Janu berjalan di sepanjang jalan kecil yang kanan kirinya penuh pepohonan dan semak belukar. Hanya sinar rembulan yang setia menerangi sepanjang jalan itu. Tubuhnya sudah terlalu lelah. Entah sudah berapa lama ia berjalan. Janu merasakan kerongkongan yang terasa seperti terbakar karena terlalu lama tak bertemu air. Liurnya bahkan terasa begitu kelat. Ia berjalan terseok-seok. Memaksa tubuhnya untuk tetap bertahan meski keinginan untuk menghempaskan tubuh begitu besar. Namun ia harus tetap berjalan untuk kembali pulang. Suara burung hantu membuat bulu kudunya meremang. Ia tolehkan kepala ke kanan, dan ke kiri. Berharap menemukan seseorang, atau melihat peradaban yang bisa ia singgahi. Tapi nihil. Sepanjang mata memandang ia tidak menemukan kehidupan manusia. Hanya suara hewan malam yang ju