Janu berdiri--bersandar pada badan mobilnya, di depan sebuah Sekolah Menengah Atas. Bukan. Sekolah yang ada di depannya itu, bukan sekolahnya dulu. Dia tidak sedang mengenang kembali masa putih abu-abu—karena tidak banyak yang bisa ia kenang, kecuali teman-teman yang selalu memandangnya remeh. Apalagi alasannya kalau bukan karena Ibunya yang hanya seorang pembantu rumah tangga. Bahkan beberapa dari mereka sempat ada yang melihat sang Ibu kala sedang mengambil barang-barang rongsokan, dan dengan bangga bercerita di depan kelas—ketika jam istirahat. Sementara Janu yang duduk di barisan bangku paling belakang, hanya bisa menatap teman-teman sekelasnya yang tertawa—menertawakannya. Ahh… tiap mengingat hal itu, Janu hanya bisa tersenyum kecut. Mereka tidak tahu bagaimana perjuangan Ibunya—Karti