“Enak, kan?” tanya Bujang sembari menikmati porsi bagiannya. Di depannya ada Rindu yang sejak tadi tampak takjub dengan piring berisi ayam bakar lengkap dengan sambal yang disiram di atasnya. Nasi yang masih mengepul, belum lagi aroma kecap berpadu dengan pemanggang, juga lalapan yang menggugah selera. Siapa yang tak timbul rasa laparnya? Rindu hanya melirik sekilas pada Bujang. Tadinya ingin sekali ia bantah segala macam ucapan Bujang mengenai tempat ini. Bukan, ya. Rindu bukan lagi sok belagu tak mau makan di tempat cukup terbuka ini. ia suka, malah kalau dibilang lebih suka makan di kantin yang ramai pengunjung ini ketimbang di mall. Selain ramah di kantungnya, matanya tak melulu melihat wajah-wajah penuh dengan make up tebal serta tentengan yang modis. Yang jadi masalah, entah sudah