BAG.4

1497 Words
    Siang ini aku sudah berada di depan gedung NIS yang sangat tinggi dan megah ini. tiba-tiba aku merasa ciut untuk masuk kedalam. Pasti disana banyak yang cantik, tampan dan modis. Sedangkan aku hanya gadis biasa, tidak begitu cantik tapi tidak jelek. Kukumpulkan keberanian untuk melangkahkan kaki kedalam.     Ternyata dekorasi dalamnya jauh lebih mewah dari tampilan luarnya. Beberapa foto artisnya terpajang dengan ukuran yang sangat besar di lobi, hampir setinggi 2 meter.     “selamat siang, ada yang bisa saya bantu nona?” resepsionis itu menyapaku dengan sangat ramah.     “selamat siang, aku ingin bertemu dengan Tuan David Mc.Keagan”     “apakah anda sudah membuat janji? Jika belum ada tidak bisa bertemu dengannya” Shoot! Aku bahkan tidak menelponnya ketika akan datang kesini.     “tapi dia memintaku untuk datang kemari”     “maaf, jika anda belum membuat janji anda tidak bisa menemuinya” resepsionis itu tetap menolakku.     “aku tidak bohong, sungguh. Dia bahkan memberiku ini” aku menunjukan kartu nama yang dia berikan padaku.     “kartu emas?” dia menatapku kemudian mengambil kartu yang kusodorkan. Kemudian dia menelpon seseorang.     “kamu bisa menemui Tuan David di ruangannya lantai 11. Dia sudah menunggumu” resepsionis itu sedikit membungkuk padaku.     Apa kartu yang diberikannya padaku itu mengandung emas? tahu begitu aku bawa dulu ke toko emas. Jika itu memang emas murni aku akan menjualnya dengan harga tinggi. Sekaya apa orang itu sampai membuat kartu nama yang mengandung emas seperti itu, bentuknya seperti kartu kredit pula. Aku juga ingin jadi kaya seperti itu.     Begitu keluar dari pintu lift, aku tinggal belok kanan menuju ruangan Tuan David. Sebelumnya aku mengetuk pintu lebih dulu.     “masuk” aku masuk dengan perlahan dan berdiri di depan mejanya.     “akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggumu dua minggu ini” dia tersenyum sangat ramah. “duduklah”     Aku duduk di kursi yang berada tepat di depan mejanya. Kuremas bagian bawah pakaianku untuk menghilangkan rasa gugup.     “jadi kamu sudah memikirkan akan bergabung?” tanyanya.     “ya aku sudah memikirkannya selama ini”     “bagus. Aku juga sudah mempersiapkan kontraknya untukmu. Bacalah dan tanda tangani” dia menyerahkan surat kontraknya padaku.     Aku membacanya dengan seksama tidak ingin terlewat sedikitpun. Aku di kontrak selama 15 tahun, gajiku ternyata cukup besar. Dalam surat tersebut ‘dalam masa trainee, seorang trainee harus mengikuti semua kelas pelatihan yang ada. Mereka di fasilitasi tempat tinggal di asrama, makanan, pakaian dan perawatan...’     “apa aku boleh meminta satu hal?” David mengangkat sebelah alisnya.     “apa itu?”     “bisakah anda mencarikanku tempat tinggal di daerah Neriaantz?”     “maaf, sepertinya aku tidak bisa mengabulkannya. Aku hanya memfasilitasimu sesuai dengan kontrak yang ada. Jika kamu ingin tinggal di luar, kamu bisa memakai biaya sendiri” aku menelan ludahku dan mengangguk pelan.     “apa aku harus mengikuti semua kelas pelatihan yang ada?’     “kamu hanya perlu mengikuti kelas drama dan modeling. Disitu kamu akan belajar bagaimana mengolah ekspresi, gerak tubuh dan caramu berjalan di depan kamera. Kamu bukan seorang penyanyi idola, jadi kamu tidak perlu kelas vokal”     Aku kembali membaca semua kontrak kerjaku sampai selesai. Tidak ada hal aneh lain yang tertulis di kontrak kerja. Aku hanya perlu mengikuti kontrak dan semua aman. Kontrak kerja dengan NIS sudah selesai kutanda tangani dan kuserahkan kembali pada David, yang juga ditandatangani olehnya.     “kita sudah sepakat, kamu mulai pindah ke asrama hari ini dan memulai kelas esok harinya”     “hari ini? tapi aku tidak membawa apapun dari tempatku”     “baiklah, kamu bisa memulai masa latihanmu lusa. Sekarang kamu bisa pergi”     “baik terima kasih” aku segera berdiri untuk keluar dari ruangan ini.     “oh tunggu. Mintalah pada Seira soal kunci asramamu. Ruangan dia ada di ujung” aku mengangguk.     Aku mencari ruangan paling ujung di lantai ini. setelah merasa yakin ini ruangan yang benar aku mengetuk pintunya.     “oh? Kau trainee baru?” tanyanya begitu aku melihatku membuka pintu.     “ya. Aku kesini untuk mengambil kunci asramaku” ucapku pada Seira.     “siapa yang merekrutmu?”     “Tuan David..”     “owh David. Dia punya mata yang bagus. Ini kuncimu, selamat bergabung” aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Bagaimana bisa dia memberiku ucap selamat dengan wajah tanpa ekspresi seperti itu. ***     Aku tiba di agensiku untuk mengatur kontrak drama, film dan iklanku dengan David. Aku tidak mau mengambil kontrak untuk bermain film, tapi David dengan seenaknya mengatur kontrak tanpa seizinku. Aku tidak suka menghabiskan banyak waktu di lokasi syuting, apalagi film yang proses syutingnya sangat lama.     Pintu lift terbuka aku segera masuk dan menekan angka 11. Lift ini berjalan dengan sangat pelan. begitu sampai aku langsung menuju ruangan David. Kumelihat seorang gadis berjalan kearahku, sepertinya dia pegawai baru yang di rekrut, aku belum pernah melihatnya. Begitu dia mendekat dan berpapasan denganku, aku mencium aroma manis yang menguar dari tubuhnya.     Seperti wangi wine yang berusia puluhan tahun. Memabukkan. Membuatku ingin mencicipinya walau sedikit. Tidak! Kontrol dirimu Jayden! Jangan biarkan insting  berburumu keluar.     “maaf, tanganku?” aku tanpa sadar mengikutinya dan menahan tangannya. Dia menatapku dengan keheranan. Refleks aku melepaskan tanganku darinya.     “maaf” ucapku pelan. Dia hanya tersenyum pelan kemudian berbalik.     “apa kamu tidak mengenaliku?” dia berbalik lagi menatapku.     “maaf, aku belum mengenal siapapun disini”     “kau tidak tahu aku? aku sering berada di televisi”     “sekali lagi maafkan aku, aku jarang menonton televisi” dia sedang berdebar-debar. Aku bisa merasakannya lewat aroma tubuhnya.     “kau bekerja disini? Siapa namamu?” aku mengulurkan tanganku     “Kimberly, aku baru saja menandatangani kontrak” dia menyalami tanganku. Ada perasaan aneh ketika dia menggenggam tanganku.     “aku permisi dulu” dia berjalan menjauhiku tanpa aku sadari. Aku merasakan tanganku seperti disengat listrik saat bersentuhan dengan kulitnya. Tanganku juga jadi memiliki wangi yang sama dengan tubuhnya. Aku berjalan ke ruangan David sambil mengangkat tangan kananku keatas.     “kenapa tanganmu seperti itu Jay?” tanya David yang melihatku sedang menatap tangan sendiri.     “oh! Kau sudah bertemu gadis itu” David sadar ada bau gadis itu yang menempel di tangan Jayden.     “rupanya kau sudah menyukai gadis itu. Sayang sekali aku sudah memiliki mate” David menyilangkan kakinya.     “apa hubungannya dengan mate? Dia sama seperti manusia lain yang memiliki aroma tubuh yang semerbak”     “dia bisa jadi sumber kekuatan dengan darahnya. Dengan wangi darah yang begitu kuat dan manis, dia akan menjadi incaran banyak orang-orang kita”     “jadi kau mengurungnya disini? Menjadikannya stok darah pribadimu? Itu kah alasanmu merekrutnya?”     “itu salah satu dari sekian banyak alasan yang kubuat” ujar David menyeringai. “tenang saja, aku masih mengikuti aturan yang dibuat antara Elitish dan Hunters. Aku tidak sepertimu yang berburu sembarangan”     Aku mendengus kesal mendengar ejekan David. ***     “aargh!” badanku sakit sekali. Aku berbaring dilantai setelah kelas modeling selesai. Aku tidak menyangka seorang model harus berlatih keras seperti ini. Kenapa untuk berjalan saja harus sulit. Harus menegakkan badan, membusungkan sedikit dadamu dan menaikan b****g keatas. Aku menyesali keputusanku. Bahkan sudah satu minggu aku belum bertemu dengan Granma. Aku memejamkan mataku, beristirahat sebentar sebelum lanjut mengikuti kelas lainnya.     Aku mendengar suara pintu terbuka dan suara langkah yang mendekat. Mungkin itu pelatihku yang datang jadi aku diam saja dan tetap berbaring. Tapi aku mencium bau parfum pria yang begitu maskulin. Perlahan kubuka mataku, seorang pria dengan rambut pirang mata cokelat sedang berjongkok disampingku.     “AKK!” aku berteriak kaget dan mendorongnya. Dia sedikit terdorong kebelakang, namun dengan gerakan cepat dia memposisikan dirinya dengan duduk.     “hei kamu membuatku kaget!” aku duduk sambil mengelus dadaku yang berdegub kencang. Lelaki itu masih menatapku dengan lekat.     “hai” sapanya padaku.     “halo. Siapa namamu? Aku Kimberly, apa kamu trainee juga sepertiku?” tanyaku. Berharap bisa mendapat teman baru disini.     “aku Kael Lucas. Tubuhmu bau sekali” ucapnya.     “tak perlu mengejekku. Aku sudah berlatih selama berjam-jam disini jelas tubuhku bau keringat” ucapku dengan kesal.     “maaf, maksudku bukan begitu”     “ya ya. Tak perlu kau jelaskan. Aku akan pulang dan mandi”     “maaf, tapi...”     “sudahlah Kael. Tidak perlu kau bahas lagi bau badanku” aku merasa malu badanku dibilang bau oleh lelaki setampan dia.     “kenapa kamu tidak menungguku Lucas!” seseorang datang lagi dengan wajah yang kesal.     “oh! Kamu!” aku ingat dia adalah lelaki yang menahanku di depan lift. Dia juga menatapku dengan terkejut. Dia menatap wajah temannya yang sudah mengunci kearahku.     “pergi dari sini” ucapnya dengan tegas. “cepat pergi Kim!”     Dia berteriak keras sehingga membuat tubuhku terhentak. Aku tidak tahu kenapa dia begitu marah melihatku. Tapi aku tetap diam di tempat, tidak terima aku diperlakukan seperti itu padahal aku tidak melakukan apapun.     “aku tidak melakukan kesalahan apapun kenapa kamu membentakku seperti itu, hah!”     “ini demi kebaikanmu sendiri. Cepat pergi” kulihat dia menatap cemas kearah Kael yang masih memandangiku. Tatapannya sedikit mengerikan.     “tapi... AAKKK!” aku merasakan tubuhku tiba-tiba terdorong ke lantai dan suara berdebum yang sangat keras.     “Lucas! Tahan dirimu!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD