5

1974 Words
Athalia kedatangan tamu di kediamannya. Ia membuka pintu, wajah tidak senang langsung menyapanya. Dengan kasar orang yang bertamu masuk ke dalam rumah, mendorong Athalia ke samping agar tidak menghalangi jalannya. "Apakah kau sangat menyukai posisimu di rumah ini sampai kau bahkan menerima suamimu memiliki wanita lain? Apa kau cukup punya harga diri?" Kalimat tajam itu mengarah ke Athalia disertai dengan tatapan penuh kebencian yang sudah Athalia terima selama bertahun-tahun. "Apakah Mom datang ke sini hanya untuk mengatakan itu?" Athalia bertanya dengan nada dingin. Wanita ini telah bersikap sopan pada ibu mertuanya selama ia menikah dengan Baskara. Ia selalu memaafkannya meski wanita itu terus menyerangnya dengan kata-kata tajam serta tidak pernah bersikap baik padanya. Athalia pikir suatu hari nanti ibu mertuanya pasti akan menyukainya. Ia hanya perlu terus bersikap baik agar wanita itu melunak. Namun, tampaknya ia terlalu naif karena berpikir seperti itu. Pada kenyataannya ibu mertuanya tidak akan pernah menerima kehadirannya. Dan sekarang setelah wanita itu mengetahui bahwa Baskara sudah memiliki wanita lain yang sedang mengandung, tentu saja ibu mertuanya akan semakin kejam padanya. Athalia tidak akan berharap bahwa wanita ini akan menasehati putranya karena melakukan hal yang salah, karena itu tidak mungkin terjadi. Ibu mertuanya jelas mendukung Baskara. Wanita itu akan menjadi yang terdepan untuk merestui Baskara dan Shylla. Ibu Baskara mendengus mendengar ucapan dingin Athalia. Sepertinya menantu yang tidak ia harapkan ini sudah berani bersikap kurang ajar padanya. "Apa kau berharap aku datang ke sini untuk mengatakan kata-kata manis padamu? Wanita pembawa sial sepertimu tidak pantas mendapatkannya!" Athalia tersenyum dingin. "Tidak sama sekali. Dengan kepribadian Mom yang buruk, tidak akan ada kata manis yang keluar dari mulut Mom. Dan aku juga tidak berharap Mom akan mengatakan hal seperti itu karena aku tahu itu palsu." Wajah ibu Baskara menggelap karena ucapan Athalia. Menantunya benar-benar berani menghinanya seperti itu. "Sepertinya kau sudah kehilangan akal sehatmu setelah Baskara bersama Shylla. Ckck, kau terlalu banyak berharap putraku akan terus setia padamu. Lihat dirimu? Dari bawah ke atas kau tidak bisa dibandingkan dengan Shylla. Kau hanya lumpur dan Shylla berlian! Sekarang enyah dari sini! Tinggalkan Baskara!" "Mom berkata seolah-olah aku ingin bertahan di kediaman ini. Aku bahkan dengan senang hati meninggalkan kediaman ini jika saja Baskara tidak mengancamku. Dengar, aku tidak sudi mempertahankan sampah seperti Baskara!" Tangan ibu Baskara melayang ke wajah Athalia, wanita itu tidak terima putranya disebut sampah oleh Athalia. Baskara adalah hartanya yang berharga. Namun, tangan ibu Baskara hanya tertahan di udara. Athalia menangkapnya. Meremasnya dengan kuat. "Aku sudah cukup mentoleransi rasa sakit yang kalian berikan padaku. Tidak aku izinkan kalian menyakitiku lagi!" Tatapan Athalia seperti pedang yang hendak mencabik-cabik tubuh ibu Baskara. Ibu Baskara terkejut melihat ekspresi mengerikan Athalia. Selama ini Athalia selalu menjadi menantu yang penurut, tidak pernah menentangnya, bahkan tidak berani meninggikan suaranya. Sekarang Athalia berdiri melawannya. "Jadi, ini wajah aslimu. Kau selama ini bersikap seperti wanita murah hati dan penurut hanya untuk memenangkan hati Baskara. Lihat apa yang akan Baskara lakukan padamu setelah dia mengetahui bahwa kau bersikap kurang ajar padaku!" ancam ibu Baskara marah. Athalia tersenyum sinis. "Selama ini aku hanya terlalu bodoh, aku diam saja meski Mom memperlakukanku dengan buruk. Benar, inilah wajah asliku. Aku tidak akan pernah membiarkan kau dan keluargamu menindasku lagi. Sudah cukup, bertahun-tahun sikap baikku tidak pernah kalian hargai, jadi aku tidak akan membuang tenaga dengan melakukannya lagi." Athalia menghempaskan tangan ibu mertuanya dengan kasar. Terdapat warna kemerahan di pergelangan tangan ibu Baskara. Athalia benar-benar mencengkramnya dengan kuat. "Kau wanita mengerikan!" desis ibu Baskara. Ia merasa pergelangan tangannya seperti akan patah. "Pergi dari sini, jangan merusak ketenanganku dengan kata-kata beracunmu. Dan ya, aku ingin mengucapkan selamat padamu karena akhirnya Mom akan menjadi nenek. Aku berharap Mom berumur panjang agar bisa melihat cucu Mom lahir dan tumbuh." Athalia bermurah hati dengan mendoakan ibu Baskara. Ibu Baskara merasa semakin marah karena Athalia berani mengusirnya dari kediaman putranya. Hari ini ibu Baskara ingin menaburkan garam ke luka Athalia. Ia berharap Athalia akan menangis darah karena Baskara memiliki Shylla. Akan tetapi, yang terjadi saat ini tidak seperti yang ia harapkan, Athalia tidak menangis sama sekali. Wanita itu bahkan terkesan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Baskara dan Shylla. Athalia bahkan tidak menginginkan Baskara lagi. Seharusnya Baskara lah yang mencampakan Athalia, bukan sebaliknya. Ibu Baskara mengepalkan kedua tangannya kuat. Ia ingin sekali merobek mulut Athalia. "Siapa yang akan percaya doa-doamu itu tulus. Aku lebih yakin kau berharap sebaliknya. Kau cemburu Shylla bisa mengandung anak Baskara sedangkan kau tidak. Kau mendoakanku berumur pendek agar tidak bisa melihat cucuku. Kau benar-benar memiliki pikiran yang kejam. Kau iblis!" Athalia terkekeh pelan. "Imajinasi Mom terlalu liar. Aku pikir itu adalah apa yang Mom pikirkan sendiri. Dengar, aku tidak akan repot mendoakan hal buruk untuk kalian. Itu terlalu sia-sia." Darah ibu Baskara semakin tidak terkendali. Wanita ini mungkin akan terkena serangan jantung sebentar lagi karena terlalu marah. Tangannya bahkan sudah bergetar. Suara deru mobil terdengar. Ibu Baskara menatap Athalia penuh kemenangan. Ia yakin yang datang adalah putra kesayangannya. Betul saja, beberapa detik kemudian Baskara masuk ke dalam rumah. "Mom di sini?" Baskara mendekat ke arah ibunya. "Benar. Mom ke sini untuk melihat Athalia. Namun, istrimu tidak suka Mom datang. Dia mengusir Mom." Ibu Baskara mengadu. Athalia tidak peduli sama sekali. Ia hanya bersikap tenang. Wanita ini sudah terbiasa melihat sandiwara memuakan ibu Baskara. "Lihat, Athalia bahkan melakukan ini pada Mom." Ibu Baskara mengangkat tangannya yang masih merah. "Athalia sangat kurang ajar." Baskara melihat ke pergelangan tangan ibunya. Ia akan meragukan ucapan ibunya jika tidak disertai bukti. Ia cukup mengenal Athalia yang selama ini sopan pada ibunya. "Apa yang sudah kau lakukan pada Mom, Athalia?" tanya Baskara meminta penjelasan. "Aku hanya mencegah Mom menamparku." Athalia menjawab acuh tak acuh. "Aku melakukan itu karena kau menyebut Baskara sampah! Kau menghina putraku, mana mungkin aku akan diam saja!" geram ibu Baskara. Ia sengaja memprovokasi putranya agar marah pada Athalia. "Kau benar-benar mengatakan itu, Athalia?" Baskara lagi-lagi bertanya. Ibunya merasa kesal karena putranya masih perlu bertanya pada Athalia untuk memastikan itu. Apakah putranya sendiri tidak mempercayainya. "Baskara, mari kita buat semua menjadi jelas