The Broken Wedding

1370 Words
Pria tampan itu tersenyum melihat Jillian ambruk di sampingnya. Ia segera menghabiskan minuman di gelasnya dan mengangkat tubuh Jillian untuk dibawanya pergi. Reyes membawa Jillian ke hotel tempat ia bermalam. Jillian yang tidak sadarkan diri dibaringkan di ranjang king-size yang ditempati oleh Reyes. Reyes memperhatikan wajah cantik Jillian. Efek alkohol yang diminum oleh Jillian membuat pipinya bersemu merah menambah kadar kecantikan wajahnya. Sehingga pria manapun yang melihatnya menjadi gemas. "Kita akan bersenang-senang malam ini, cantik!" Gumam Reyes sambil melepas kemejanya. Reyes dengan perlahan melepas pakaian Jillian yang masih mengenakan gaun pesta pasca acara Bridal partynya tadi. "Kamu terlihat lebih cantik tanpa mengenakan gaun apapun, Girl," kata Reyes dengan nada memuja. Reyes menatap Jillian yang sudah terlihat polos di ranjang. Wanita ini benar-benar mabok berat. Reyes memulai aksinya. Ia mencumbu Jillian dengan penuh gairah. Kondisi Jillian yang mabuk berat membuat ia tidak sadar dengan perlakuan Reyes kepadanya. Namun begitu Jillian tanpa sadar mengeluarkan desahan dan rintihan ketika Reyes mulai menyentuhnya. Dan suara-suara yang keluar dari bibir Jillian membuat seorang Reyes makin gila. Gairahnya tidak terbendung lagi. Permainan malam ini, walaupun hanya sepihak, cukup membuat seorang Reyes merasa puas. Kenikmatan yang ia dapatkan dari Jillian membuatnya semakin memuja gadis itu. Terlebih lagi karena ternyata Jillian masih seorang virgin yang belum tersentuh oleh siapapun. Dan dia adalah pria pertama yang mendapatkan hak istimewa itu. Ini benar-benar sebuah keberuntungan baginya. Di hari pertamanya berlibur di Indonesia, ia sudah mendapat seorang wanita yang bisa ia ajak untuk one night stand dan juga masih original. Jillian terjaga di pagi hari ketika matahari masih dengan malu-malu menyapa. Ia merasakan sakit di bagian kepala dan juga organ bawahnya. Kepalanya terasa nyut-nyutan dan ketika ia hendak duduk, tubuhnya terhalang oleh lengan kekar seorang pria. "Aaahhhh!!!!!" Jillian seketika berteriak histeris mendapati tubuhnya polos tanpa busana dan ada pria dengan tubuh yang sama polosnya sedang tidur di sampingnya. Reyes pun seketika terjaga karena kaget. "Hey, girl... What's going on?" Reyes pun ikut duduk dan mencoba meraih tubuh Jillian yang sedang duduk dan menangis dengan histeris. "Don't touch me!!!" Jillian mengebaskan tangan Reyes yang menyentuh bahunya. "Hey, I will pay you. Don't worry. Just mention the price," Reyes berkata untuk menenangkan Jillian yang masih histeris. Mendengar itu, Jillian pun melotot tajam ke arah pria itu. Airmatanya semakin deras mengalir tanpa bisa ia hentikan. Ia tidak mengerti kenapa hidupnya bisa sesempurna ini? Setelah semalam ia melihat calon suaminya bercinta dengan sahabatnya, sekarang ia pun direnggut kegadisannya oleh turis asing yang tidak ia kenal. Jillian merasa sangat frustasi! Namun ia segera bangkit dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di kasur dan dengan segera mengenakannya. Ia melihat darah yang menodai tempat tidurnya. Dan hatinya seperti menangis menyesali kecerobohannya. Sesuatu yang dijaganya malah diambil oleh orang yang menganggapnya sebagai p*****r. Tapi Jillian sudah tidak memiliki banyak waktu untuk menangisi nasibnya. Pernikahannya akan segera digelar sebentar lagi. Jillian melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul lima pagi. Tanpa menoleh ke arah Reyes yang sedang sibuk menghitung uang, Jillian pun bergegas  hendak keluar kamar. "Hey, girl! Wait!!!" Reyes dengan cepat meraih tangan Jillian yang hendak membuka pintu. "Aku belum membayarmu," Mendengar kata-kata itu, dengan cepat Jillian pun menampar Reyes. Reyes memegang pipinya yang terasa panas dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka gadis ini berani menamparnya. Belum pernah seumur hidupnya ada seorang wanita yang berani menamparnya seperti ini. Ia ini adalah seorang pria dengan aset dan wanita yang banyak. Dan sekarang seorang wanita asing yang baru tidur semalam dengannya sudah berani menamparnya seperti ini. Reyes pun dengan emosi dan amarah tertahan, mencengkeram tubuh mungil Jillian dengan kuat dan menatapnya tajam. Namun Jillian tidak takut sama sekali, hatinya yang frustasi membuatnya mampu menghadapi badai sebesar apapun kali ini. Ia membalas tatapan Reyes dan dengan tegas berkata, "Pergilah kamu dengan uangmu! Aku tidak membutuhkannya!" Lalu dengan tegas pula ia menyingkirkan tangan Reyes di bahunya. Melihat gadis itu semakin marah, Reyes pun sedikit menurunkan egonya. Gadis ini tidak mau dengan uangnya dan Reyes tidak biasa diperlakukan seperti ini. "Wait!" Kali ini Reyes mencekal lengan Jillian. "Aku bukan pria yang bisa menikmati sesuatu tanpa membayar. Jadi katakan, harus bagaimana aku membayarnya jika uang bukan menjadi kebutuhanmu!" tanya Reyes lagi. "Lepaskan aku, Tuan! Aku akan menikah pagi ini. Dan kebebasan yang anda berikan padaku, bagiku itu sudah cukup untuk membuatku melupakan segalanya!" Jillian menatap mata pria yang berwarna hijau itu dengan tajam. Mendengar kalimat Jillian barusan, Reyes merasa telinganya seperti digigit tarantula beracun! "W-what?" Ia tidak mempercayai pendengarannya. Gadis ini akan menikah dan semalam ia sudah menidurinya. Namun perasaan rumit dalam hatinya segera ditepisnya. Ini semua bukan salahnya. Jillian tidak terlihat seperti orang yang akan menikah, dan siapa suruh dia susah sekali diajak untuk berkomunikasi semalam? "Are you kidding me, Girl?" Reyes menatap Jillian dengan tatapan penuh keraguan. "Please, let me go, Sir!" Jillian kembali mengibaskan tangannya. "But why you look so messy last night?" Reyes kembali bertanya. Jillian tidak menjawab pertanyaan Reyes, ia sedang tidak ingin curhat saat ini. Ia kembali berbalik ke arah pintu dan hendak keluar. Reyes yang masih tertegun tidak sadar bahwa Jillian sudah membuka pintu. "Hey, I'm sorry, please tell me your name, Girl!" Reyes kembali mencekal tangan Jillian ketika ia hendak pergi. Namun Jillian sama sekali tidak ingin berkenalan dengan pria asing yang baru saja merenggut segalanya. Ia tetap bersikeras untuk melepaskan genggaman tangan Reyes di lengannya. "I won't let you go, if you don't tell me your name!" Reyes bersikeras. “I’ll get married in a moment, Sir. Please let me go!” Jillian memohon. “No, before you tell me your name!” tegas Reyes. Melihat kesempatannya untuk melarikan diri hampir tidak ada. Jillian pun menatap Reyes dengan penuh frustasi, "My name is Jules.. now please, let me go!" Jillian menarik tangannya dan Reyes pun melepaskannya. "I'm so sorry for what happened last night... I didn't mean it, Jules" Reyes mengungkapkan penyesalannya. Sekalipun ia adalah playboy kelas kakap tapi untuk menghancurkan sebuah hubungan pernikahan, jelas itu tidak termasuk hobbynya. Dan tanpa menjawab Reyes, Jillian pun meninggalkannya. Sepanjang perjalanan itu, Jillian sangat kalut! Ia tidak ingin menikah dengan Elton sementara untuk melarikan diri dari pesta itu pasti akan sangat memalukan pihak keluarganya. Airmata kembali turun membasahi pipinya yang putih. Jillian memutuskan untuk kembali ke hotel. Sementara di sana, semua orang sangat panik melihat Jillian tidak pulang semalaman. "Sayang, kamu dari mana?" Mrs. Watson terlihat cemas. "Bertemu teman, Mom!" Jawab Jillian singkat. Melihat Jillian kembali pagi itu, wajah semua orang terlihat sangat lega. Para penata busana dan make up segera bekerja dan merias Jillian yang akan menjadi ratu hari ini. Jillian tampil dengan sangat anggun di siang itu. Dan tidak ada seorangpun yang tahu perasaan pedih seorang Jillian. Pesta pernikahan diadakan di taman dengan konsep standing party. Musik mengalun lembut mengiringi langkah Jillian menuju altar dengan diiringi oleh bridesmaidnya, yaitu Mea, sahabatnya sendiri yang semalam juga sudah tidur dengan calon suaminya Elton. Jillian berdiri di samping Elton. Janji suci terucap dari bibir pengantin pria, dan sekarang giliran Jillian yang mengucapkan bagiannya. Jillian merasa tenggorokannya tercekat. "Silahkan, sekarang saatnya pengantin wanita," Pendeta yang memimpin prosesi pernikahan mengingatkan Jillian yang dari tadi diam. Namun Jillian tidak sanggup berkata-kata. Airmata membayang di matanya yang biru. Dan dengan segala kelapangan hati, ia meraih dan menyatukan tangan Elton dan juga Mea sambil berkata, "Lanjutkan pernikahan ini dan semoga berbahagia." Elton dan Mea saling berpandangan. Demikian pula para undangan yang hadir. Tiba-tiba muncul sebuah tayangan di layar proyektor yang menayangkan adegan panas percintaan dewasa. Pemeran utamanya terlihat jelas yaitu Elton dan Mea. Jillian telah menyerahkan ponselnya ke bagian Event Organizer untuk menayangkan video berdurasi sepuluh menit yang ia terima semalam. Terdengar desisan dan suara riuh di sekitar undangan. Hari itu, pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya berubah menjadi hari bencana bagi Jillian dan keluarganya. Julian, kakak Jillian yang melihat video itu langsung menghajar Elton di tempat. Suasana pesta begitu ricuh. Mama Jillian menangis melihat kegagalan pernikahan anak gadis satu-satunya. Dan ketika tayangan itu telah selesai, semua orang baru menyadari bahwa Jillian telah pergi. Jillian pergi membawa duka dan kekecewaannya... ***** Next chapter: "What happened to this wedding party?" tanya Reyes kepada seorang wanita paruh baya. "The bride leaves," ujar wanita paruh baya itu sambil menatap Reyes. Mendengar itu, Reyes semakin yakin bahwa itulah Jules-nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD