Setiap malam aku selalu membaca n****+ rating 21+, padahal usiaku masih 19 tahun. Aku ketagihan membaca n****+ karena sangat suka dengan karakter tokoh utama pria yang ada di salah satu n****+ online yang sedang aku baca. Namanya David Nugroho dan dia adalah seorang CEO sekaligus Atlet renang yang memenangkan medali emas di Olimpiade setiap tahunnya.
Karakter David sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal, yaitu Kalix Airlangga, Sahabat Kakakku yang berprofesi sebagai Dokter Spesialis Bedah Anak sekaligus pemilik rumah sakit tempat Kakakku bekerja. Kalix juga seorang Atlet renang yang berhasil memenangkan medali emas SEA Games tahun lalu, itu sebabnya pria itu tidak hanya tampan, jenius, kaya dan berbakat, namun ia memiliki d**a bidang dan perut sixpack karena olahraga renang yang selalu ia geluti.
Karena kecocokan karakter itu membuatku sering berkhayal kalau David di dunia nyata pasti sangat mirip dengan Kalix, akhirnya aku menjadi terobsesi pada Kalix, pria yang aku anggap seperti Kakakku sendiri.
Namaku Airin Natasha, aku baru saja diterima di salah satu Universitas Kedokteran tempat Kakakku Rendy dan Kalix dulu berkuliah, kami bertiga sangat bahagia dan berencana untuk merayakannya di Apartemen tempat aku dan Kakakku tinggal.
Tok, tok...
Seseorang mengetuk pintu apartemen kami, kami sudah mengetahui kalau itu adalah Kalix Airlangga.
"Buka kan pintunya Airin," teriak Rendy yang sedang menggoreng cemilan untuk kami santap di dapur.
Aku yang tiduran di sofa sambil menonton televisi bangkit lalu berniat membukakan pintu untuk Kalix.
"Airin! ganti dulu celana mu yang pendek itu," teriak Rendy, namun aku mengabaikan dan berjalan ke arah pintu, kalau Kalix aku tidak masalah kalaupun hanya memakai bikini, toh dia sudah seperti Kakakku sendiri.
Ceklek ...
Pintu terbuka dan aku menyapa Kalix yang membawa buah tangan di tangan kanan dan kirinya.
"Selamat atas keberhasilan mu ya Airin," ujar Kalix tersenyum ramah sambil menyerahkan paper bag yang terasa cukup berat.
Aku sedikit kaget, Kalix adalah orang yang sangat cuek, meskipun sudah lama saling mengenal, nyatanya pria itu jarang berbicara denganku, dia hanya akrab dengan Rendy kakakku, kami berbicara bila ada keperluan saja.
"A-pa ini?" tanyaku.
"Ini wine yang dikirim oleh Angeline dari Australia, katanya wine ini sangat enak," jawab Kalix.
Aku mempersilahkan Kalix masuk, pria itu melewati tubuhku, aroma kayu yang menyeruak dari tubuhnya membuatku menelan saliva. Kalix sangat sempurna sebagai seorang pria dewasa. Tampan, kaya dan berbakat sungguh Angeline Tunangannya sangat beruntung memilki calon suami seperti Kalix.
Meskipun begitu aku tidak pernah memandangnya sebagai seorang pria, bagiku dia adalah Kakak yang berusia 10 tahun di atasku.
Tetapi setelah membaca n****+ rating 21+ yang sedang k*****a akhir-akhir ini, aku sedikit terobsesi pada Kalix dan ingin sering bertemu pria itu karena beranggapan aku tengah bertemu David karakter tokoh utama pria yang aku kagumi.
Bruk...
Kalix menjatuhkan bokongnya di sofa, sedangkan aku meletakkan wine yang di bawa oleh Kalix di atas meja lalu pergi mengambil gelas.
"Astaga Airin, kenapa kau tidak mengganti celanamu," cecar Rendy.
"Kenapa sih? itu kan cuma si Kalix, apa masalahnya dia melihat pahaku yang putih mulus ini, toh dia sudah melihatku sejak bayi, melihatku telanjang pun dia tidak akan selera," jawab Airin malas.
"Bukan begitu, tetap saja dia itu seorang pria," gerutu Rendy yang sudah membuka celemek yang ia pakai.
