“Mas Adit?! Fara terkejut saat membuka pintu apartemennya, malah melihat Adit di depan pintu dengan wajah yang penuh lebam. “Kenapa sama muka kamu, Mas?” Fara segera menggiring Adit untuk masuk dan duduk pada sofa. “Tunggu sebentar, Mas.” Adit mengangguk turuti perintah istri keduanya itu tanpa berucap apapun. Dia menyenderkan kepalanya yang mulai terasa berat, karena memikirkan Eca yang pergi bersama laki-laki lain di depan matanya tadi. Bayangan itu terus menari-nari dalam benaknya, hingga ciptakan efek panas dalam dad*nya. Ia merasa tidak terima ada laki-laki lain yang menyentuh Eca dan memberikan perhatian kepada istri pertamanya itu. “Kenapa bonyok semua gini sih, Mas? Kamu habis berantem sama siapa?” Kedatangan Fara dengan kompres air dingin yang dibawanya, langsung mengalihkan