Luna berlari meninggalkan rumah untuk pergi menuju lapas di mana sang kakak ditahan selama empat tahun dia tertidur. Ada rasa rindu yang menyelip di batinnya, juga rasa sakit ketika mendengar berita bahwa sang kakak sedang menderita. “Berhenti di sini, Pak,” pintanya pada sang supir taksi. Luna berhenti tepat di Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Setelah tadi dia terburu-buru pergi dan menghabiskan banyak waktu di perjalanan, akhirnya langkahnya terpatri dan mengingat kenangan buruk lalu. “Kak Ardhy.” Itu adalah kakak yang mencintainya. Jika diingat, terasa mengerikan. Sang kakak menyentuh dan menciumnya dengan rakus. Cinta gila yang membuatnya buta. Tangannya gemetar saat mendapat panggilan dari Adhitya. Dia tak mengindahkannya. Segera masuk dan berbicara dengan petugas lapas. “Saya ad