When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Zeline bertanya di resepsionis apakah Aksa ada. Dia langsung disuruh menuju ruangan Aksa karena sudah ditungguin dari tadi. Mendengar kata kata ditungguin tersebut, otomatis membuat perasaan Zeline berkecamuk dengan hebat. Zeline langsung menuju ruangan Aksa yang berada di lantai teratas gedung itu. Zeline bertegur sapa dengan beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Tok tok tok Zeline mengetuk pintu ruangan Aksa dengan pelan dan d**a yang berdebar hebat. Karena tidak ada jawaban dari dalam, Zeline membuka pintu perlahan. Ruangan tampak gelap dengan semua gorden yang menutup kaca ruangan. Zeline mulai berpikir, “Apa tadi resepsionisnya yang salah ya, kok enggak ada orang di sini dan gelap seperti tidak ada tanda tanda jika ada orang didalamnya,” ucap Zeline sambil menatap dalam ge