Amel menatap pada pesta pernikahan yang dilangsungkan oleh dirinya sebagai pengantin dari Hansel Locanno— pewaris utama keluarga Locanno. Memiliki pesona yang sangat luar biasa sekali, kalau Amel sebutkan satu persatu pesona apa yang saja dimiliki oleh Hansel. Mungkin satu halaman buku tak akan cukup.
Tapi kalau Amel sebutkan bagaimana bajingannya Hansel. Maka dua halaman buku tidak akan cukup juga. Lebih banyak sisi b******n yang dimiliki oleh Hansel. Dua hari sebelum pernikahan. Pria itu menarik tangannya menuju klub malam. Tahu apa yang dilakukan oleh Hansel padanya? Pria itu berpesta seks dengan mengajak dirinya. Menyewa banyak perempuan yang akan memuaskan nafsu seorang Hansel.
Amel yang melihat itu menggeleng pelan. Dia tidak bisa melihat terlalu jauh perbuatan Hansel. Untung saja Amel sudah membawa kemanapun dia pergi sekarang sebuah penutup mata dan handsfree sehingga apa yang dilakukan oleh Hansel tidak dapat di dengar dan dilihat oleh dirinya.
“Kau senang? Ayo, tersenyum. Kau menikah dengan pria kaya raya, memiliki segalanya. Saat kita bercerai nanti. Aku tidak akan membiarkan dirimu telantar. Malahan aku akan memberikan banyak uang untukmu. Kau bisa beli apa saja yang kau mau. Termasuk kau bisa membeli rumah yang mewah untuk keluargamu. Ah, untuk mereka. Aku sudah menyiapkan usaha untuk mereka. Agar mereka tidak melarat lagi.” Hansel bersikap baik sekaligus bersikap b******n.
Amel mendengar hinaan Hansel pada keluarganya membuat Amel mengepalkan tangan mendengar semua ucapan Hansel yang sungguh luar biasa b******n sekali. Amel ingin menampar mulut pria itu. Namun, mana berani Amel melakukan hal tersebut pada Hansel. Yang ada dia yang ditampar oleh Hansel.
“Senyum Amel.” Tekan Hansel, melihat Amel yang tidak ada senyuman. Gadis itu hanya diam dan menatap ke depan.
Amel perlahan tersenyum, membalas salam dan doa para tamu. Yang mendoakan hal-hal baik untuknya dan Hansel.
“Semoga pernikahan kalian langgeng dan segera mendapatkan anak.”
Amel tersenyum tipis mendengar apa yang dikatakan oleh salah satu tamu padanya. Mendapatkan anak dan langgeng? Dalam mimpi saja. Itu tidak akan terjadi sama sekali. Malahan Hansel ingin menceraikan dirinya setelah satu tahun pernikahan mereka.
“Semoga saja.” Balas Hansel tertawa kecil. Sambil meremas pinggang Amel. “Katakan sesuatu.” Bisik Hansel, di telinga Amel.
“Ya, semoga saja. Kami berharap juga cepat memiliki anak.” Ucapan itu terlontar saja di bibir Amel. Ketika mengatakan tentang anak?
Amel menyukai anak kecil. Namun Hansel tidak pernah suka dengan yang namanya anak kecil. Pria itu benci dengan yang namanya anak kecil. Amel tidak akan pernah mendapatkan anak dari seorang Hansel.
“Anak heh? Kau saja yang hamil sendirian. Awas saja kalau kau hamil dalam ikatan pernikahan ini. Anak dalam kandunganmu itu tidak akan segan-segan aku menggugurkannya. Lalu membunuhmu pun aku tidak akan segan-segan. Kau kira wanita yang menyebarkan berita-berita buruk itu mereka masih hidup? Tidak Amel sayang. Mereka perlahan menghilang dan tidak tahu kabarnya dimana. Kau tahu ulah siapa? Tentu saja ulahku.” Ucap Hansel tertawa senang.
Para tamu mengira Hansel tertawa karena bahagia menikahi Amel— sang pujaan hati.
Hana yang melihat kakaknya tertawa kencang, dan seperti orang gila berdecak pelan. Lalu Hana menatap pada ibunya, yang menggeleng pelan melihat kelakuan anaknya. Memeluk pinggang Amel dan tertawa. Mereka juga bisa melihat bagaimana tertekannya seorang Amel di atas pelaminan. Teresa sebenarnya tidak tega menjadikan gadis itu tumbal untuk memperbaiki nama baik keluarga Locanno. Namun apa boleh buat.
Hansel sudah melakukan hal yang membuat keluarga mereka malu. Pria itu harus bertanggung jawab. Kebetulan Amel dalam kesusahan uang. Sehingga dia menerima tawaran yang begitu b******n dari Hansel. Teresa akan menganggap Amel sebagai menantunya. Dalam hatinya, Teresa berharap pernikahan ini akan selamanya. Tidak ada perceraian yang dikatakan oleh putranya. Hanya satu tahun dalam pernikahan ini. Mudahan saja hal itu tidak terjadi.
“Kamu kenapa melihat Amel seperti itu sayang? Seharusnya dia memang tidak terjebak dengan Hansel bukan?” tanya Jefian.
Teresa mengangguk. “Ya. Tapi anakmu itu membuat ulah, yang membuat keluargamu malu. Apalagi dia pewaris utama keluarga Locanno. Tentu saja nama baik keluarga harus segera diselesaikan. Atau tidak. Ahli waris Hansel akan dicabut.” Ucap Teresa.
“Wah! Om dan Tante kelihatan bahagia sekali memiliki menantu. Bagaimana? Nama baik keluarga sudah baik lagi bukan?”
Teresa dan Jefian menatap pada lelaki yang bergabung dengan mereka. Membawa sampanye di tangannya. Lalu tertawa kecil menatap Teresa dan Jefian seolah mengejek mereka.
“Kenapa? Kau ingin menikah juga? Ya. Sudah. Kau menikah juga. Kenapa kau malah membahas nama baik keluarga. Lagian Hansel memang sudah menjalin hubungan dengan Amel senjak lama. Bukan baru-baru ini saja.” Kata Teresa.
Pria itu tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Teresa pada dirinya. “Menikah? Saya tidak tertarik dalam pernikahan. Tapi kalau meniduri banyak wanita maka saya tertarik. Kita lihat saja, sampai dimana pernikahan ini akan bertahan. Saya tahu kelakuan anak Om dan Tante. Tidak usah ditutupi. Semua yang dikatakan oleh wanita itu memang benar bukan? Hansel yang memaksa mereka untuk menggugurkan kandungan mereka. Tidak mau bertanggung jawab. Sungguh kejam sekali.” Ujar lelaki itu menggeleng pelan.
Matanya menatap pada Hansel yang terlihat tertawa penuh kebahagiaan di atas pelaminan. Namun perempuan yang bersanding dengan Hansel terlihat tertekan dan ketakutan. Sungguh kasihan sekali wanita itu. Harus masuk ke dalam keluarga yang seperti ini.
“Kasihan sekali calonn menantu kalian itu. Dia terlihat sangat tertekan sekali. Saya boleh membawanya kabur?” tanya lelaki itu sambil tertawa kecil.
“Berani kau melakukan itu. Maka kau tidak akan hidup.”
Lelaki itu menutup mulutnya mendengar ucapan Jefian barusan. “Wow! Aku tangan sekali. Hahaha. Santai Om. Saya tidak akan melakukan itu. Sudah ya, saya mau pergii dulu. Mencari anak kolongmerat di pesta itu untuk melakukan hubungan semalam.” Ucap lelaki itu beranjak dari sana.
Teresa menggeleng pelan. “Marko sudah gila!” ucap Teresa.
Jefian meringis. “Sayang, anak kita lebih gila.” Ucap Jefian.
“Ya. Hansel dan Marko sama-sama gila. Kalau mereka penyuka sesama jenis, sudah aku nikahkan mereka berdua. Karena kelakuannya sama. Membuat stress dan sakit kepala.” Keluh Teresa memegang kepalanya.
Jefian mengusap pundak istrinya. “Sabar sayang. Kamu jangan sakit kepala di sini. Ini pesta pernikahan anak kita.”
Teresa mengangguk. Berusaha untuk menyabarkan dirinya. Jangan naik darah dulu. Setelah bertemu dengan keponakan suaminya tadi. Yang membuat ulah dan sakit kepala. Teresa sudah lelah menghadapi Hansel. Ketika bertemu dengan Marko. Maka rasa lelahnya berkali lipat. Dan seperti memiliki beban berat di kepalanya.