sekarang. Mom datang padaku dan mempertanyakan harga diriku yang masih bertahan di rumah ini. Tolong katakan padanya agar dia mengerti bahwa aku sudah meminta bercerai darimu, dan aku sama sekali tidak sudi bertahan denganmu dalam pernikahan yang sudah ternodai. Karena tidak ada yang bahagia dengan mempertahankan pernikahan ini, maka ceraikan aku dengan segera. Aku tidak akan meminta kompensasi apapun darimu." Athalia mengatakannya dengan jelas, hanya orang tuli yang tidak bisa mendengar apa yang ia ucapkan. "Kau sungguh bernyali. Kau bukan apa-apa tanpa Baskara. Selama ini kau hidup mewah karena kau istri Baskara. Dan sekarang kau bersikap angkuh seolah kau tidak membutuhkan Baskara sama sekali. Kau terlalu merendahkan Baskara." Ibu Baskara marah untuk putranya, tapi niatnya di sini sangat jelas bahwa ia ingin memperburuk hubungan Baskara dengan Athalia. Athalia tertawa kecil. Selama ia menikah dengan Baskara ia tidak pernah menghambur-hamburkan uang Baskara. Ia membeli semua yang ia inginkan dengan penghasilannya sebagai seorang pelukis dan pemilik D Art Gallery. Ia bahkan tidak menghabiskan uang Baskara untuk membeli pakaian mahal, perhiasan atau kendaraan. Ia hidup dengan sangat hemat. Athalia benar-benar tahu bagaimana rasanya hidup tanpa uang, jadi ia tidak ingin membeli sesuatu yang tidak ia butuhkan. Memang benar dia tinggal di kediaman mewah yang dibeli oleh Baskara sebagai hadiah pernikahan mereka, tapi bukan berarti ia menikmati segala kemewahan seperti yang disebutkan oleh ibu mertuanya. Baskara bukan suami yang pelit. Pria itu memberikan uang yang sangat banyak untuk Athalia, tapi Athalia tidak pernah menggunakan uang itu untuk keperluannya sendiri. Selama ini Athalia hanya menggunakan uang itu untuk keperluan Baskara, serta untuk membeli hadiah untuk keluarga Baskara. Jadi, bisa dengan bangga Athalia mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan Baskara untuk kelangsungan hidupnya. "Baskara, pernikahan kita tidak bisa dilanjutkan. Biarkan kita hidup dengan jalan masing-masing. Kau bisa membawa Shylla ke kediaman ini, dan aku bisa memulai hidupku yang baru. Bukankah itu sama-sama baik untuk kita?" Athalia mengabaikan ucapan ibu Baskara. Ia tidak perlu mengatakan apapun tentang itu karena Baskara tahu jelas kebenarannya. Baskara membenci kata-kata cerai yang keluar dari mulut Athalia. Ia tahu Athalia seorang wanita mandiri, tapi ia tidak berharap Athalia akan dengan mudah meminta berpisah darinya. "Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi, Athalia? Kenapa semudah itu kau ingin bercerai dariku." Baskara menekan amarahnya yang hendak meledak. "Pantaskah kau dicintai setelah kau menghancurkan hatiku, Baskara? Tanyakan pada dirimu sendiri," seru Athalia dengan nada dingin. Ia pikir Baskara tidak perlu mempertanyakan hal yang sudah jelas seperti itu. Tidak akan ada lagi cinta yang tersisa untuk Baskara. Athalia ingin mengakhiri pernikahan dengan sesegera mungkin agar ia tidak membenci Baskara lebih banyak. Kebencian hanya akan menyiksa dirinya sendiri. Ia juga bukan seorang pendendam, tapi jika ia menerima lebih banyak luka lagi, ia mungkin akan menghitung setiap luka yang ia terima dan membalasnya berkali-kali lipat. "Baskara, ceraikan Athalia. Dia sudah menginjak-injak harga dirimu. Bukan kesalahanmu jika kau bersama Shylla. Athalia tidak sempurna. Dia tidak bisa memberikan keturunan untukmu. Jadi, satu-satunya yang salah di sini adalah Athalia." Ibu Baskara menghasut putranya. Namun, Baskara adalah pria yang egois. Bahkan