghiasi Wilayah Jakarta. Langit cerah dengan matahari yang menyorot, hari ini cuaca begitu teduh dengan suasana hati Fredy yang mendapati kabar Fia sang tunangan mengakhiri hubungannya. "Kalian kan suka bercanda, mungkin dia bercandain kamu. Sudah enggak aneh sama gaya hubungan kalian," Mishel berbalik dengan menjawab cepat. Memang gaya hubungan putranya dan juga Fia selalu seperti itu, kadang berantem kadang baik kadang musuhan layaknya kakak dan adik. Tak berselang lama Fredy pun membuka surat undangan peluncuran produk terbaru, "peluncuran produk She La Cosmetic, dari Axel Galatica." Wajahnya tertohok dengan melihat sebuah nama yang ia kenal, nama pengusaha dengan nama yang tak asing di Indonesia. Tak hanya di Indonesia, bahkan namanya terkenal di seluruh negara. Senyuman Mishel terlihat dengan sesekali melihat putranya, melihat kartu undangan yang di berikan Axel namun tak akan ia beritahu dengan rahasia dirinya bersama Axel, lagipula Fredy sudah memasuki usia dewasa dengan segala rahasia dirinya bersama Axel, "Benar, datang ya ke acaranya bersama Fia. Kamu boleh ajak dia biar kamu enggak berantem dan bisa baikan. Enggak mungkin tunangan bisa pisah gitu aja, mami kamu enggak bisa di bohongi Fredy." "Aku datang ke acara ini? Tapi disini ada nama perusahaan Om Sean Kendrick, ini undangan untuk mami." Kalimat ucapan yang terlontar dari Fredy tentu membuat Mishel menghentikan aktifitasnya. Nama seseorang di masa lalunya dengan ucapan Axel Galatica yang meyakini bahwa ia masih berharap dengan Sean Kendrick. "Dan mami berbicara denganmu," jawabnya dengan menatap layar monitor. Dirinya membuka email dari sekretaris dan juga mengecek data laporan dari putranya, Fredy. Fredy melipat kembali kartu undangan untuk ibunya yang ia genggam dan ia lihat serta baca, kartu undangan dengan penampilan untuk tamu khusus sangat terlihat, tak mungkin jika ia mewakili ibunya terlebih ini adalah peluncuran produk dari perusahaan,"Aku tidak mau, undangan ini untuk mami. Lagipula aku ingin berbicara dengan Fia, aku akan pergi bekerja lagi. Kupikir ini ada hubungannya dengan mami. Akupun berbicara bersama mami." Pikiran Mishel masih memikirkan ucapan Axel, pajangan pasir yang bergerak diatas meja kerjanya pun terlihat dengan beberapa pajangan yang terpajang di ruangannya. Termasuk beberapa penghargaan perusahaan milik perusahaan ayah Mishel. Mishel bersandar di kursi kerjanya, menempatkan sandaran kepala dengan pena yang ia tekan sembaring memikirkan ucapan Axel Galatica. ** Setelah berbicara dengan Mishela Rayn, Axel keluar gedung dengan menghampiri mobil mewah miliknya yang terparkir. Sudah ada seseorang yang menunggunya didalam mobil, wajah yang hampir mirip dengannya segaris dengan tekuk wajah milik Axel Galatica. Penampilannya sempurna dengan setelan jas berwarna biru tua dengan garis warna abu-abu. Dirinya duduk dengan melihat ke arah Axel Galatica yang berjalan mendekati mobil. "Bagaimana? Sudah bicara dengan Mishela?" Tanya Venus dengan wajah imutnya. Hidungnya begitu mancung dengan bibir mungil yang serta lesung pipit yang menghiasi kedua pipinya. Wajah blesteran dirinya begitu terlihat dengan tak berpindah dari Axel Galatica. "Sudah, kuberi waktu selama dua hari," jawab Axel dengan menutup pintu mobil. Hanya terdengar suara pelan dari mobil mewah miliknya dengan melihat ke arah wajah Venus Galatica. Wajah adiknya memang jauh lebih imut dibandingkan saudara dirinya yang lain. "Setelah kau di tinggalkan oleh Morin dan kau ingin kembali padanya? Salahmu yang selalu menyakitinya, sekarang lihat? Dia menolakmu." "Kau adikku, tapi bicara seperti ini padaku, Venus Galatica," jawab Axel dengan berbicara di sebelah Venus. Suaranya terdengar