"Tolong saya, Dokter!" Andhara akhirnya sukses menceritakan semua masalah hidupnya, tentang beban yang selama ini menghimpit pikiran dan hatinya. Air matanya banjir membuat Dokter Jiemy berulang kali menyodorkan tissue untuk Andhara menyeka air matanya. "Saya akan bantu, kamu harus kembali bangkit dan melupakan semua kenangan buruk kamu, An! Tidak semua pria seperti apa yang kamu pikirkan. Ini bukan karena saya laki-laki dan membela kaum saya, tapi faktanya memang seperti itu." Andhara menyeka air matanya, menatap Dokter Jiemy yang tersenyum begitu manis ke arahnya itu. "Saya paham, Dok. Hanya saja ketakutan dan trauma saya selalu membelenggu saya dan memproyeksikan bahwa semua laki-laki adalah sama." "Mimpi itu masih sering datang?" Dokter Jiemy masih memegang pulpen di tangannya deng