6. Tidak bisa menerima.

1279 Words
Dilan POV. "Dilan! Kamu tadi main tenis ya sama Rindu?" tanya Meta padaku. Saat ini aku sedang berada di kantin. Aku mengangguk, seraya memotong bakso miliknya Meta yang besar. Kalau sedang makan bakso, Meta pasti meminta padaku untuk memotongkan bakso daging yang berukuran besar itu. Membahas tentang bakso, aku jadi ingat waktu itu. Ketika aku sama Rindu berada di kantin sedang beristirahat juga. "Dilan boleh minta tolong enggak?" "Apa?" "Aku salah pesan bakso. Harusnya bakso telur, tapi malah daging. Boleh tukeran enggak? kamu makan bakso aku, dan aku makan mie ayam punya kamu?" "Enggak bisa lah! kenapa juga kamu harus salah pesan. Aku lagi suka makan mie ayam!" "Oh, ya udah, enggak apa apa." Kemudian Rindu pergi ke bangku sebelah, di mana ada murid perempuan yang sedang makan mie ayam. Dia terlihat menawarkan baksonya. Dan perempuan itu pun ternyata menolaknya dengan alasan ia tidak suka makan bakso juga. Aku merasa kasihan, namun entah apa yang terjadi pada diriku. Aku tetap membiarkannya tidak makan apa apa. Dan pada akhirnya dia membungkus bakso itu, dan memberikannya pada pemulung s****h plastik yang ada di sekolah kami. "Terima kasih Nak rindu. Kamu baik sekali." ujar Bapak Tano, dia pemulung yang selalu datang ke tempat s****h yang ada di bagian luar sekolah kami. "Sama sama, Pak." ujar Rindu begitu ramah. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saat itu. "Dilan! Mana bakso ku? Dih, malah ngelamun?" Meta membuyarkan ingatan ku. "Eh, iya." Aku segera memotong bakso itu dengan cepat. Kemudian menyerahkannya pada Meta. "Makanlah!" ucapku. Dan Meta tersenyum dengan semringah, lalu memakan bakso tersebut. Aku pun mulai sibuk dengan makanan yang ada di depanku. Semangkuk mie ayam yang pernah di pinta oleh Rindu. Ah, kenapa dadaku jadi sesak kalau mengingat gadis itu. Apakah karena dosaku yang terlalu besar padanya? "Dilan, boleh enggak aku nyobain jus mangga punya kamu?" tanya Meta, kembali membuyarkan lamunanku. "Oh, iya, boleh." ku sered pelan gelas tinggi berisi jus mangga itu pada Meta. "Terima kasih." ujar Meta, dia pun mulai menyesap sedotannya. "Dilan, aku kehabisan uang. Boleh enggak, aku pinta setengah jus mangga kamu?" "Kamu kebiasaan! Ada aja alasannya. Lupa lah! kehabisan uang lah! kamu ko boros banget sih!" "Kedua orang tuaku belum transfer. Jadi aku kehabisan uang." "Ya itu terserah kamu. Kan kamu bukan anak aku! lagian itu bukan urusanku!" Lagi, aku malah memarahinya kala itu. Aku sungguh tidak berhati. Padahal kalau diingat saat ini. Apa salahnya kalau aku memberikan setengah jus ku padanya. Pasti tidak akan ada ruginya. Kuusap kepalaku yang mendadak terasa pusing. Bukan! bukan aku sakit. Aku hanya merasa kalau aku bukanlah seorang manusia. Kenapa aku sangat tega sekali melakukan itu pada Rindu. Apa salahnya? "Jus kamu enak banget. Tahu gitu, tadi aku pesen mangga aja." ujar Meta. Membuat Dilan menatap pada gadis di depannya itu. "Kalau kamu mau, ambil aja. Nanti aku pesen lagi." ucapku. Dan Meta terlihat begitu bahagia. Ah, andai aku dulu mengatakan itu pada Rindu. Tentunya dia pasti akan senang. Dan aku tidak akan merasa bersalah seperti ini. Aku pun mencoba menghabiskan mie ayam miliku meski aku sudah tidak berselera lagi. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Semua yang aku makan selalunya jadi hambar ketika aku mengingat bagaimana prilaku ku dulu pada Rindu. Belum saja selesai aku memikirkan gadis itu. Tiba tiba aku mendapatinya berjalan ke arah stand bersama Raya dan Abijar. "Lo mau pesen apa?" tanya Abijar pada Rindu. Gadis itu terlihat berpikir. "Gue sup ikan sama nasi aja." jawab Rindu. "Dih, sehat banget pesenannya!" ledek Abijar. Rindu hanya terkekeh. "Lo ke sana gih, biar gue yang pesenin." ujar Abijar lagi. "Dih, enggak perlu. Kita pesen sama sama aja." Rindu menolak. "Udah, terima aja Rin. Dari pada lo jalan kaya orang pincang." ujar Raya. Dan aku mendapati Rindu memang berjalan agak terpincang pincang. Aku tidak tahu kenapa sebelah kaki gadis itu. "Oke, Makasih ya, Bi." ucap Rindu. "Iya, Umi!" ledek Abijar, menghadirkan kekehan dari Rindu dengan pukulan pelan di bahunya Abijar. "Dasar luh!" decaknya. Raya menggeleng tidak habis pikir. "Cieee ..., ternyata ada umi, abi di sini." Raya ikut membuat gadis itu tersipu. Ah, kenapa senyumnya terlihat manis? sejak kapan dia memiliki senyum yang seperti itu. Lalu ku lihat Rindu duduk tidak jauh dari bangku ku. Aku yakin sekali ia melihat keberadaanku dan Meta. Namun entah kenapa ia seolah sedang sengaja tidak menoleh pada kami. Dia malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Sesekali tersenyum dan berdecak senang. "Nih, makan siangnya Tuan Putri!" tidak lama setelah itu, Abijar dan Raya datang. Abijar meletakan sepiring nasi putih dan mangkuk yang berisi sup ikan. "Terima kasih ya ...," ujar Rindu. "Dengan senang hati, Umi!" ucap Abijar. "ABIJAR!" kesal Rindu, namun terkesan manja. Membuat Abijar hanya terkekeh dengan mengusap puncak kepalanya. "Dih, nyebelin!" Ketus Rindu. Aku melihat sepertinya diantara mereka ada sebuah kedekatan yang tidak biasa. Dari cara Abijar melihat Rindu, dan dari bagaimana Abijar memperlakukannya. Terkesan sangat lembut dan begitu menghargai. Seperti yang aku lakukan pada Meta. Mereka pun terlihat makan dengan sesekali bercerita. Rindu, Raya dan Abijar terlihat akrab. Namun yang lebih dominan adalah Abijar yang terus berusaha mengajak Rindu untuk berkomunikasi. "Mau nonton enggak? gue yang traktir deh." terdengar Abijar kembali bersuara. "Lo ngajakin rindu mulu! Gue enggak diajakin!" Raya terlihat keki. Abijar terlihat mendengus. "Iya boleh, Raya. Kita nanti nonton bertiga. Gue yang traktir!" ujarnya. Sedangkan Rindu, dia hanya mengangkat kedua bahunya saja. Seperti tidak tertarik pada ajakannya Abijar. "Ya udah, serah lo aja. Emang lo punya duit?" ledek Rindu. Membuat Abijar tergelak kesal. "Ya punya lah. Gitu banget sama gue." "Ya kirain lo enggak punya duit. Jangan sampe mau traktir gue. Malah kebalik, gue yang bayarin ujung ujungnya!" "Enggak, lah, umi. Abi bakal kasih apa aja yang umi mau!" "Dih, nyebelin lagi," Rindu menatapnya dengan memicing. Dan Dilan hanya tersenyum dengan sebuah juluran lidah. *** Sore ini, aku pergi menonton bersama Meta. Kami berdua sedang antree tiket. Kala ku melihat Rindu, Raya dan Abijar berada di di belakang kami. Dan tidak sengaja mataku dan Rindu bertemu untuk beberapa saat, dan Rindu lebih dahulu menarik pandangan. Dia memilih mengobrol dengan Abijar. Ku hela napas ini, ada yang aneh dengan diriku. Setelah kami putus, seharusnya aku bahagia karena Meta bisa bebas bersama ku. Dan kami pun sudah bisa lebih dekat. Satu hal yang selalu aku inginkan dari dahulu. Aku seharusnya tidak perlu lagi memikirkan Rindu. Semua yang aku inginkan sudah tercapai. Namun, ... "Ayo, Dilan. Kita sudah dapat tiketnya." Meta menarik lenganku, dan kami pun berjajalan ke arah pintu masuk. Setelah beberapa menit, orang orang pun pada masuk dengan membawa popcorn mereka masing masing. Aku lagi, melihat Rindu duduk bersama Abijar dan Raya tidak jauh dari bangku ku dan Meta. Rindu tepat berada di depanku. Sehingga aku bisa melihat dan mendengar ia berbicara dengan Abijar dan Raya. "Mau nyobain cola punyaku enggak?" kudengar Abijar berkata pada Rindu. "Hm, enggak deh, cola mah sama aja." jawab Rindu. "Dih, ini mah beda. Mau enggak?" terlihat Abijar memberikan cola miliknya. Dan dengan ragu ragu, Rindu menyesapnya. "Beda kan?" tanya Abijar. "Ikh, sama aja." ujar Rindu datar. Terlihat Abijar tersenyum, lalu menyesap cola bekas mulutnya Rindu. "Beda ko, rasanya lebih manis." goda Abijar, menghadirkan kekehan dari Raya, dan Rindu hanya menggeleng tidak habis pikir. Kemudian setelah itu, lampu mulai dimatikan, dan film pun dimulai. Di tengah tengah tontonan, aku melihat Rindu sepertinya pergi ke toilet. Entah kenapa aku pun berdiri dan menyusulnya. Aku malah berdiri di pintu masuk toilet pria. Aku sama sekali tidak berniat untuk masuk ke dalamnya. Bahkan sampai Rindu keluar dari pintu toilet perempuan. Karena kebetulan kedua toilet itu memang berdampingan. Kembali tatapan kami bertemu, dan lagi lagi Rindu lebih dulu menarik pandangan. Namun entah ada apa dengan diriku, aku merasa tidak terima diabaikannya. Sehingga ku tarik tangannya, membuatnya kaget dan membelalakan kedua mata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD