Agni terlonjak kaget hingga pinggulnya menghantam pinggiran meja dapur, membuatnya meringis kesakitan. Namun dia menutupinya dengan tersenyum grogi saat berbalik menghadap Rafa.
Kok tiba-tiba ada dia, sih, 'kan kaget! Begitu keluh Agni dalam hati.
"P-pagi. Aku kira nggak ada orang. M-mau ambil gelas, haus." Dia berkata terbata-bata. Matanya menatap dengan liar ke segala arah kecuali pada Rafa. Takut.
Rafa, sebaliknya, terlihat tenang dan dingin di dekat tembok yang memisahkan antara dapur dan satu-satunya ruangan lain selain kamar di rumah ini, ruang tamu. Dari sini, dia bisa melihat Agni yang gugup dan ketakutan. Melihat teman kecilnya segugup itu, Rafa jadi membayangkan kelinci yang terpojok dan tak bisa lari lagi saat dia belajar berburu di hutan dengan Kakeknya.
"Ambilin sekalian buat gue. Ambil sendok sekalian, gue beli sarapan." Rafa kemudian berbalik dan pergi dari dapur.
"Sarapan? Jam segini?" Agni membeo lucu. Siapa yang sarapan jam setengah lima pagi?! Dia memang lapar, tapi itu 'kan karena dia tidak makan dari kemarin siang. Keadaan darurat ... Tapi Rafa?
"Terserah kalo lo. Tapi gue laper, mau makan sekarang. Mana minum gue?!"
"Eh! Iya, iya!"
***
Serafina terkikik melihat kedua manusia yang mencuri perhatiannya akhir-akhir ini. Mereka lucu dan menggemaskan. Pemikiran yang sedikit aneh dari seorang peri seperti dirinya.
Bagi kaumnya, manusia adalah makhluk mengerikan yang tamak dan tak pernah puas. Mereka juga tak bisa mengendalikan keinginan mereka sehingga membuat keseimbangan bumi terguncang. Mereka serakah, sombong, arogan dan suka menindas. Pokoknya, kalau bisa, kaumnya tak ingin berurusan dengan manusia.
Namun apa boleh buat. Bumi diciptakan untuk dihuni manusia, dan peri diciptakan untuk menjaga bumi. Seperti hate and love relationship. Begitulah hubungan antara manusia dan peri.
"Serafina, apa yang membuatmu begitu lama?!" Nymphadora memanggil, melongokkan kepalanya dari balik pepohonan hijau yang menghiasi hutan peri. Serafina mendongak dan tersenyum, kemudian beranjak untuk menghampiri sahabatnya itu.
"Ayo, kita lanjutkan!" serunya bersemangat.
Mereka berdua sedang dalam perjalanan mengunjungi peri pencatat. Sesuai namanya, peri-peri ini bertugas mencatat. Mencatat kejadian, di dunia, mencatat waktu, mencatat jumlah populasi, mencatat kebaikan dan keburukan. Mencatat semuanya.
Nymp berteman dekat dengan salah satu dari mereka. Dia bertemu dengan salah satu dari mereka saat perjalanan pulang sehabis dari bumi dan Nymp berjanji akan mengunjunginya saat masa istirahat.
Dan sekarang, ke sana lah mereka menuju.
"Itu dia! Itu dia! Lyorda!"
Seorang peri mungil berambut hitam yang lincah menoleh. Wajahnya langsung berubah cerah saat melihat Nymp datang. Serafina tersenyum melihat kedua peri dewasa yang terbang melayang dengan heboh hanya karena bertemu satu sama lain itu. Mereka sungguh lucu.
"Kenalkan, ini Serafina, sahabatku. Dan Serafina, ini Lyorda, sahabatku juga."
"Hai, Nymp banyak bercerita tentangmu sampai-sampai aku merasa sudah mengenalmu lamaa sekali." Serafina menyapa ramah.
Sementara itu, Lyorda terpekik tanpa suara di tempatnya. "Itu kau, 'kan?! Peri cahaya yang berhasil bertransformasi menjadi kupu-kupu biru!"
Serafina meringis. Enggan mengiyakan, tapi juga tak bisa mengelak.
Semua peri bisa bertransformasi menjadi hewan bersayap yang ada di bumi. Burung, capung, kupu-kupu, bahkan ngengat dan kelelawar. Namun, tak ada dari mereka yang berhasil bertransformasi menjadi kupu-kupu biru.
Kupu-kupu biru melambangkan harapan kuat dan keajaiban perubahan. Mampu mengalahkan kegelapan dan terlahir kembali. Kemampuan yang luar biasa yang hanya dimiliki oleh para peri dengan kemampuan luar biasa yabg hidup ratusan tahun lamanya.
Namun Serafina memiliki kasus yang berbeda. Dia tak melewati semua proses itu untuk mendapatkan transformasinya, dan ini adalah hal yang langka fan hampir tak pernah terjadi dalam dunia peri.
Transformasi langkanya di sebutkan di berbagai dongeng yang diceritakan pada peri-peri pemula yang masih belajar agar mereka lebih giat lagi berlatih sehingga bisa berubah menjadi transformasi yang indah mengagumkan. Selayaknya peri itu sendiri.
Namun, sejujurnya, Serafina merasa biasa saja. Awalnya, dia tak merasa kemampuan transformasi yang dimilikinya itu istimewa hingga tes kedewasaan peri berlangsung. Dalam tes itu, beberapa peri yang beranjak dewasa dan sudah mampu bertransformasi akan diangkat menjadi peri yang bertugas. Di sana mereka akan menunjukkan kemampuannya pada Dewan Peri dan juga pada Ibu Peri yang Agung.
Saat giliran Serafina, semua orang terkesiap kaget.
"Demi serbuk peri! Kupu-kupu bersayap biru!"
"Aku sudah hidup ratusan tahun tapi baru kali ini aku melihat peri semuda itu berhasil melakukannya!"
Dan beberapa lainnya hanya terdiam kehabisan kata-kata menyaksikan Serafina menyelesaikan transformasinya dan menunjukkan kemampuannya yang lain.
Bagi Serafina sendiri, dia sudah mendapatkan wujud kupu-kupu bersayap birunya itu sejak pertama kali bertransformasi. Jadi dia kira itu adalah hal yang wajar. Sejak saat itu, saat mendengar namanya, banyak peri yang heboh sendiri. Sama seperti Lyorda saat ini.
Lyorda terus saja mengoceh dan memujinya. Terdengar lebih seperti mengelu-elukan. Membuat Serafina salah tingkah sendiri.
"Aku lebih muda darimu, tapi kemampuanmu sungguh luar biasa sehingga aku selalu saja mendengar tentangmu dari peri-peri di sini! Dari cerita mereka, aku kira kau adalah peri senior! Ternyata kau masih sangat muda! Hebat sekali!"
Serafina hanya mengangguk-angguk tersenyum. Berharap dengan begitu Lyorda akan berhenti, tapi peri itu terus saja melanjutkan hingga Serafina menangkap kilatan gelap kesedihan menyambar manusia yang diperhatikanmya akhir-akhir ini. Sentakan itu membuat Serefina menunduk tiba-tiba dengan wajah khawatir. Tangannya dengan cepat membuat lingkaran di udara yang langsung bisa menembus udara memantulkan dimensi yang lain di dalamnya.. Kepalanya melongok dan wajahnya menatap dengan cemas.
"Serefina? Ada apa? Apa yang terjadi?!"