Keluar dari pintu sanggar, ponsel Areta berbunyi menandakan ada sebuah telepon masuk ke dalam ponselnya. Mengambil sejenak sambil membalas sapaan dari mahasiswanya yang melewatinya. Tak lama, helaan nafas lelah kembali terdengar dari mulutnya kala melihat siapa yang menghubunginya. Elang Kutub Utara. Itu nama yang tertera di layar ponselnya. Sebuah nama untuk tunangannya. Menggeser ikon berwarna hijau di sana, lalu menemelkannya pada daun telinga. “Assalamualaikum,” ucap suara datar dari seberang sana. Hanya ini yang Areta respek dari pria ini, tidak melupakan ciri khasnya sebagai seorang muslim untuk mengucap salam, selain itu tidak ada lagi. Nol besar! “Waalaikumsalam, ada apa?” tanya Areta langsung. Tak ingin banyak basa-basi dan tak ingin juga lama-lama berada satu sambungan tele