dengan pelan ketika membicarakan Mishela Rayn. "Terserah, sekarang kau menyakitinya lagi. Apa itu solusi supaya kalian bisa kembali?" Tanya Venus dengan tak mau kalah. Dirinya membahas Mishela karena memang kakaknya Axel selalu membahas Sean Kendrick dan juga Mishel mantannya. Axel tak mau kalah dengan ucapan Venus, perbincangan sederhana menciptakan argumen didalam mobil, "Solusi supaya dia dan Sean Kendrick berbaikan, lagipula memang semua media mengetahuinya jika ia bersamaku, Morin sahabatku kau juga mengetahuinya, Venus." "jika dia kembali mulailah mencintainya bukan menyakitinya." Venus dengan suara ketusnya, membiarkan bibir mungilnya mencetuskan banyak kata untuk kakaknya dengan menohok. Rahangnya menegas dengan suaranya yang lantang, bukan watak Venus jika dia tak mewarisi sifat Sky Galatica. Tak pernah mau ingin mengalah jika berbicara. "Aku jauh lebih mengetahui sifatnya," jawab Axel dengan suara datar. "Ya terserahlah, aku hanya menyarankannya padamu. Aku tahu kau kakak yang pintar, apapun bisnis yang di jalankan olehmu selalu lancar tapi garis percintaanmu malah seperti ini." Mendengar Venus yang terus membalas Axel membuat Axel agak terganggu dengan perjalanan menuju kantornya, ia mendecak kesal dengan melihat Venus dengan pandangan nanarnya, "Meledekku terus, jangan ke ruangan kantorku selama seminggu." "Tenang saja, Doni akan membantuku. Watakmu selalu seperti itu, memangnya aku tidak mendengarkan percakapan kalian, telingaku mendengarkannya." "Kembalikan headsetnya, kau memasang penyadap rekaman ya, kau selalu iseng terhadap kakakmu." Headset yang tersemat di telinga Venus pun di ambil Axel, kekesalannya tertuang hanya karena ucapan adiknya yang tak pernah ingin mengalah. "Percakapan rahasiamu terdengar, Venus Galatica akan memberikan rahasia jurus cinta untukmu kakak, ternyata kakakku yang pintar ketika berbicara bersama orang terkasih seperti itu, ... Mishel, kembali kepadaku, kuberi waktu selama dua hari, haha," ledekan Venus tentu saja membuat Axel merasa semakin kesal, ia menghela napasnya dengan bersabar menghadapi tingkah adiknya yang selalu jahil dengan beberapa barang buatannya. "Jangan beritahu ibu soal ini." "Rahasiamu aman, aku tidak akan memberitahukan kepada keluarga kita, jika ayah dan ibu mengetahuinya bisa-bisa kau di marahi. jangab bermain soal percintaan lagi, semua media melihatmu, kau lihat wajahmu kak? Wajahmu terpampang fimana-mana, semua orang mengenalmu, buat Mishela kembali bersamamu seperti dulu." Axel berteriak dengan kesal disana, melirik ke wajah adiknya yang terus-terusan tak berhenti berbicara dengannya apalagi jika bukan menyinggung Mishela Rayn, "Kau sedang memarahiku Venus?" "Tidak, aku kan menyarankanmu. Reputasimu sangat baik, lalu apa gunanya menyakiti Mishela? Banyak wanita yang menyukaimu, menginginkanmu. Kau sangat membenci Mishela? Hanya karena apa? Justru aku menanyakannya, tapi kakak sendiri yang enggan memberitahu." "Keluar dari mobilku, hubungi Doni untuk menjemputmu." "Kakak mengusirku?" Bantah Venus dengan mendengar kakaknya yang mengusir dirinya. Ia tak akan menyangka jika pembicaraan akan Mishela Rayn membuatnya marah. Terlebih Venus memang sedang uji coba alat buatan miliknya dalam jarak terjauh. "......" Suara pintu mobil terdengar dengan Venus yang keluar dari mobil, membiarkan asistant dirinya datang untuk menjemputnya, apalagi jika bukan berbeda mobil hanya untuk menuju kantor, "Benar-benar mengesalkan, aku hanya memberikan saran untyknya malah di usir keluar dari mobilnya, salah Doni yang tidak ikut bersamaku dan juga Axel, Galatica Technology launching produk kosmetika? Kak Axel ada-ada saja."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD