Saat bangun di pagi hari, aku merasakan remuk di seluruh tubuhku, Dave sudah tidak ada di kamar, aku tidak peduli lagi padanya, cepat cepat aku memakai pakaianku dan keluar dari mansion sialan ini menuju rumah sakit.
Aku mengajukan visum di rumah sakit, aku juga mengajukan pemeriksaan darah sebagai bukti aku diberikan obat perangsang, tidak lupa aku mengambil s****a milik Dave sebagai bukti kuat bahwa dia yang telah memperkosaku.
“Kau cari masalah dengan orang yang salah Dave” desisku.
Aku meminta pihak rumah sakit untuk mengirimkan hasil visum ku nanti ke alamat yang kuberikan.
Aku menyelesaikan berbagai macam tes untuk keperluan visum hingga tengah hari, setelah itu aku pulang ke apartemen untuk mandi dan mengisi perutku, dan tanpa membuang waktu aku bergegas ke kantor pusat Alexander Grup.
Bella, sekertaris Dave membiarkanku menunggu hingga satu jam di luar ruangan Dave, aku yakin saat ini Dave sedang menguji kesabaranku atau bahkan mempermainkanku.
“Tolong sampaikan pada Tuan Dave, jika dalam lima menit dia tidak menemuiku, akan ada berita besar yang akan menggoncangkan Alexander Grup” ucapku dengan nada menantang pada Bella.
Bella masuk ke dalam ruangan Dave, beberapa saat kemudian Bella mempersilahkanku masuk.
“Apa kau sudah menandatangani kontrak kerja sama dengan Hirawan Grup?” tanyaku.
Dave melemparkan sebuah dokumen ke arahku. Aku membuka dokumen yang dilemparkan oleh Dave, melihat tanda tangannya sudah bertengger manis di dokumen tersebut, aku menarik sebelah garis bibirku.
“Terima kasih” ucapku sambil membalikkan badan.
“Tunggu!” Dave akhirnya mengeluarkan suara seksinya.
“Ya?” ucapku sambil membalikkan badan.
“Berita besar apa yang kau punya hingga bisa mengguncang Alexander?” tanya Dave.
“Apa kau punya waktu luang? pembahasan ini akan sedikit memakan waktu” ucapku.
“Tidak usah bertele tele” desisnya.
Aku duduk di sofa berwarna abu tua, Dave meninggalkan kursi kebesarannya dan duduk di hadapanku.
“Tadinya aku akan mengajakmu makan malam untuk membahas ini, tapi sepertinya kau tipe orang yang tidak sabaran” kekehku sambil membuka dua kancing kemejaku, terpampang jelas banyak kissmark yang dibuat oleh Dave semalam.
“Apa kau sedang menggodaku sekarang?” sinis Dave.
Aku menggelengkan kepala.
“Aku hanya mengingatkan perbuatanmu semalam, asal kau tahu, aku sudah melakukan visum dan mengumpulkan bukti yang kuat untuk menuntutmu dengan tuduhan pemerkosaan” ucapku.
“Pemerkosaan katamu? bukankah semalam kau juga menikmatinya?” cibir Dave.
“Kau pasti sadar bukan, itu adalah yang pertama kalinya untukku” desisku.
“Kau bangga dengan itu semua?” ledek Dave.
Aku mengepalkan tangan mendengar ledekan dari Dave, tentu saja aku bangga, di zaman seperti ini, sudah sangat langka wanita yang bisa mempertahankan mahkotanya sebelum pernikahan.
“Hasil visum dapat membuktikan, jika itu adalah pertama kalinya untukku, juga urineku menunjukkan bahwa aku diberikan obat perangsang, dan jangan lupakan di rahimku tersisa spermamu! Aku bisa bilang dijebak olehmu dengan dalih negosiasi kontrak” ucapku dengan memberikan seringai di bibir indahku.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan dengan itu semua? lapor polisi?” Dave tertawa mengejek.
“Orang kaya sepertimu pasti bahagia bukan tinggal di negeri ini? hukum disini dapat dibeli dengan uang, maka dari itu aku tidak akan capek capek lapor polisi, mungkin semua ini akan langsung aku kirimkan pada tuan Alexander” aku tersenyum penuh kemenangan.
BRAK! Dave menggebrak meja sekuat tenaganya.
“Kau memang ular” desisnya.
“Terima kasih” aku memberikan senyuman terbaikku untuk Dave.
“Aku akan membunuhmu jika kau berani mengusik kakekku” desisnya.
“Aku tidak bodoh, jika aku mati, aku sudah memerintahkan salah satu temanku untuk mengirimkan berkas hasil visum ini pada Tuan Alexander, dan juga pada media tentunya” ucapku penuh penekanan.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Dave.
“Pabrik kosmetik yang dimiliki Alexander Grup, pindahkan atas namaku” pintaku.
“Kau gila!” sembur Dave.
“Kira kira, apa yang akan kakekmu lakukan jika dia tahu kau meperkosaku tadi malam? Ah! mungkin saja dia akan menyuruhmu tanggung jawab” aku bertepuk tangan heboh.
“Jangan bermimpi” desis Dave.
“Semua orang tahu kekhawatiran kakekmu, kau tidak pernah dekat dengan wanita manapun, kabar burung mengatakan bahwa kau adalah seorang homoseksual, jika kakekmu tahu kau memperkosaku, sepertinya pernikahan akan menjadi solusi” ucapku penuh kemenangan.
Dave mengepalkan tangannya menahan emosi.
“Aku dengan senang hati menjadi Nyonya Alexander” aku mengedipkan sebelah mataku untuk Dave.
“Dari dulu kau memang mengincar posisi Nyonya Alexander bukan?” desis Dave penuh amarah.
“Apa maksudmu?” tanyaku bingung.
“Aku muak melihatmu pura pura bodoh” cibir Dave.
“Jadi kau memilih kehilangan pabrik kosmetik atau menikah denganku?” aku melipat tangan di depan dadaku.
“Pengacaraku akan mengurusnya, sebaiknya kau hancurkan bukti itu secepatnya” perintah Dave.
“Setelah surat balik nama atas pabrik kosmetik sudah ada di tanganku” ucapku.
“Dave, kau bermain dengan orang yang salah!” ucapku sebelum meninggalkan kantor pusat Alexander.
Dave melemparkan barang barang yang ada di atas meja untuk melampiaskan amarahnya, dia memerintahkan Bella untuk memanggil Rega ke ruangannya.
“Abis ada angin p****g beliung disini?” ucap Rega saat memasuki ruangan Dave.
Rega adalah sahabat Dave sekaligus salah satu pengacara Alexander Grup.
“Cewek sialan itu malah meres gue!” desis Dave.
“Siapa? Zea?” Rega membulatkan matanya.
“Dia minta pabrik kosmetik milik Alexander Grup” Dave memijit lembut dahinya.
“Kok bisa?” tanya Rega.
“Gue merkosa dia tadi malem” aku Dave.
“Gila lu! gue tau lo benci sama dia tapi gak gitu juga caranya” sembur Rega.
“Dia gak ada sedih sedihnya sama sekali abis gue perkosa, terus dia ngancem bakalan ngasih bukti visum ke kakek” cicit Dave.
Rega terbahak mendengar cerita Dave.
“Baru kali ini gue nemu cewek di perkosa terus langsung minta bayaran sebuah pabrik” kekeh Rega.
“Dia emang licik banget! gue salah perhitungan, gue kira dia bakalan hancur ato minimal sedih gue ngambil kehormatannya” desis Dave.
“Dia pinter manfaatin situasi, mungkin dia biasa di bayar mahal kali ama cowok cowok di luaran sana, makanya pasang tarif seharga pabrik” kekeh Rega.
“Dia masih perawan” lirih Dave.
“Wah! gue gak nyangka, pantes aja matok harga tinggi, gimana rasanya merawanin anak orang?” goda Rega.
“Urus surat balik nama pabriknya! Zea, tunggu aja pembalasan dari gue!” desis Dave.
“Dave, lu harus lebih hati hati sama Zea, gue rasa dia bukan cewek biasa” nasihat Rega.
“Gue bakalan tetep balas dendam sama dia, gara gara dia keluarga gue berantakan sampe nyokap gue sakit” Dave mengepalkan kedua tangannya.
“Lo harus pikirin mateng mateng kalo mau urusan sama si Zea” ucap Rega.
“Lo cari semua tentang Zea, dari keluarganya, temen temennya, kehidupan sampe hal terkecil tentang dia!” perintah Dave.
“Oke” ucap Rega sambil meninggalkan ruangan Dave.
**
Kantor Pusat Hirawan Grup.
“Zea, gimana negosiasi kerja sama dengan Alexander Grup?” tanya Hirawan.
“Lancar Bos” aku menyerahkan dokumen kontrak kerja sama yang telah ditandatangani oleh Dave.
“Bagus sekali, kau tidak pernah mengecewakanku” puji Hirawan.
“Apa Tamara baik baik saja, Bos?” tanyaku.
“Dia baik baik saja, dia menjadi lebih tenang setelah Ibunya sudah datang” jawab Hirawan.
“Nyonya datang ke Indonesia?” lirihku.
“Ya” ucap Hirawan.
“Bos, boleh aku cuti setengah hari untuk hari ini? aku merasa kurang enak badan, setelah menengok Tamara saya akan langsung pulang” pintaku.
“Pastikan kau menemui dokter saat menengok Tamara” perintah Hirawan.
“Terima kasih Bos” ucapku.
Aku menormalkan gemuruh di dalam dadaku, Ibu kandungku ada di sini? Wanita yang dulu aku panggil dengan sebutan Bunda yang sangat aku rindukan siang dan malam. Hanya satu pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya.
Kenapa dia membuangku?