08. Sentuhan

1040 Words
Amel masuk ke dalam kamar Hansel. Menatap sekeliling kamar pria itu. Jantung Amel teras akan lepas dari raganya ketika tangan Hansel yang memeluk tubuhnya dari belakang. Membawa Amel masuk kedalam walk in closet. Menatap Amel di cermin yang besar di dalam sana. Tangan Hansel menarik satu buah kemeja putih. “Pakai ini.” Ucap Hansel, memerintah tidak mau dibantah oleh Amel. Amel menatap kemeja putih yang ada di tangannya sekarang. Yang benar saja? Pak Hansel! Ini menerawang! Amel berteriak di dalam hatinya, melihat pakaian yang ada di tangannya ini. Amel menatap pada mata tajam Hansel yang menatapnya dengan tatapan memerintah dari lelaki itu. “Kenapa? Kau tidak mau memakainya Amel?” tanya Hansel. Amel menggeleng. “Saya akan memakainya Pak!” jawab Amel, diangguki oleh Hansel. Lelaki itu keluar dari dalam walk in closet meninggalkan Amel sendirian. Hansel duduk dengan tenang mengeluarkan ponselnya. Lalu menyambungkan ke CCTV di dalam walk in closet. Hansel menyeringai melihat tubuh indah Amel ketika gadis itu perlahan membuka pakaiannya. Kini tubuh telanjang Amel terpampang di depan di ponsel Hansel. Pria itu menggigit bibirnya. Jiwa pemangsanya yang ingin menerkam korbannya. Merontah. Pernikahan sudah ditetapkan dua minggu lagi. Besok pagi mengantarkan Amel ke rumah sakit. Hansel akan menemui orang tua wanita itu. Meminta Amel menjadi istrinya. Mengatakan rencana pernikahan mereka. Ya. Sebenarnya mau ke rumah orang tua Amel. Tapi ayah Amel sendiri masih di rumah sakit. Hansel akan bersikap seperti lelaki yang mencintai Amel. Ya, untuk berlatih di depan media nantinya. Sebelumnya berlatih lebih dulu di depan orang tua Amel. Semua urusan pernikahan. Diurus oleh ibu Hansel sendiri. Hansel dan Amel hanya menerima saja. Tidak perlu ikut campur menyiapkan pernikahan. Hansel yang meminta ini. Dia tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal tidak menghasilkan apapun. Dan hanya membuang waktu saja. Lebih baik menyerahkan semuanya pada ibunya. “Pak…” Hansel menatap pada Amel yang berdiri di depannya memilin kemeja itu. Yang hanya mampu menutupi setengah paha Amel. Hansel melihat itu menjilat bibirnya. Paha itu. Seolah melambai meminta Hansel untuk memberikan banyak tanda pada Amel. “Kau seksi.” Hansel berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Amel. Hansel menarik tangan Amel. Lalu membawa gadis itu menuju sofa, mendudukkan Amel di atas pangkuannya. Amel yang duduk di atas pangkuan Hansel. Menahan tubuhnya dengan meletakkan tangannya di pundak lelaki itu. Hansel tertawa kecil. “Kau memang sangat indah sekali Amel. Aku sekarang ingin sekali untuk menyentuh dirimu, memberikan kenikmatan padamu. Lalu mendengar bibirmu yan tipis nan menggoda ini menyebutkan namaku. Ah… membayangkannya saja sudah membuat bagian bawah tubuhku berdiri secara perlahan. Apakah kau mau bertanggung jawab sayang?” tanyanya. Amel mendengar pertanyaan itu menegang. Ingin turun dari atas pangkuan Hansel. Namun tidak bisa. Pria itu menahan Amel. Untuk tidak lepas darinya. “Jangan beraninya untuk kabur sayang. Kau tahu sedang berada dimana sekarang. Kau di daerah kekuasaanku. Mau berteriak atau membuka pintu kamar itu secara brutal tidak akan bisa sayang. Kamar ini kedap suara dan untuk pintu? Tentu saja hanya aku yang bisa membukanya sayang.” Hansel tertawa kecil sambil membelai pipi Amel. Amel mendengar apa yang dikatakan oleh Hansel padanya. Mau menangis. “Jangan menangis. kita akan bersenang-senang. Aku akan memberikan sebuah les dulu padamu sayang. Agar saat kita menikah nanti, kau lebih mahir untuk memuaskan aku,” ucap Hansel, memakai aku kamu. Agar Amel menuruti apa yang diinginkan olehnya sekarang. Hansel perlahan merebahkan tubuh Amel di atas sofa. Menatap Amel dengan senyuman menggilanya untuk segera menyentuh tubuh Amel yang putih mulus bak boneka. “Tubuhmu memang sangat indah sekali sayang. Ah … aku jadi ingin menandai sekujur tubuhmu ini. Lalu melihat cairanmu keluar atas apa yang aku lakukan.” Hansel tersenyum. Tangannya dengan lihai membuka kancing kemeja yang dikenakan oleh Amel. Hansel melepaskan bra hitam yang melekat di d**a Amel. “Indah.” Pujinya kembali. Memang sangat indah sekali. Hansel perlahan menunduk, lalu lidahnya mulai mengulum pucuk yang selama ini ingin dikulum olehnya. Jarinya memainkan pucuk yang satu lagi. Tubuh Amel bergetar merasakan bagaimana sentuhan yang dilakukan oleh Hansel padanya. Seumur hidup Amel. Ini hal terintim yang pernah dilakukan olehnya. Lelaki yang menyentuh dirinya. Dan bertelanjang di depan lelaki itu. Hansel menyeringai, lalu tangannya perlahan turun ke bawah. Memegang bagian intim milik Amel. “Sudah basah sayang. Tenang sayang. Jangan tegang. Aku tidak akan memasuki dirimu, jadi, kau harus tenang,” ucap Hansel tersenyum. Lalu menurunkan celana dalam hitam milik Amel. Celana dalam itu sudah terlepas dari kaki jenjang Amel. Kini Amel sudah sepenuh berada di bawah kuasa Hansel. “Memang sangat indah sekali sayang.” Pujinya lagi. Amel mendengar pujian itu merasakan pipinya yang memerah. Amel sama saja dengan wanita yang pernah menikmati malam panas dengan Hansel. Tidak bisa menolak rayuan begitu memabukkan yang diberikan oleh pria tampan itu padanya. “Aku akan membuat kau terbang. Aku hanya bermain lidah sayang,” ucap Hansel, lalu perlahan lidahnya terulur untuk menelusuri kulit yang bak putih salju itu. Hansel menjilat bak es krim. Amel melekungkan tubuhnya. Suara lenguhan itu akhirnya keluar dari dalam mulut Amel. Hansel mendengarnya menyeringai. Tangannya sekarang sudah memainkan klit Amel. Amel menggeleng, dan mau menangis. Rasa nikmat sentuhan diberikan oleh Hansel padanya, membuat kepala Amel pening. “Pak, saya mau pipis!” ucapnya. Amel mendorong kepala Hansel. Amel merasakan akan kencing. Tidak mau bertindak kurang ajar pada atasannya yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Hansel menahan paha Amel, kembali menarik kedua paha itu berlawan arah dan Hansel kembali menjulurkan lidahnya. “Ayo, pipis saja sayang. Aku akan menelan cairan darimu dengan senang hati.” Amel mendengar apa yang dikatakan oleh atasannya terkejut. Amel menggeleng, tidak mau melakukan itu. Dia akan menjadi orang kurang ajar. Padahal apa yang dilakukan oleh Hansel pada Amel sekarang lebih kurang ajar. “Pipis sayang!” perintah Hansel datar. Amel yang sudah tidak tahan mengeluarkan cairannya. Hansel segera menyesap habis cairan itu. Lalu tersenyum tipis. “Hem, nikmat. Aku sangat suka sayang. Pakai bajumu kembali.” Ucap Hansel beranjak dari sana lalu berjalan menuju kamar mandi. Memuaskan dirinya sendiri menggunakan tangannya. Sialan! Kalau saja yang ada di depannya tadi adalah seorang wanita yang dibayarnya semalam dan sudah ahli dalam setubuh. Maka Hansel tidak akan segan-segan melakukannya. Memasuki wanita itu kasar. Dan sampai pagi. Ini Amel—gadis yang masih polos dan masih banyak yang harus diberikan pelajaran caranya memuaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD