Rindu menarik napas panjang, mengembuskannya dengan perlahan. Menepuk pelan pipinya agar ia masih bisa tersadar. Matanya sudah ia tujukan pada gedung yang kini menjadi bagian dari hidupnya. Bekerja di sana karena rotasi yang biasa dihadapi para staff seperti Rindu. meski tak terlalu menyukainya, tapi Rindu berusaha memberikan yang terbaik. Walau nyatanya, selalu saja menemukan kendala. Rambutnya ia kuncir tinggi. Tadi pagi sengaja ia rapikan bagian poninya dan dipertegas. Meski terlihat kekanakkan tapi kali ini sengaja Rindu pertegas riasan matanya. Eye liner hitam yang biasanya hanya segaris tipis, ia pertebal. Belum lagi ia keluarkan koleksi softlens emerald yang ia gemari. Merasa sudah siap berangkat, ia pun mengecek ponselnya. Sejak setengah jam lalu, Bujang sudah memberi kabar kalau