jika ia melukai Athalia, ia akan mempertahankan Athalia di sisinya. Ia sudah mencintai Athalia selama bertahun-tahun, tidak mudah melepaskan Athalia. "Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Athalia. Keputusanku tidak pernah berubah. Tidak peduli kau masih mencintaiku atau tidak, kau akan tetap bersamaku." Baskara menegaskannya lagi. "Jangan pernah meminta cerai dariku lagi karena tidak akan ada perceraian di antara kita." Athalia tertawa sumbang. "Mom, aku sangat yakin telinga Mom masih berfungsi dengan baik. Bukan aku yang ingin bertahan di sini, tapi putramu yang egois yang menahanku. Sekarang jangan pernah lagi datang padaku dan menghinaku, karena aku sudah sangat muak dengan hinaan darimu. Mari kita tidak usah berhubungan lagi. Aku akan menganggap Mom sebagai orang luar mulai dari sekarang." Athalia mengatakannya dengan mantap. Ia memutuskan hubungannya dengan mertuanya. "Baskara, lihat bagaimana istrimu mempelakukan Mommy. Kenapa kau masih mempertahankan wanita tidak tahu diri ini!" Ibu Baskara kini memarahi Baskara. Ia benar-benar kesal pada putranya yang tidak ingin melepaskan Athalia. Apa sebenarnya kelebihan Athalia hingga putranya begitu mencintai Athalia. Kecantikan yang dimiliki Athalia akan segera luntur seiring berjalannya waktu. Kepribadian buruknya juga bukan sesuatu yang bagus. "Mom, sebaiknya Mom pulang sekarang." Baskara tidak ingin mendengar keributan lagi. Ia pulang ke rumah berharap bisa memperbaiki hubungannya dengan Athalia dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama istrinya, tapi sayangnya ibunya membuat Athalia marah. Ibu Baskara menatap Baskara tidak percaya. "Kau sekarang mengusir Mom. Bagus sekali, Baskara. Kau sepertinya sudah lupa siapa yang sudah melahirkanmu!" "Mom, aku tidak bermaksud seperti itu." Baskara mencoba untuk menjelaskan, tapi ibunya sudah terlanjur kecewa. Wanita berusia hampir lima puluh tahun itu segera membalik tubuhnya dan pergi dengan kemarahan di dalam dirinya. Baskara menghela napas. Ia melihat ke Athalia yang juga hendak membalik tubuhnya. Baskara meraih tangan Athalia, menahan wanita itu. "Siapkan air mandiku." "Berhenti bersikap seolah rumah tangga ini baik-baik saja, Baskara. Kau sudah kehilangan hak mendapatkan baktiku sebagai istrimu," tolak Athalia disertai dengan tatapan acuh tak acuhnya. Tidak ada lagi binar kebahagiaan di mata itu. "Kau masih istriku, Athalia. Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini? Kau membuat rumah ini menjadi tidak nyaman lagi!" Baskara menyalahkan Athalia. Senyum kecut tampak di wajah cantik Athalia. "Jika kediaman ini tidak nyaman maka kau bisa pergi ke tempat yang kau anggap nyaman, Baskara. Tidak ada yang menahanmu di sini." Athalia melepaskan tangan Baskara dari tangannya, ia kemudian melangkah menuju ke kamarnya. Rahang Baskara mengeras. Ia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya. Pria itu kemudian meninggalkan kediamannya dengan perasaan marah. Baskara mengemudi menuju ke rumah Shylla. Ketika ia sampai di sana, senyum lembut Shylla langsung menyambutnya. Kehangatan Shylla membuat Baskara merasa lebih baik. "Apakah terjadi sesuatu?" tanya Shylla. "Tidak ada," bohong Baskara. "Aku sangat merindukanmu." Shylla mencium bibir Baskara, menggoda suaminya dan menuntun suaminya menuju ke kamar. Shylla jelas tahu pasti ada yang terjadi pada Baskara. Ia senang Athalia terus mendorong Baskara ke arahnya. Itu akan mempermudahnya memutuskan hubungan Athalia dan Baskara. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD