Tatiana mengerjapkan matanya menyesuaikan pandangannya. Ia melihat sekelilingnya yang nampak tak asing. Ia berada di dalam kamarnya. Ia tertidur dipangkuan Damian tanpa sadar. Dan Damian membawanya kedalam kamar Tatiana.
"Gue ketiduran." gumamnya.
"Si uncle bawa gue kekamar mulu, dinikahin kagak." celotehnya tidak jelas.
"Ah... Tiba-tiba otak gue mumet keinget omongan uncle Dami." Tatiana memijit pelan plipisnya yang sedikit pusing teringat obrolannya dengan Damian tentang ibunya.
Tatiana sedikit terkejut mengetahui fakta bahwa orang yang telah melahirkannya mempunyai cerita Cinta yang begitu rumit. Serumit ia dengan Damian.
Tatiana sebenarnya juga tidak ingin memiliki cerita Cinta yang rumit, tapi ia bisa apa, Cinta terkadang datang tak tahu tempat dan dimana ia akan berlabuh. Dan Tatiana pun tidak pernah menyangka bisa jatuh kedalam pesona Damian, uncle nya sendiri.
Tapi serumit apapun ibunya, tak serumit Cinta Tatiana yang faktanya mencintai Damian.
"Ngomong-ngomong uncle Dami kemana ya? " tatiana turun kebawah untuk mencari sosok Damian di penjuru rumah, namun tidak ada. Di kamarnya, di dapur, di ruang tengah, di halaman belakang pun tidak ada.
"Ke kantor kali ya." pikirnya.
Tatiana merasa tenggorokannya sangat kering. Ia meminum habis air dingin satu botol kecil hanya beberapa teguk.
Ia juga membuka ponsel di dalam saku celananya, Tatiana ingin mengirim pesan ke Damian untuk bertanya dimana keberadaannya.
"Uncle kemana si... Masa anak perawan ditinggal sendirian di rumah." celoteh Tatiana.
To:My handsome bodyguard ❤
Uncle dimana?
Damian yang sedang di loby kantor mendengar ponselnya berbunyi langsung membukanya. Dan langsung membalasnya, Damian tidak mau Tatiana khawatir.
To: Tatiana
Uncle di kantor tadi ada pertemuan mendadak. Ini sudah selesai. Sekarang mau jalan pulang. Kamu mau uncle bawakan sesuatu?
"Apa ya??? Kerjain uncle Damian sekali gappa kali ya. Mumpung lagi jinak." gumam Tatiana dengan seringai bak iblis berwajah cantik.
To:my handsome bodyguard ❤
Tiana lagi pengen es cream. Ah.. Iya sekalian beliin Tiana pembalut ya om. Stok pembalut Tiana abis. Bik Yun ga ada.
Tatiana tertawa membayangkan damian dengan muka malunya membelikan pembalut untuknya.
Tatiana sebenarnya tidak berbohong sedang haid, tapi ia berbohong stok pembalutnya habis yang sebenarnya masih ada tiga pack di dalam lemarinya.
Tatiana menunggu balasan dari Damian. Sudah 3 menit namun tidak di balas juga.
Tingtong
Bel rumah berbunyi. Tatiana bergegas keluar untuk membukakan pintu dan melihat siapa tamu yang datang.
Ternyata tamu yang datang adalah teman-temannya, paris, Sarah, wela, bastian, Samuel dan amy. Teman-teman ajaibnya.
"TIANA.... LO GPP KAN? CUMA TANGAN LO KAN YANG DI GIPS? OTAK LO GA BERGESER PADA TEMPATNYA KAN? " ucap Amy heboh membolak balikan Tatiana sampai pusing.
"Gila lo mi, emang gue gangsing lo puter-puter." Tatiana menoyor teman cowoknya yang gemulai.
"Tau lo mi, dia mah otaknya ga geser juga tetep gesrek dia mah." guyon Bastian seperti biasa.
"Gue aus nih, tuan rumah bikinin apa gitu." Bastian nyelonong masuk dan langsung mencari lemari es. Ami membuntuti dari belakang dengan gaya gemulai dan centil di buat-buat.
"WOY.. GUE BELOM MEMPERSILAHKAN MASUK KAMPRET." sungut Tatiana melihat tingkah dua sahabatnya yang seenak jidatnya.
"Lo gpp?" tanya Sam dengan muka cool namun masih terlihat kalau ia menghawatirkan Tatiana.
"Lo ga denger suara toa nya tadi? Kalo dia teriak-teriak berati dia sehat-sehat aja." Paris yang menjawab pertanyaan Sam.
"Gue ga nanya lo." Sam mengacuhkan Paris. Ia lebih tertarik dengan Tatiana dari pada meladeni temannya.
"Gue gpp, cuma tulang bergeser sedikit akibat nahan. Beberapa minggu harus pake gips dulu, ngomong-ngomong Daniel mana?." tanya tatiana yang tidak melihat temannya yang bertubuh gempal.
"Kata Bastian lagi sakit perut gara-gara makan cilok satu grobak." jawab Paris.
"Ngobrolnya di dalem aja." Tatiana mengajak Paris, Sam, Sarah dan Wella untuk masuk.
"Silahkan masuk anggep aja rumah sendiri." ucap Bastian berleye-leye di sofa, seakan dia itu tuan rumahnya. Tatiana mengacuhkan Bastian tidak peduli, dia sudah tahu betul gimana kelakuan teman-temannya yang somplak.
"Sorry ga bisa ngehidangin kalian sesuatu, bik Yun lagi mudik." kata Tatiana, meminta maaf tidak bisa mengambilkan minum atau cemilan karna gipsnya.
"Selow kali Tiana, lagian tadi kita mampir ke supermarket, sama mampir beli pizza kesukaan lo." Wella membuka pizza yang ia bawa.
Mata Tatiana langsung berbinar melihat pizza dengan toping beef paprika merah hijau dan kuning dan yang lebih menarik dimata Tatiana mozzarella yang meleleh.
Tatiana memang maniak keju. Kalau melihat keju, seperti sedang melihat bongkahan berlian.
Tanpa pikir panjang, Tatiana langsung melahap pizza dihadapannya tanpa mau menawarkan pada teman-temannya.
"Ck ck ck!!! Lo ga dikasih makan berapa Bulan sama uncle lo." cibir Bastian melihat nafsu makan Tatiana.
Tatiana mengacuhkan Bastian lebih tertarik dengan pizza nya.
"Uncle lo kemana? " tanya Sarah yang tidak melihat Damian.
"Lagi jalan pulang abis dari kantor." jawab Tatiana masih menyuapkan pizza kemulutnya sampai belepotan di pinggir bibirnya.
"Kalo makan pelan-pelan tar kesedak baru tau lo." Sam menyeka sisa makanan di pinggir bibirnya menggunakan ibu jarinya.
"Anjay... Co cuit Sam." Ami histeris melihat perlakuan manis dari Samuel.
"Sini gue bersihin mulut lo pake bibir gue." goda Bastian ke ami.
"Najis maho dasar." kata Wella jijik dengan Bastian.
"Lo juga mau Wel? sini... Sini dengan senang hati gue mau bersihin pake bibir gue." Bastian dengan sejuta rayuan mautnya.
"Uwekkk najis." Wella dengan pura-pura ingin muntah.
"Ah.. Uncle, udah pulang" Tatiana melihat Damian baru datang dan menyapanya. Teman-temannya langsung berdiri. Terutama Bastian yang tadi duduk dengan kaki diatas meja. Kecuali Sam yang cuek dengan kehadiran Damian.
"Sore uncle." ucap mereka serempak.
"Sore, kalian lanjutkan saja, uncle ke kamar. Dan ini titipan kamu Tatiana." Damian memberikan plastik belanja dengan ukuran super besar dan pergi dari perkumpulan bocah bau kencur. Tapi sebelum dia pergi, Damian memandang Sam dengan tatapan sulit diartikan.
'etdah bujuh... Banyak amat beli pembalutnya, dia mau gw ngoleksi pembalut apa.' Tatiana melihat bingkisan yang dibawa damian.
"Bawa apaan uncle Damian?" tanya Sarah yang tetap duduk disebelahnya.
"Bukan apa-apa." Tatiana meletakan plastik itu di belakang sofa agar teman-temannya tidak bertanya lagi.
"Kayanya lo ga direstuin uncle nya Tiana, Sam." kata Bastian yang melihat cara Damian memandang Sam. Sam mengangkat bahu tidak peduli.
"Elap tuh iler mi, biasa aja kali liatin uncle nya Tiana." kata Paris sambil mengelap kuping Ami.
"Pea lo Par, iler tuh di mulut bukan di kuping, emang si Ami congean apa." kata Bastian.
"Siapa tau semua lobang netes Bas. Gue aja serseran cuma liat uncle Damian." Paris dengan otak vulgarnya.
"Otak lo pada ngeres, perlu disapu." kesal Tatiana, Damian nya di jadikan objek m***m paris dan juga cowok jadi jadian si Ami. Hanya Tatiana sajalah yang boleh menjadikan Damian objek otak kotornya.
****
Pukul delapan malam semua teman-teman Tatiana baru pulang kerumah masing-masing. Tidak lupa Tatiana meminta tolong menggantikan pakaiannya. Sekarang ia memakan baju tidur tanpa lengan yang besar dan memiliki kancing. Panjang baju lima centi dari diatas lututnya. Bagian bawah Tatiana tidak memakai apapun hanya dalaman saja.
Uncle belum keluar dari kamar dari tadi." Tatiana pergi mengecek Damian kedalam kamarnya.
"Uncle..." panggilnya sambil mengetuk pelan pintu kamar Damian.
"Uncle udah tidur apa? Tapi masih jam 8." pikir Tatiana. Tidak mungkin Damian tidur. Ia membuka pintu kamar dan melihat Damian sedang bersandar di kasur king sizenya, dengan menatap laptop di pangkuannya.
"Tiana." panggil damian melihat Tatiana menghampirinya.
"Udah Tiana duga uncle pasti lagi sibuk sampe Tiana ketuk pintu pun ga kedengeran." Tatiana duduk disamping Damian.
"Emang uncle lagi ngerjain apa sih.. Ampe ga nyadar Tiana dateng." Tanya Tatiana.
"Hanya pekerjaan tadi siang yang belum sempat terselesaikan. Kamu laper hmm.. " Damian membelai rambut Tatiana, sayang.
"Lumayan." Jawab Tatiana.
"Delivery aja ya, uncle lagi malas masak."
Tatiana mengangguk.
***
Damian dan Tatiana makan makanan yang tadi ia pesan. Ayam kaepsi dengan porsi jumbo.
"Uncle... Nanti nonton film yang di bawa Paris ya." ajak Tatiana, tadinya ia ingin menonton bersama teman-temannya, tapi mereka harus pulang mendadak karena ada keperluan.
"Film apa?" tanya Damian.
"Film korea, ga tau apa, lupa judulnya."
Mereka pun melanjutkan makan sampai selesai. Setelah itu Tatiana menarik damian mengajaknya menonton film.
Film yang mereka tonton mengisahkan tentang wanita buta dan seorang pria yang seorang petinju yang sudah gantung sarung tinjunya.
Si petinju dan wanita buta bertemu. Si pria begitu baik kepada si wanita. Dan lambat laun ia jatuh Cinta dengan si pria. Begitu pun sebaliknya si pria mencintai si wanita buta itu.
Lalu si pria memutuskan untuk kembali menjadi petinju namun ilegal. Alasan ia kembali menjadi pentinju ingin mendapatkan uang untuk mengoperasi mata si wanita buta tersebut.
Saat ada scene si pria dan si wanita itu berciuman Tatiana antusias melihatnya. Berbeda dengan Damian, masih dengan muka datarnya.
"Tiana pengen tau gimana rasanya ciuman." kata Tatiana tanpa mengalihkan pandangannya dari film yang ia tonton.
Damian tidak menanggapi Tatiana yang menurutnya sangat konyol.
"Apa Tiana coba sama Sam aja ya. Sam kan suka sama Tiana." ucapnya lagi. Mau tidak mau Damian menoleh ke arah tatiana.
"Kau tidak boleh melakukannya." kata Damian dengan dingin.
"Kenapa emangnya, Tiana kan cuma mau nyoba-nyoba doang." Jawabnya ngaco.
Damian menghembuskan nafas kesal, Tatiana ini polos atau bodoh. Ciuman kok coba-coba.
"Itu bukan sesuatu yang patut di coba-coba. Apalagi dengan pria yang tidak kamu kenal."
"Akukan kenal Sam, dia kan temen aku." ucapnya lagi.
"Tetep aja tidak boleh." kata Damian dengan penekanan. Tatiana mencabikan bibirnya. Entah apa yang dipikirkannya ia tiba-tiba tersenyum aneh.
"Gimana kalo Sama uncle?" entah setan apa yang merasukinya mempunyai ide seperti itu.
Damian mengacuhkan Tatiana.
"Uncle... " Tatiana menggoyang-goyangkan tangan Damian.
"Tidak Tatiana." tolak Damian segera.
"Ayolah uncle, inikan cuma ciuman. Lagian kan ini uncle, bukan orang lain." Tatiana masih dengan usahanya merayu Damian.
Damian mengacuhkan Tatiana lagi. Karena kesal Tatiana menarik Damian sampai berhadapan dengannya.
"Diem berarti setuju." putusnya seenak jidat.
"Uncle diem aja ok." perintah Tatiana dan dengan bodohnya Damian menurut.
Tatiana mendekatkan wajahnya ke wajah Damian. Jarak mereka hanya lima senti darinya. deru nafas dan bau parfume maskulin milik Damian sangat terasa di Indra penciumannya. Tatiana memandang mata coklat yang mampu menghipnotis kaum hawa hanya dengan tatapannya.
Tatiana memegang rahang Damian dan menempelkan bibirnya dengan bibir Damian. Hanya sekedar menempel beberapa detik lalu menjauhkannya kembali.
Tapi tiba-tiba Damian menahan tengkuk Tatiana dan menariknya kembali untuk menciumnya.
Damian melumat pelan bibir ranum Tatiana.
Tatiana memejamkan matanya menikmati setiap permainan bibir Damian.
Ciuman mereka lumayan cukup lama hingga Tatiana hampir kehabisan nafas Damian baru melepaskannya.
Damian membersihkan salivanya yang masih menempel di bibir Tatiana.
"Seperti itu ciuman." katanya masih mengusap bibir Tatiana.
Deg deg deg
'Jantung gue lagi disko kali yak dag dig dug gini.' batinnya.
********