KB TUJUH

918 Words
Wajah Serafina berbinar senang sambil terpekik, hingga membangunkan Nym yang sedang tertidur. Peri memang jadi lebih banyak tertidur saat tenaganya belum banyak terisi. Itu akan berlangsung selama beberapa saat sampai mereka cukup kuat untuk melakukan aktifitas yang lebih berat dari hanya sekedar berjalan-jalan dan mengobrol di dunia peri. Serafina pun sebenarnya sudah tak terhitung menguap beberapa kali, namun tak lagi seintens beberapa hari yang lalu. Dia sudah lebih kuat sekarang. Dan yang paling penting, sesuatu yang dilihatnya dari lubang di bawahnya amat menarik harinya. Kegelapan itu memudar! Hanya sedikit saja. Namun tetap saja itu berarti harapan. Peri bekerja berdasarkan harapan Manusia pada keajaiban dan cinta. Semakin tinggi, maka akan semakin kuat. "Ternyata ... Kamu masih punya harapan! Seandainya aku bisa membuat mereka lebih sering bersama. Ah, gemasnya. Seandainya Ibu Peri mengijinkanku ..." Serafina merebahkan tubuhnya di kasur bulu di bawahnya. Dengan harapan bahagia karena kegelapan yang pekat yang dia temukan bisa terurai, dia terlelap. *** Rafa terbangun tengah malam karena haus. Lagipula, rasanya aneh, dia seperti tidur amat lama hari ini karena tak keluar untuk melakukan pekerjaan serabutannya. Dia tertegun melihat ruang tamunya. Sebelum tidur, dia yakin kalau ruangan itu awalnya berantakan. Banyak sampah berserakan dan bahkan ada bau apek yang menguar di udara. Namun yang dia lihat saat ini amat berbeda. Ruang tamunya bersih. Bahkan lantainya pun kesat seperti habis dipel. Rafa mengernyitkan keningnya penuh kecurigaan saat dia sedikit tergesa beranjak ke dapur dan bagian belakang apartemennya. Seperti kecurigaannya. Rapi dan bersih. Tak ada lagi gelas dan piring berserakan tempat kecoa bisa berpesta pora di sink, dan tumpukan baju di atas mesin cuci pun sudah menghilang. Mesin cuci masih terasa hangat saat Rafa menyentuh bagian sampingnya. Tempat motor dan dinamo benda itu berada. "Dia ngapain, sih?" desahnya bingung. Rafa memang jadi malas beberes dan bebersih setelah putus cinta. Padahal, apartemen kecilnya ini terbilang komplit dan serba ada. Siapa lagi kalau bukan Amora dulu yang mengadakannya. Mesin cuci hingga kulkas yang cukup besar dengan dua pintu, semuanya ada. Namun semua itu tak lagi terasa mewah dan menyenangkan sekarang karena dia sendirian tanpa cinta di hatinya. Rafa kembali le ruang tamu dengan sekaleng bir di tangannya. Dia duduk di bangku single pendek di seberang sofa di mana Agni tidur. Gadis itu meringkuk dengan sweater tipis menutupi pundaknya. Daerah ini dekat dengan laut dan pelabuhan, akan panas terik dan lembab di siang hari, namun lumayan dingin di malam hari. Gadi itu pasti kedinginan. Rafa menyesap bir langsung dari kalengnya. Matanya tetap terfokus pada wajah ayu minim polesan di depannya. Wajah yang amat familiar dengannya karena dia sudah mengenal wajah itu semenjak mereka masih kanak-kanak. Meskipun mengenal lama, Rafa harus mengaku bahwa dia tak banyak tahu tentang gadis ini. Hanya raga mereka yang dekat. Sementara batin ... Lebih tepat jika dikatakan bahwa mereka adalah dua orang yang tidak saling mengenal. "Gadis bodoh! Capek-capek ke sini malah beresin rumah gue." Rafa meletakkan kaleng birnya di atas meja dan beranjak mendekat pada Agni. Dia menunduk untuk mengangkat tubuh kurus Agni yang ringan dan memindahkannya ke dalam kamar tanpa kesulitan. Dia sudah terlalu sering memanggul karung yang beratnya puluhan kilo, sehingga tubuh Agni hampir tak terasa berat baginya. "Ya wajar sih, enteng. Badannya rata bener." Rafa menggumam julid saat meletakkan Agni di atas ranjang dan menyelimutinya. Kemudian dia bersiap untuk keluar. Kedatangan Agni ke sini tak berarti dia harus bolos bekerja. Dia sudah tak bekerja sore tadi. Jadi, dia akan keluar lebih awal dari biasanya hari ini. Dia menyimpan uang dari Agni di lemarinya. Uang itu amat banyak. Namun Rafa tak merasa puas memilikinya, karena itu bukan uangnya. Itu uang Kakek dan Neneknya. Dia tak bisa menggunakannya. Dia ingin kata karena usahanya, membuat orang-orang yang merendahkannya menjilat ludah mereka sendiri saat melihat perubahannya. Rafa keluar dari rumahnya sambil merapatkan jaketnya. Pintunya tak dikunci karena Agni masih di dalam. Dia kemudian beranjak menuju pelabuhan untuk menjemput apa pin pekerjaan yang ditawarkan padanya. Demi uang. *** Agni mendesah nyaman karena tidak lagi merasa dingin. Ruang tamu Rafa dingin sekali! Dan sofanya sedikit keras, namun daripada tidur di luar atau ketemu dengan begal, ini lebih baik. Dia menggerakkan tubuhnya berbalik ke arah lain, lalu tertegun. Masih berada di antara kenyataan dan alam bawah sadar. Sofa ini tak besar bagaimana mungkin dia bisa berguling di atasnya? Tanpa terguling jatuh merasakan sakit di sisi badannya. Ini aneh. Dan keanehan itulah yang membuat Agni terbangun. Dia kaget saat menyadari dirinya berada di dalam kamar. "Kamar Rafa?! Ngapain aku di sini?!" Buru-buru dia bangun dan mengamati sekeliling. Setelahnya, barulah dia menghembuskan nafas lega saat tak menemukan pria itu di mana-mana di dalam rumahnya ini. Namun dia juga bingung. Ini masih jam setengah lima pagi. Ke mana perginya pria itu? Kerja? Setaunya, meskipun Rafa kerja di pabrik, namun dia memiliki jam kantor yang normal? Atau barusan ada panggilan darurat, jadi dia harus pergi? Kruuuukk .... "Aduh ...." Agni meringis dengan wajah memerah malu. Padahal jelas di sana tidak ada seorang pun selain dirinya karena Tuan rumah tak tahu di mana. Perutnya keroncongan karena belum makam sejak kemarin siang. Dia sangat ingin bertemu Rafa, sehingga sedikit tak rela untuk berhenti makan. Lagipula, dia membawa banyak uang. Jadi lebih baik dan lebih aman kalau cepat sampai dan cepat diberikan pada yang berhak. Dia berjalan ke dapur Rafa. Mungkin minum air putih yang banyak seperti semalam bisa meredakan perutnya yang protes. Dia membuka lemari pantry di atas wastafel untuk mengambil gelas. Dia ingat, semalam, di sanalah seingatnya dia menaruh gelas dan piring setelah mencucinya. Baru dia hendak mengambil gelas, sebuah suara tiba-tiba terdengar mengagetkannya. "Ngapain?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD