"Mia! Hello!" Lambaian tangan Tina membuyarkan lamunannya.
"Eh, i-iya, maaf!" seru Mia dengan agak terkejut.
"Kamu pasti lagi mikir dandan jadi kayak Rita lagi ya? Hayo ngaku!" tebak Tina.
"Ng-nggak!" Mia mengelak, tapi memang benar dia memang bukan ingin berdandan seperti Rita lagi, dia hanya kepikiran akan tingkah konyolnya dulu saat mencoba dandan seperti Rita dan ingin mendaftar ekskul basket. Untung ada Tina, Nita dan Yuna, yang melarang Mia. Seandainya Mia nekat melakukan itu, bisa dibayangkan bagaimana malunya dia.
Seketika Mia tersenyum mengingat kebodohannya.
"Sekarang malah senyum-senyum sendiri, aneh!" gerutu Nita.
"Maaf, maaf," jawab Mia yang menahan senyumnya.
*
Acara reuni pun selesai, Rendra telah pergi meninggalkan acara tersebut bersama Rita terlebih dahulu. Sedangkan Mia, memilih menikmati waktunya bersama temam lamanya hingga acara benar-benar usai.
"Aku duluan ya, Say!" pamit Yuna sambil menggendong anaknya yang sudah merengek-rengek minta pulang dan suaminya sudah kewalahan untuk menenangkannya.
"Kamu pulang sama siapa, Nit?" tanya Mia pada Nita.
"Ehmmm, tuh! Jemputanku! Yuk!" Nita melenggang pada sebuah motor Ninja yang baru saja berhenti di trotoar seberang sana.
"Siapa tuh, Tin?" tanya Mia yang tidak kenal dengan pria yang membonceng Nita.
"Daaah!" Tina melambaikan tangannya pada Nita terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Mia. "Oh, itu Ibrahim. Si Baim. Tunangannya Nita."
Tinggal di Prancis dalam waktu yang cukup lama membuat Mia kurang update pada kehidupan teman-temannya.
"Oh, iya. Dia kan udah tunangan ya," gumam Mia.
"Iya! Tinggal kamu yang belum," goda Tina sambil tersenyum-senyum.
"Ih, kamu juga belum. Sok-sok an ngeledekin aku!" ujar Mia tak terima.
"Gini-gini udah ada yang lamar ke orang tuaku loh, Mi!" Tina menunjukkan cincin yang dipasang di jari manisnya. "Cuma tunangannya belum diresmikan," lanjutnya.
"Sama siapa?" Mia terkejut.
"Nanti kamu juga tahu, pokonya sama temen seangkatan kita!"
Mia mengerutkan dahi.
"Sudah! Ayo kita pulang! Aku nebeng mobilmu, soalnya tadi aku berangkat pakai taksi."
"Iya, ayo!" Mia pun membuka mobilnya.
*
"Bro! Si Mia tuh cantik kan?" tanya Riski pada Doni. Mereka berdua sedang berada dalam satu mobil yang sama dengan Doni sebagai pengendara. "Si Rendra kok bisa-bisanya nolak Mia."
"Mana gue tahu!" Doni mengedikkan bahunya.
"Kalau Mia gue lamar ke rumah orang tuanya kira-kira dia nerima gue, nggak ya?"
"Lu serius?"
"Ya, sebenarnya gue lihat Mia itu anaknya baik loh. Kegigihannya ngejar Rendra, nunjukan kalau do'i itu tipe cewek setia. Ya, nggak, sih?" tanya Riski meminta pendapat.
"Iya, bener juga. Kalau lu mau ngedeketin Mia, kayaknya sekarang waktu yang tepat, Ki!"
"Kenapa lu bisa nyimpulin gitu?"
"Cewek gue kan temennya Mia, katanya ... Mia lagi nyoba move on dari Rendra."
"Cewek lu? Si Tina? Lu bener jadian ama dia?"
"Haha, iya. Gue udah lamar dia malah. Tapi baru Lu yang tau! Jangan comel."
"Wah, nggak nyangka. Aman sama gue!" Riski menepuk dadanya. "Kalau gitu, biar Mia buat gue aja! Eh btw kalau Mia udah move on, kenapa dia masih kirim surat kayak tadi ke Rendra?"
"Entahlah, ntar gue cari tau."
"Oh, ya, Don! Gue mau tau sesuatu lagi, si Mia ama si Rendra tuh bukan sekedar tetanggaan, kan? Mereka juga sepupuan, kan?"
"Setau gue, iya sepupuan. Tapi, Mia tuh anak angkat dari tantenya Rendra! Bukan anak kandung."
Riski terkejut mendengar penuturan Doni. "Apa Rendra tau?" tanya Riski.
"Ya, pasti tau lah! Gue juga tau ini kan dari Rendra," jawab Doni. "Sebenarnya Rendra sama Mia itu dijodohkan sama keluarganya. Cuma Rendra nolak dan malah kabur ke Australia. Eh, soal ini elu tau kan?"
"He'em." Riski menganggukkan kepalanya.
"Lu serius suka sama Mia?"
"Iya," jawab Riski singkat. "Anter gue ke kantor, mau ambil mobil."
Doni pun segera mengantar Riski ke kantornya.
*
Sesampainya di rumah, Mia berencana pergi ke toko kuenya sebentar dan ingin langsung istirahat karena dirinya sangat lelah.
"Hai, bagaimana keadaan toko hari ini, Na?" tanya Mia pada Nana, kepala karyawannya bagian etalase.
"Alhamdulillah, Bu! Makin laris manis seperti biasanya." Gadis itu menjawab dengan senyumnya.
"Bu maaf, tadi beberapa bahan sebentar lagi akan ada yang habis, jadi saya mencoba memesan ke suplier kita." Seorang karyawan langsung menghampiri Mia begitu gadis itu masuk ke area dapur.
"Oh, gitu! Sudah ada respon dari supplier?" tanya Mia sambil berjalan ke arah gudang penyimpanan.
"Belum, bu!"
"Ya sudah! Nanti biar saya yang hubungi lagi. Untuk produksi hari ini, sepertinya ini masih cukup." Mia memeriksa beberapa bahan yang tersisa.
"Iya, Bu!"
"Ok, bagus. Saya mengandalkan kamu di bagian ini ya, Tut. Terima kasih untuk kerja keras semuanya," ujar Mia kali ini pada Tuti, kepala karyawan bagian dapur.
Kemudian ia mendengar gawainya berdering dari dalam tas.
"Tante Risa, memesan kue?" gumam Mia saat membaca pesan.
Mia pun segera membungkus kue sesuai pesanan. Kemudian ia menjenguk ke area dapur lagi sebentar sebelum pulang.
Aroma ragi dari adonan yang difermentasi begitu wangi menguar dari dalam dapur. Mia tersenyum melihat para karyawannya sedang bekerja.
"Eh, bu Mia!"
Mereka yang sedang duduk tiba-tiba langsung berdiri.
"Santai saja! Saya hanya melihat-lihat. Saya titip dapur hari ini ya! Tidak ada yang kesulitan, kan?"
Semua karyawan di bagian dapur pun serentak menjawab 'tidak'.
Setelah memastikan tokonya terkendali, Mia pun segera pulang sambil membawa kue pesanan untuk tante Risa.
Ketika sampai di rumah, ia memarkirkan mobilnya dan segera ke rumah yang berada di depan rumahnya tersebut.
"Assalamu'alaikum," salam Mia saat masuk dalam rumah. "Tante, Mia mau anterin kue."
Risa dari dalam menjawab salam Mia dan terburu-buru keluar dari dapur.
"Wa'alaikumsalam," teriaknya sambil setengah berlari.
"Mi! Kuenya kamu bawa ke sini?"
"I-iya, tadi tante pesen, kan?"
"Maksud tante, itu anter ke tempat Rendra. Aduh, kamu jadi bolak-balik. Nggak papa ya, tolong anterin sama kamu!"
"Ta-tapi, tante!"
Tidak ada pilihan lain, Mia pun keluar dan berniat mengirimkan kue itu menggunakan jasa bang ojol.
Namun sebelum ia sempat abang ojol, mamanya keluar.
"Kamu udah pulang, Mi?" tanya Reni.
"Kenapa, Ma?"
"Oma mau ketemu sama kamu, tapi oma lagi di perusahaan. Kamu ke sana gih! Samperin Oma!" titah Reni.
Tanpa menawar, akhirnya Mia pun pergi meski sebenarnya dia enggan karena sudah sangat lelah. Dia mengurungkan niatnya untuk mengirim kue melalui abang ojol, karena Mia sendiri akan ke perusahaan keluarganya.
*
Tak lama kemudian, Mia sampai di kantor perusahaan keluarganya. Ia memutuskan untuk mengantar kue ke temlat Rendra terlebih dulu sebelum menemui omanya.
"Gue nggak suka dengan apapun yang lu kirim!" jawab Rendra sinis begitu Mia menyimpan kue di mejanya.
"Ini bukan aku, tapi tante Risa! Permisi!" Mia memasang wajah sejutek mungkin dan hendak meninggalkan kantor Rendra.
Rendra mengangkat wajahnya karena merasa aneh dengan Mia yang tiba-tiba merespon seperti itu.