Airin tak menggubris ucapan sang Kakak, ia mengambil 3 Burgundy glass lalu pergi meninggalkan sang Kakak.
Burgundy glass punya bentuk seperti balon, hal ini bertujuan untuk memerangkap aroma tetap berada di dalam gelas. Dengan begitu aroma yang kuat dapat memperkuat dan memperkaya rasa dari wine itu sendiri.
Airin meletakkan gelas itu lalu mengeluarkan 3 botol wine dari dalam paper bag.
"Mana Rendy?" tanya Kalix.
"Sebentar lagi dia juga kemari," jawab Airin yang sudah duduk di sofa seberang Kalix.
Kalix mengangguk, ia kembali memainkan ponselnya, aku tahu kalau dia pasti sedang bertukar pesan dengan Angeline Tunangannya yang ada di Australia, mereka sudah 2 tahun LDR-an.
Aku mengenal Angeline, karena wanita itu awalnya adalah Teman Rendy, aku juga tahu kalau Rendy menyukai Angeline, tetapi karena Angeline lebih memilih Kalix, Rendy terpaksa mengubur perasaannya. Kakakku Rendy memang sangat baik, ia sadar kalau Kalix jauh lebih mapan dari pada dirinya yang hanya seorang Dokter Spesialis bedah anak, sedangkan Kalix bukan hanya Dokter namun pria itu juga sudah mewarisi sebuah rumah sakit besar dari Papanya.
Rendy datang dengan piring di tangan kanan dan kirinya, ia membawa cemilan yang sudah ia masak.
Matanya melotot saat melihat 3 botol wine merk luar negeri berdiri tegak di atas meja.
"Kau yang membawa wine sebanyak ini, kau ingin kita semua mabuk? apa kau ini seorang Dokter?" cecar Rendy.
Kalix menghela panjang nafasnya.
"Ayolah Ren, kau mengoceh seperti Papaku saja," ejek Kalix.
"Ntah nih, paling ntar dia yang paling banyak minum," sindir Airin.
Setelah perdebatan panjang masalah wine, akhirnya mereka bertiga benar-benar mabuk, Rendy yang lebih dulu ambruk membuat Kalix dan Aku tertawa.
"Benarkan yang aku katakan, Rendy yang lebih banyak minum, padahal ini kan perayaan untukku, tapi dia lebih dulu pingsan karena mabuk," kekeh ku.
Aku bangkit hendak masuk ke kamarku, lampu utama ruangan juga sudah redup.
"Kau ingin tidur di sini?" tanyaku pada Kalix yang tampak sama mabuknya dengan diriku, terlihat dari matanya yang merah dan tubuhnya yang mulai tampak sempoyongan.
"Sepertinya begitu," jawab Kalix singkat.
Aku melangkahkan kakiku, namun karena pusing dan sempoyongan, aku jatuh tepat di atas tubuh Kalix.
Aku yang berada di pangkuan Kalix merasakan debaran jantungku yang berdetak kencang, apalagi bokongku mendarat tepat di atas milik Kalix yang terasa menonjol karena tegang dan keras.
"Astaga, apa yang terjadi?" batinku berusaha untuk segera bangkit.
"Maafkan aku," ucapku.
Kalix bangkit.
"Aku akan mengantarmu ke kamar, bisa bahaya kalau kau jatuh nanti, kau sepertinya lebih mabuk dariku," ujar Kalix.
Tanpa sadar kepalaku malah mengangguk.
Kalix membopong tubuhku menuju kamarku.
Meskipun kami sama-sama mabuk, sepertinya hanya aku yang merasa gugup, jantungku rasanya berdebar-debar sampai aku takut Kalix dapat merasakannya.
Ceklek...
Pintu kamar terbuka, aku dan Kalix masuk kedalam.
Rasa pusing dan panas tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhku, sepertinya efek alkohol di dalam wine mulai mempengaruhi tubuhku sepenuhnya.
Brak...
Kalix menjatuhkan tubuhku ke ranjang.
Mata kami saling bertatapan karena Kalix tepat berada di atas ku.
"Tidurlah Airin," ucapnya menarik selimut.
Namun aku yang tak sadar diri malah merangkul leher Kalix lalu menariknya masuk ke dalam dekapanku.