Bab 5 Menikah?

1488 Words
Sudah dua hari Stella di rawat, dan kini ia tengah ditemani oleh Reina, Reina tentu sangat cemas ketika Stella tak kunjung pulang ke rumahnya, alhasil dengan terpaksa Stella pun menceritakan semuanya kepada sepupunya itu, apalagi orang tua Reina juga turut mencemaskan Stella, dan Stella tak ingin membuat satu keluarga itu terlalu mengkhawatirkan dirinya yang tak kunjung pulang ke rumah mereka. "Gue masih nggak nyangka kalau cowok yang udah buat Lo bunting itu cowok yang kita lihat waktu itu di kafe, kenapa Lo diem aja sih? Kenapa Lo nggak bilang kalau tuh cowok yang udah merkosa Lo?" Tanya Reina dengan nada sebal. "Entahlah, gue cuma belum siap aja Rei. Gue bahkan mau kabur, kalau emang hamilpun gue nggak bakal kasih tau pak Noct, tapi sialnya gue malah diperiksa sama dia, gue nggak tau sama sekali kalau dia jadi dokter, setau gue, dia cuma atasan gue, pemilik showroom." Jelas Stella dengan nada sedih dan bingung. "Kayaknya dia mau tanggung jawab, Lo minta dia nikahin Lo aja Stel." "Mustahil, gue nggak mungkin minta hal konyol kayak gitu, apalagi dia udah punya calon istri. Gue kayaknya mau pulang aja, gue kangen mommy, gue nggak nyaman disini dengan kondisi gue yang kayak gini. Gue butuh support. Down banget rasanya Rei." Kedua mata Stella tampak berkaca-kaca ketika menjelaskan itu semua pada Reina. "Yang sabar Stel, gue tau Lo wanita kuat. Lo takut karir modeling Lo hancur ya? Lo masih minat berkarir jadi model?" "Itu dunia gue sejak kecil Rei, gue terpaksa ninggalin itu semua untuk sementara waktu karena masalah perjodohan gue, dan sekarang gue malah kena masalah besar, tapi gue juga nggak bisa nyalahin anak ini sepenuhnya." "Coba aja dulu, Lo jalanin semua ini sama bos Lo, kali aja kalian berdua emang udah ditakdirkan bersama. Gue dukung banget kalau Lo sama dia, udah mapan, ganteng, dokter pula. Lo beruntung banget." "Tau ah gue pusing." Stella lantas menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan, tepat bersamaan dengan hadirnya kedatangan Noctis bersama beberapa perawat. Sontak hal itupun langsung membuat Reina terkejut, gadis itu langsung merasa gugup dan salah tingkah karena melihat sosok dokter tampan itu. "Saya ganti dulu infusnya ya mbak." Ujar suster tersebut namun tak digubris oleh Stella yang masih menutupi wajahnya dengan tangan, wanita itu tampak begitu tertekan dan Noctis bisa melihat akan hal itu. "Gue ke kantin dulu ya Stel! Saya tinggal dulu ya dok!" Pamit Reina pada Noctis. "Ya." Angguk pria itu. Noctis pun lalu mengecek suhu tubuh Stella, pria itu langsung bernafas lega karena termometer menunjukkan angka 36°, suhu tubuh Stella sudah benar-benar normal dan tidak naik turun lagi seperti kemarin-kemarin. Hasil tes darah Stella kemarin menunjukan jika wanita itu terserang Typus, itu sebabnya mengapa suhu tubuhnya selalu naik turun dan tidak stabil. "Sudah dokter, saya permisi dulu!" Pamit perawat tersebut. "Iya, terimakasih." Ungkap Noctis. "Sama-sama dok." Perawat itupun segera pergi meninggalkan ruangan Stella. "Apa masih pusing?" Tanya Noctis pada Stella. Pria itu tampak cemas, sejak kemarin Stella tak mau bicara banyak padanya, padahal ia ingin membicarakan banyak hal dengan wanita itu. "Iya." Angguk Stella, ia memang sedang pusing, pusing memikirkan nasibnya nanti. "Sejak kemarin saya ingin bicara dengan kamu, tapi sepertinya kamu selalu menghindar, padahal saya ingin segera memperjelas semuanya supaya kamu tidak berpikiran macam-macam." Ujar Noctis. "Kemarin saya memang belum siap, tapi sekarang kalau bapak mau bicara silahkan aja." "Hm. Tapi sebaiknya kamu makan siang dulu." Noctis pun mulai mengambil mangkuk berisi bubur yang sempat dibawa oleh perawat tadi. "Saya lagi malas makan apapun, perut saya masih nggak enak." "Jujur saya sangat kesal dengan pasien saya bila mereka bersikap egois, saat ini mereka hidup untuk dua nyawa, atau salah satu nyawa harus dikorbankan karena sikap egois mereka." Nada bicara Noctis memang begitu tenang, namun kata-katanya mampu membuat hati Stella tertusuk-tusuk. "Saya tau kamu tidak siap sama sekali dengan kehamilan ini, saya bisa melihat jika kamu sangat tertekan, sekali lagi saya minta maaf karena sudah menghancurkan karir dan impian kamu. Tapi saya mohon, tolong jangan pernah salahkan anak saya, jaga dia dengan baik, sayangi dia seperti kamu menyayangi diri kamu sendiri. Saya berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya, menuruti segala apa yang kamu mau." Jelas Noctis. "Kalau saya mau bapak nikahi saya, apa bapak mau?" "Apa?" Kedua manusia itu langsung terdiam, Noctis terdiam terkejut sedangkan Stella terdiam membisu melihat keterkejutan Noctis. Stella sudah mengira jika pria itu pasti akan keberatan ketika ia meminta sebuah pernikahan, dari raut wajahnya saja Stella bisa menebak jika Noctis pasti akan menolaknya mentah-mentah. "Nggak usah bapak jawab pun saya sudah mengerti jika bapak pasti tidak akan mau menikahi saya. Jika bapak tidak bisa memenuhi permintaan saya lebih baik enyahkan saja keinginan bapak untuk bertanggung jawab terhadap kami berdua, ka-" Cup Karena merasa kesal dengan kebawelan Stella, Noctis pun tiba-tiba langsung membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya. Singkat memang, namun cukup mampu untuk membuat jantung Stella hampir saja berhenti berdetak. "Menikah memang tak pernah ada dalam kamus hidup saya, tapi demi tanggung jawab saya, saya pasti akan melakukan apapun yang kamu minta termasuk menikahi kamu. Saya bukan laki-laki pengecut yang akan lari begitu saja dari masalah yang sudah saya buat sendiri. Sejak kecil hidup saya begitu berat tanpa orangtua, dan saya tidak mau jika anak saya sampai mengalami hal yang sama seperti saya." Jelas Noctis dengan penuh penekanan. Stella bahkan sampai tak mampu berkata-kata karena mendengar seluruh penuturan Noctis. Stella baru tahu jika pria ini begitu sangat tegas dan tak mau dibantah sedikit pun. Stella salah besar karena sudah meremehkan Noctis, Noctis ternyata sangat berbeda, jauh dari pria-pria lain yang pernah Stella kenal diluar sana. "Kita akan bicarakan masalah pernikahan setelah kondisi kamu membaik, sekarang kamu makan dulu, saya nggak mau anak saya sampai kenapa-kenapa karena kamu malnutrisi." Noctis pun langsung menyerahkan semangkuk bubur pada Stella, Stella pun menerimanya dengan ragu, mau tidak mau ia harus menuruti perintah sang dokter, karena Stella sendiri tidak mau membuat Noctis semakin marah padanya. Meskipun enggan, namun Stella tetap berusaha memaksakan diri untuk memakan bubur tersebut, satu suapan masih baik-baik saja karena ia berhasil menahannya dengan baik, tatapan tajam penuh intimidasi yang Noctis berikan sejak tadi benar-benar membuat Stella tak bisa berkutik, sampai suapan ketiga dimana ia benar-benar sudah tak mampu menahan rasa mualnya lagi dan langsung memuntahkan isi perutnya disamping tempat tidur. "Hoek!" Melihat hal itu, tubuh Noctis langsung reflek bergegas menghampiri Stella lebih dekat, namun Stella malah mengibaskan tangannya dan menutupi wajahnya. "Jangan melihat, saya malu, ini menjijikkan." Ujar wanita itu dengan susah payah, namun Noctis sepertinya menghiraukan Stella. "Pak sa-" "Diamlah!" Sahut pria tampan itu, Stella pun langsung mengatupkan bibirnya, kedua mata lebarnya langsung berkaca-kaca, perasaannya begitu sensitif, ia takut Noctis marah. Noctis pun lantas melepas jas putihnya, lalu menggulung lengan kemejanya, dokter tampan itu kemudian membersihkan muntahan Stella tanpa rasa jijik sama sekali, padahal ia bisa saja menyuruh perawat. Setelah bersih, ia pun menuju ke arah toilet, mengambil baskom dan handuk, setelah semuanya bersih, ia lalu menyuruh Stella untuk berkumur. "Saya buatkan s**u hangat dulu." Ujar pria tampan itu, lalu iapun menuju dapur kecil yang terdapat disana. Stella bahkan sampai melongo dibuatnya, ia tak pernah mendapatkan perlakuan hangat seperti ini dari seorang pria, dan ia tak menyangka sama sekali jika pria dingin seperti Noctis bisa seperhatian ini kepadanya. Apa karena ia tengah mengandung anak pria itu? Entahlah. Yang jelas Stella sangat senang dan menikmatinya. "Siang ini apa perawat sudah memberikan kamu obat?" "Udah, tapi saya belum sempat minum." "Sepertinya kamu sudah tidak membutuhkan Antibiotik, yang kamu butuhkan sekarang hanya obat mual. Biar nanti saya suruh perawat untuk mengganti obatnya. Sekarang minum dulu susunya." Noctis pun duduk di samping Stella, pria itu menyodorkan segelas s**u hangat ke pada wanita cantik didepannya. Noctis tampak biasa saja, tapi Stella benar-benar dibuat mabuk kepayang dengan segala bentuk perhatian pria tampan itu. Stellapun tak menyangka, segelas s**u hangat bisa lolos begitu saja ke dalam perutnya ketika Noctis yang meminumkannya. "Bisa minum dengan tenang?" Noctis sudah menduga sebelumnya, jika hal ini akan berhasil membuat Stella memasukan sesuatu ke dalam perutnya. Dokter Obgyn itu bahkan sampai tersenyum tipis, sangat tipis sekali, hatinya menghangat, ia merasa terharu karena calon anaknya sedang ingin ia manjakan seperti ini. "Ya-yah..." Stella tampak salah tingkah, wajah tampan Noctis kenapa bisa berkali-kali lipat tampannya bila dilihat sedekat ini. "Mungkin dia mau dekat-dekat." Ya Tuhan Stella bahkan kembali berkaca-kaca, ia terharu, merasa bersalah karena sempat berfikiran ingin melenyapkan janinnya. "Saya ingin menyentuhnya, kalau bisa saya ingin sering-sering melakukannya. Saya ingin dia tau jika dia tidak sendiri, kedua orangtuanya menginginkan dan menyayanginya." Pecah sudah tangisan Stella, kata-kata Noctis benar-benar sudah berhasil membuatnya sadar jika ia harus mempertahankan kehamilannya, Stella mengangguk-angguk setuju, dengan senang hati ia mengijinkan Noctis melakukan apapun yang ia inginkan. Dengan berani, Stellapun segera memeluk Noctis, menangis sejadinya disana dan menumpahkan segala bebannya disana. Dan tanpa diduga, Noctis pun turut membalas pelukan Stella, membiarkan wanita itu menangis sejadinya dipelukannya, mungkin dengan begitu bisa membuat Stella bisa merasa tenang, dan Noctis akan melakukan apapun sebagaimana mestinya seorang calon ayah yang siap siaga. "Jangan tinggalin saya." "Tidak, meski kamu minta sekalipun."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD