Tiga orang siswa tampan, ah ralat dua orang siswa tampan dan satu orang siswa dengan penampilan sangat culun nampak menjadi pusat perhatian di gerbang sekolah. Perhatian tersebut sebenarnya hanya ditujukan pada dua orang yang menurut para siswi di sana sangat tampan. Siswa pertama memiliki tinggi badan yang ehm kurang tinggi atau bahasa kerennya pendek, dia memiliki rambut biru muda, sepasang mata tajam berwarna coklat keemasan. Garis wajahnya tegas, hidungnya tidak terlalu mancung, bibirnya tipis. Siswa kedua cukup tinggi, rambutnya berwarna coklat terang, iris matanya berwarna abu-abu dia memiliki pandangan mata yang teduh cenderung ramah, hidungnya mancung dan bibirnya penuh. Siswa ketiga memiliki tinggi yang sama dengan siswa kedua, hanya saja cara berpakaiannya berbeda jauh. Jika siswa pertama dan kedua terlihat sangat tampan dengan baju yang pas dengan badan mereka, maka siswa ketiga memiliki baju yang cukup kebesaran untuk ukuran tubuhnya. Dia bahkan memakai celana kebesaran diatas pinggang, seolah baju seragam yang dia miliki bukan miliknya. Rambutnya berwarna abu-abu acak-acakan seperti tidak pernah di sisir, matanya berwarna hitam ditutupi oleh kacamata botol berlensa tebal, wajahnya lusuh dan sangat tidak enak di pandang. Beruntung aura kedua siswa di dekatnya bisa menyembunyikannya, karena dia sepertinya tidak ingin terlihat oleh para siswa yang ada di sana.
Perjalanan dari gerbang sampai ke kantor kepala sekolah terasa sangat lama. Itu semua karena pada siswa yang berbondong-bondong memenuhi koridor sehingga mereka sulit untuk berjalan sampai ke kantor kepala sekolah. Beruntung bel jam pelajaran menyelamatkan mereka sehingga mereka bisa dengan selamat sampai di kantor kepala sekolah.
"Selamat datang di sekolah kami! Kami sudah menunggu kalian bertiga!" sambut kepala sekolah yang bernama Sir Bailey dengan ramah. Tentu saja dia harus ramah, mereka bertiga adalah siswa yang direkomendasikan langsung oleh raja dari tiga negara besar. Jadi dia harus ramah, dengan begitu citranya akan bagus bukan di mata ketiga raja tersebut. kepala sekolah tidak tahu saja kalau ketiga siswa tersebut adalah raja yang menyamar menjadi siswa di sekolahnya. Jika dia tahu mungkin reaksinya akan nlebih heboh daripada barusan.
"Langsung saja, dimana kelasku!" tanya siswa yang berambut biru angkuh, sepertinya dia tidak suka berbasa-basi. Kedua siswa lainnya hanya bisa geleng-geleng dengan siswa berambut biru tersebut. Tidak berubah batin kedua siswa tersebut.
"Ah, baiklah! Tapi sebelum itu, bukankah kalian harus memperkenalkan diri terlebih dahulu!" ujar sir Bailey sambil tertawa canggung.
"Bukankah anda sudah tahu hanya dengan melihat formulir pemindahan kami!" seru siswa berambut biru itu lagi, sambil memasang wajah bosan.
"Kau benar! Tapi kalian belum saling berkenalan bukan! Jadi bukankah lebih baik kalian saling berkenalan terlebih dahulu!" kata Sir Bailey mencoba bersabar dengan sikap siswa berambut biru tersebut. Ingin sekali dia melempar mulut siswa berambut biru tersebut dengan pajangan yang berada di kantornya jika saja dia tidak ingat kalau mereka di rekomendarikan langsung oleh raja.
"Baiklah! Namaku David entah apa sebabnya aku dinamai sama dengan Raja dari kerajaan ini! Tapi aku tidak ada hubungan apapun dengannya selain nama kami yang sama dan mungkin tinggi kami!" kata David malas sambil diiringgi nada mengejek. "Hei kau coklat kenalkan dirimu agar kita cepat-cepat bubar!" perintah David sambil menunjuk siswa berambut coklat. Meski kesal, siswa berambut coklat itu akhirnya memperkenalkan dirinya.
"Namaku Edward, aku juga tidak punya hubungan apapun dengan Raja kerajaan Valk." Ujar Edward singkat.
"Aku Alexander!" ujar siswa berambut silver singkat.
"Baiklah karena kalian sudah memperkenalkan diri! Sekarang kalian bisa ke kelas kalian! Menurut surat rekomendasi kalian, kalian berada di tingkat tiga! Di sekolah ini setiap tingkat hanya punya satu kelas, kecuali untuk tingkat tujuh karena biasanya banyak penyihir yang susah lulus!" jelas Sir Bailey, tapi menurut mereka bertiga itu tidak penting. Tentu saja karena mereka sudah tahu dengan jelas seperti apa sistem di sekolah ini. Mereka bertiga adalah lulusan dari sekolah ini juga walau itu sudah bertahun-tahun yang lalu.
"Jadi dimana kelas kami?" tanya Edward yang sisa kesabarannya sudah habis karena mendengar ocehan Sir Bailey yang sepertinya tidak akan berhenti dengan cepat. Bagaimana tidak, Sir Bailey terus berbicara tentang sejarah sekolah sampai sistem sekolah mereka tanpa henti.
"Ah ini dia! Kalian tinggal lihat di peta sekolah ini! Untuk kelas pertama kalian adalah kelas ramuan! Kalian bisa melihat tempatnya di peta!" ujar Sir Bailey sambil memberikan peta atau lebih tepatnya denah sekolah kepada mereka bertiga.
Setelah mendapatkan denah sekolah, mereka bertiga pun pamit pada Sir Bailey dan pergi ke kelas mereka. Kelas pertama berada di lantai dua di ujung lorong, dekat dengan perpustakaan utama sekolah. Sangat mudah untuk menemukan kelas ramuan, selain karena mereka pernah sekolah di sana, tata letak kelasnya tidak berubah banyak.
Mereka mengetuk pintu kelas ramuan, saat ada suara yang meminta mereka masuk mereka baru membuka pintu tersebut dan masuk ke kelas. Saat masuk ke kelas, mereka terkejut dengan keadaan kelas tersebut. Tidak ada satupun siswa yang memperhatikan guru, mereka asik dengan kegiatan mereka masing-masing. Bahkan pada saat Sir Gill meminta mereka diam untuk memperkenalkan siswa baru, mereka tetap sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
"Tidak bisakah kalian memperhatikan kami sebentar saja!" Teriak Edward yang kesal dengan tingkah laku para siswa tersebut yang seolah tidak menghormati guru mereka. Sontak pada siswa tersebut diam dan melihat ke arah Edward, ada yang kaget ada pula yang terlihat meremehkannya.
"Jika ingin mengenalkan dirimu, kenalkan saja! Kami masih bisa mendengarnya!" celetuk seorang siswa yang cukup tampan, dia sepertinya salah satu siswa populer di sini.
"Cih! Aku tidak tahu jika siswa di sekolah ini sama sekali tidak punya sopan santun! Sepertinya rumor kalau ini sekolah terbaik hanya isapan jempol belaka!" kata Alexander yang langsung membuat para siswa itu menahan amarah mereka. Mereka mungkin akan lebih bersabar jika Edward atau David yang bicara, tapi ini adalah Alexander. Mereka tentu tidak ingin diremehkan oleh orang yang bahkan tidak menarik sama sekali dari segi visual.
"Diamlah! Kau bahkan tidak menarik sama sekali, untuk apa membuka mulutmu!" kata orang siswa tadi sambil menunjuk Alexander tepat di mukanya.
"Untuk apa jadi orang menarik jika kau sama sekali tidak punya sopan santun seperti itu! Orang seperti kalianlah yang merusak nama baik sekolah!" jawab Alexander sambil menatap siswa itu dengan tatapan tajam, Edward dan David hanya menonton pertikaian mereka tanpa berniat memisahkan atau melerai.
"Kau bisa bilang begitu karena tidak tahu siapa aku! Kau pasti tidak bisa berkata begitu saat tahu siapa aku sebenarnya!" sombong siswa itu, Alexander sama sekali tidak bergeming dengan perkataan siswa itu. Berbeda dengan seseorang yang nampak sedang menyembunyikan gugupnya kepada dua orang yang bersamanya.
"Aku tidak peduli siapa kau sebenarnya! Bahkan jika kau seorang raja sekalipun kau seharusnya belajar apa yang di maksud etika dan sopan santun!" jawab Alexander, dia sama sekali tidak peduli dengan muka siswa yang berdebat dengannya sudah merah karena marah.
"Tolong jangan bertengkar! Clyvon tolong tenang, biarkan mereka memperkenalkan diri mereka!" Ujar Sir Gill saat keadaan semakin memanas.
"Kau tidak berhak memerintahku! Dan lagi kau sama sekali tidak tahu cara mengajar, aku heran kenapa sekolah ini masih mempertahankanmu!" jawab Clyvon saat Sir Gill memintanya untuk tenang.
"Aku tahu! Tapi tolong jangan bertengkar, dan biarkan mereka memperkenalkan diri mereka sebelum jam pelajaranku habis!" pinta Sir Gill dengan nada gugup yang kentara sekali.
"Baiklah! Perkenalkan diri kalian!" kata Clyvon akhirnya dengan nada meremehkan. Alexander menghela napas panjang, dia ingin sekali melempar Clyvon dengan meja yang ada di depannya. Tapi dia tidak mungkin membuat keributandi hari pertama bukan. Walau sebenarnya dia sudah membuat keributan itu sendiri.
"Kau saja yang memperkenalkan kami!" perintah Edward dengan seenaknya pada David yang berada di sampingnya. David menatap Edward tajam walau pada akhirnya dia memperkenalkan mereka bertiga.
"Aku David, yang biru itu Edward dan yang coklat itu Alexander!" kata David dengan nada malas, dia sebenarnya tidak ingin memperkenalkan dirinya. Tidak kenal dengan siswa lain pun tidak apa jika sikap mereka sama sekali tidak menyenangkan seperti itu.
"Kalian tidak punya nama belakang?" tanya salah seorang siswi dengan nada merendahkan.
"Tahu nama belakang kami pun tidak ada gunanya! Lagipula aku tidak seperti kalian yang mengagungkan nama keluarga kalian!" jawab Edward tegas.
"Aku yakin kalian tidak punya nama belakang! Bukankah kalian ke sini karena rekomendasi dari para raja? Aku yakin kalian itu hanya orang asing yang tidak sengaja di pilih oleh para raja untuk sekolah di sini!" celetuk siswa lainnya.
"Kalian bisa berpikir begitu jika kalian ingin aku sama sekali tidak peduli!" jawab Alexander yang memang tidak peduli dengan pandangan siswa lain terhadap dirinya.
Perkataan Alexander membuat keadaan semakin memanas. Beruntung bel berbunyi sehingga keadaan lebih membaik. Setelah bel berbunyi pada siswa dan siswi langsung keluar dari kelas tanpa meminta izin dulu dari Sir Gill. Sir Gill hanya menghela napas, dia sudah terbiasa dengan keadaan kelas yang seperti ini. Dia memang tidak bisa tegas seperti guru lain, pelajarannya juga bisa dibilang monoton karena banyak dari siswanya merasa mereka tidak perlu mempelajari cara pembuatan ramuan. Bukankah sudah banyak toko yang menjual ramuan-ramuan yang mereka butuhkan jadi mereka tidak perlu repot mempelajarinya. Dan lagi pada zaman sekarang sihir yang melibatkan ramuan sudah jarang digunakan, oleh karena itu banyak yang meremehkan kelas ramuan.
"Sebenarnya siapa si Clyvon itu Sir?" tanya Alexander saat semua siswa telah keluar dan meninggalkan mereka bertiga dan Sir Gill.
"Ah, dia adalah keponakan Raja David, semua siswa dan guru di sini tidak ada yang berani padanya karena takut dia mengatakannya pada Raja David!" ujar Sir Gill, dua orang di sana langsung menahan kekesalannya pada seseorang yang sedari tadi gugup entah untuk alasan apa.
"Terima kasih untuk informasinya Sir Gill!" kata Alexander sambil tersenyum.
"Sama-sama! Ah, kelas kalian yang selanjutnya adalah kelas sejarah tiga Kerajaan bukan?" kata Sir Gill memastikan, mereka bertiga mengangguk. "Sir Grant tidak bisa masuk karena sakit! Dia menugaskan para siswa untuk mencari legenda harta tersembunyi dari tiga kerajaan besar dunia sihir di perpustakaan!" lanjut Sir Gill.
"Kami mengerti! Terima kasih Sir, dan lebih percaya dirilah aku yakin mereka akan mendengarmu jika anda lebih percaya diri!" Ujar David sambil menepuk pelan bahu Sir Gill lalu keluar dari kelas menuju ke perpustaan yang letaknya tidak jauh dari kelas mereka.
Saat mereka sudah bertiga, Alexander dan David langsung melihat ke arah Edward dengan tatapan tajam. Edward hanya tersenyum tanpa dosa melihat tatapan tajam mereka berdua. Namun itu tidak berlangsung lama karena mereka bertiga memutuskan untuk berpencar mencari buku untuk tugas mereka. Perpustakaan utama sekolah memang sangat luas dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi. Oleh karena itu terkadang ada yang tersesat di perpustakaan ini.
"Kakak tidak bilang kalau keponakanmu sekolah di sini!" kata David pada Edward melalui telepati, mereka memang memutuskan untuk mengobrol lewat pikiran mereka untuk menghindari masalah. Perlu kalian ketahui orang yang bernama David aslinya adalah Edward, dia sengaja menggunakan nama David untuk mengerjadi David. Orang yang bernama Edward adalah David, tujuannya sama dengan Edward. Sementara Alexander adalah Andrew, dia berpenampilan seperti itu karena Nicole. Awalnya dia juga ingin berpenampilan normal seperti mereka berdua, namun Nicole ingin Andrew berpenampilan seperti sekarang. Karena dia tidak ingin berdebat dengan Nicole pada akhirnya dia memutuskan untuk seperti ini.
"Aku pikir itu tidak penting, dan lagi aku tidak tahu kalau ternyata sikapnya sangat buruk seperti itu. Di depanku dia selalu bersikap baik!" jawab Edward
"Kakak seharusnya tidak melihat orang dari sikap luarnya saja!" ujar David sambil memilih buku yang akan digunakannya.
"Aku tahu hal itu, aku tidak mengira kalau dia seburuk itu!" kata Edward.
"Apa kalian mendengar lagu itu?" tanya Alexander tiba-tiba, David dan Edward mengerutkan kening mereka heran dengan apa yang dikatakan oleh Alexander.
Alexander sepertinya terpisah jauh dari David dan Edward, selagi mereka berdua bicara dia berjalan mengelilingi perpustakaan tersebut. Dia terus berjalan sampai pada suatu titik dia mendengar suara nyanyian, dia tidak pernah mendengar nyanyian itu.
"Jangan bercanda! Siapa yang akan bernyanyi di perpustakaan seperti ini!" jawab Edward menanggapi perkataan Alexander.
"Aku tidak berbohong aku mendengar sebuah nyanyian!" jawab Alexander, namun suaranya mulai terdengar jauh. Aneh pikir mereka berdua, mereka bicara melalui pikiran mereka jauh maupun dekat seharusnya suaranya terdengar jelas. Tapi suara Alexander justru terdengar semakin pelan.
"Kau dimana? Jangan berjalan lebih jauh lagi!" perintah David, jika dia benar maka Alexander alias Andrew dekat dengan sesuatu yang atau ruangan yang tidak mereka ketahui. Sangat beresiko jika nanti Alexander masuk ke sana tanpa sepengetahuan siapapun.
"Andrew jawab kami!" kata Edward terdengar panik karena Alexander tidak menjawab mereka. Saking paniknya sampai-sampai dia memanggil nama asli Andrew.
"Jangan panggil nama itu ketika di sekolah! Panggil aku Alexander!" jawab Alexander, suaranya mulai terdengar jelas lagi. Mereka berdua bersyukur ternyata dia baik-baik saja, mereka hampir saja akan berlari mencari Alexander jika dia tidak segera menjawab.
"Kita berkumpul!" ujar David yang lebih terdengar seperti perintah.
Mereka semua pada akhirnya berkumpul di salah satu meja di perpustakaan tersebut. Saat dalam perjalanan untuk berkumpul, mereka merasakan kejanggalan di perpustakaan ini. Tidak ada satupun siswa yang berada di perpustakaan ini selain mereka. Jika memang mereka memiliki tugas bukankah seharusnya siswa lain dari kelasnya juga berada di perpustakaan. Tapi di sini tidak ada seorang siswa pun, bahkan penjaga perpustakaan pun hanya sedikit yang terlihat. Padahal dulu penjaga di perpustakaan ini cukup banyak.
"Tidakkah kalian merasa di sini terlalu sepi?" tanya Edward saat mereka berkumpul.
"Kau benar, bahkan para penjaga perputakaan pun sangat sedikit jika dibandingkan dulu!" kata Alexander membenarkan apa yang dikatakan oleh Edward.
"Kita bisa membahas itu nanti!" kata David menyela mereka. "kenapa kau tidak menjawab kami tadi?" tanya David pada Alexander dengan nada serius.
"Ah aku terkena distorsi ruang walau itu hanya sebentar!" jelas Alexander, mereka berdua langsung menatap Alexander dengan tatapan tidak percaya. Di dunia sihir sangat sulit menemukan tempat dengan dimensi yang tumpang tindih, distorsi ruang biasanya hanya terjadi pada daerah yang memiliki dimensi yang tumpang tindih. Jika tempat seperti itu ada di sekolah mereka, kenapa dulu mereka tidak tahu sama sekali. Bahkan tidak ada berita ataupun legenda mengenai hal itu. Bukankah itu sangat aneh.
"Jangan bercanda itu sama sekali tidak lucu!" kata Edward tidak percaya dengan perkataan Alexander.
"Aku tidak bercanda! Dan lagi apa kalian benar-benar tidak mendengar lagu tadi?" tanya Alexander serius, jika hanya dia yang mendengar lagu itu berarti ada suatu syarat yang harus di penuhi untuk mendengar lagu tersebut dan masuk ke dalam dimensi yang dia masuki tadi.
"Tidak! Memang lagu seperti apa yang kau dengar?" tanya David penasaran.
Terbang tinggi... terbang tinggi
Burung kecil terbang tinggi
Dia memasuki gerbang dunia tanpa batas
Burung kecil terbang tinggi
Dia terbelenggu oleh tubuhnya yang kecil
Burung kecil tidak kecil
Dia terbelenggu oleh kutukan penyihir
"Itu adalah syair lagu yang aku dengar!" jawab Alexander
"Kita sepertinya tidak akan tahu apa arti syair itu! Sepertinya kita harus meminta bantuan mereka untuk hal itu!" usul Edward
"Aku setuju, mereka lebih ahli dalam hal itu daripada kita!" jawab David yang diangguki oleh Alexander. Untuk masalah seperti itu sepertinya Raina dan Nicole akan lebih membantu, mereka lebih tahu soal segel, portal dimensi dan juga syair lebih daripada mereka bertiga.
"Sebaiknya kita membahas itu nanti, sepulang sekolah kita akan mengadakan pertemuan! David usahakan para tetua juga ikut!" kata Alexander, David hanya mengangguk. Mereka kemudian keluar dari perpustakaan dan menuju ke kelas mereka yang selanjutnya. Tanpa mereka sadari sesosok makhluk bermata indah tengah mengawasi mereka sedari tadi diantara rak-rak buku di perpustakaan tersebut. Sosok itu mengambil wujud seperti burung dengan sayap yang menyatu dengan tangannya, dia memiliki kepala dan d**a seperti manusia. Saat ketiga orang itu pergi dari perpustakaan, sosok itu melebarkan sayapnya dan terbang sebelum akhirnya menghilang diatas langit-langit ruang perpustakaan.
Pelajaran yang selanjutnya adalah pertahanan sihir hitam. Saat mereka sampai di kelas pertahanan sihir hitam mereka di hadiahi penampakan muka yang sangat mereka kenal. Ricky dan Ryuzaki sepertinya mengajar pertahanan sihir hitam bersama. Dari dulu pertahanan sihir hitam memang diajar oleh dua orang. Alasannya sangat mudah, sangat sulit membuat jelmaan atau makhluk sihir hitam oleh satu orang. Tapi jika melihat Ryuzaki dan Ricky mengajar hal itu bersama mereka rasa itu berlebihan. Ricky diajari langsung oleh Denish dan Hans untuk menciptakan sihir hitam. Dan mereka tahu bagaimana kerasnya Denish dan Hans dalam mengajar, dia yakin Ricky saja sudah cukup. Tapi sepertinya pihak sekolah meremehkannya, sehingga memasangkannya dengan Ryuzaki.
Mereka bertiga duduk di barisan paling belakang, sambil menunggu kelas penuh mereka melihat ke sekeliling kelas. Memang benar kelas pertahanan sihir seperti kelas biasa, tapi sebenarnya kelas itu telah di modifikasi sehingga guru yang mengajar kelas itu tidak mengeluarkan terlalu banyak sihir meskipun makhluk-makhluk yang mereka ciptakan aslinya mengharuskan menggunakan banyak sihir. Tapi tetap saja orang yang mengajar pertahanan sihir hitam harus memiliki kekuatan sihir yang cukup kuat. Jika tidak, mereka tidak bisa mengendalikan makhluk yang mereka ciptakan.
Setelah semua siswa masuk, Ricky dan Ryuzaki bergantian menjelaskan teori mengenai sihir hitam. Mereka bertiga sudah tahu akan semua yang dijelaskan oleh Ryuzaki dan Ricky. Pada pertahanan sihir hitam untuk dua bulan pertama memang hanya teori pengenalan, setelah itu mereka baru akan praktek secara langsung. Tapi sepertinya tidak ada satupun yang mendengarkan teori mereka, para siswa itu sama sekali tidak mendengarkan apa yang di jelaskan oleh Ryuzaki dan Ricky.
"Apa ada yang ingin ditanyakan?" tanya Ricky
"Kapan kita praktek Sir? Kami sudah bosan mendengar semua teori yang anda jelaskan!" kata salah seorang siswa bernama Kheil, dia adalah salah satu teman Clyvon.
"Tunggu semua teori selesai! Kalian tidak bisa langsung praktek jika teorinya belum selesai!" kata Ricky dengan sabar.
"Lalu kapan teorinya selesai! Kami sudah cukup tahu tentang monster-monster yang diciptakan oleh sihir hitam, jadi untuk apalagi teorinya?" ujar seorang siswi bernama Clara.
"Kalian ingin praktikum? Baiklah!" ujar Ryuzaki yang nampaknya tidak sesabar Ricky. Ryuzaki memang kekanakan semua orang mengetahui hal itu tapi mereka tidak tahu kalau dia akan terpancing oleh para siswa seperi ini.
"mhaawinmitesaittaw!" kata Ryuzaki kemudian menjentikan jarinya, sontak kelas itu berubah menjadi hutan belantara.
Semua siswa di pisahkan ke segala penjuru hutan, tidak ada yang tahu mereka dimana dan siapa siswa yang paling dekat dengan mereka. David mengumpati Ryuzaki dalam hatinya, dia kesal kenapa dia juga dilibatkan dalam proses hukuman untuk para siswa itu. Dia tahu Ryuzaki ingin memperlihatkan bahwa teori yang selama ini mereka pelajari itu sangat penting untuk dasar mereka melawan sihir hitam. Tapi dia tidak perlu dilibatkan, dia baru saja masuk hari ini dan dia harus terlibat dalam kekacauan yang diciptakan oleh siswa kelasnya. Terlebih dia terpisah dengan Alexander dan Edward yang sekarang entah berada di hutan bagian mana. Dia akan membuat perhitungan pada Ryuzaki setelah sekolah mereka berakhir lihat saja nanti pikirnya kesal.
Hampir sama dengan David, Edward juga kesal karena di libatkan dalam kekacauan ini. Hari pertamanya di sekolah sangat bermakna dalam artian yang mengerikan. Teman sekelas yang buruk, dan praktek sihir hitam di hari pertamanya. Tidak ada yang lebih buruk dari hal itu, dia ingin sekali melempar Ryuzaki dengan barang terdekatnya jika saja dia tidak ingat sekarang dia sedang menyamar.
Alexander mendecih pelan saat dia terlempar di dunia yang diciptakan oleh Ryuzaki. Sebisa mungkin dia menekan hawa keberadaannya, dan mencoba bersembunyi. Dengan keadaannya yang sekarang, sangat tidak mungkin bertarung dengan monster menengah keatas. Oleh karena itu dia lebih baik bersembunyi dan menunggu sampai semuanya selesai. Bukankah itu lebih mudah dibandingkan harus berjalan-jalan mencari siswa lain, dan meningkatkan persentasi bertemu dengan monster yang mendiami hutan itu.
Suara pertarungan mulai terdengar di beberapa bagian hutan, beberapa dari pertarungan itu memunculkan asap hitam ke udara. Para siswa yang bertarung cukup kewalahan dengan monster-monster yang mereka hadapi. Chimaera, goblin, cerberus, dan ghoul kebanyakan monster disana adalah bagian dari mereka. Mereka tentu bukan monster yang mudah di kalahkan tanpa strategi yang baik. Dan karena hal itulah banyak siswa yang terluka dalam simulasi ini, beruntung Ryuzaki menghentikannya sebelum jatuh korban.
Saat kembali ke kelas, banyak dari siswa itu berpakaian compang-camping. Beberapa dari mereka terluka tapi tidak parah, hanya beberapa lecet dan luka gores yang mudah untuk disembuhkan. Satu-satunya siswa yang berseragam utuh tanpa debu sedikit pun adalah Alexander. Sepertinya dia berhasil bersembunyi dan tertidur bahkan saat mereka semua sudah di kelas dia masih tidur. Sementara David dan Edward sepertinya bertarung, hal itu dapat di lihat dari seragam mereka yang kotor.
"Ada yang ingin mencoba latihan lagi?" tanya Ryuzaki dengan nada mengejek saat melihat para siswanya cukup babak belur dengan latihan yang dia berikan. Tidak ada siswa yang menjawab, mereka sibuk mengambil napas karena kelelahan. Sepertinya mereka harus berhati-hati saat berurusan dengan Ryuzaki, dia bukan guru yang bisa di remehkan seperti guru yang lain.
"Aku anggap diamnya kalian sebagai tanda tidak setuju! Jadi pertemuan berikutnya masih teori!" kata Ryuzaki lagi.
"Kalian bisa keluar dan pergi ke ruang kesehatan untuk mendapatkan pengobatan!" kata Ricky, sontak semua siswa langsung keluar dan berbondong-bondong ke ruang kesehatan meninggalkan Ryuzaki, Ricky, Edward, David dan Alexander yang tidur.
"Kalian tidak ingin keluar? Kalian bisa membangunkan teman kalian yang tidur!" kata Ryuzaki tanpa dosa, sontak Edward dan David menatap Ryuzaki dengan tatapan membunuh mereka. Mereka menghela napas untuk mengontrol amarah mereka mengingat mereka masih di sekolah saat ini.
"Sepulang sekolah akan diadakan pertemuan di ruangan rahasia! Aku harap kalian bisa datang!" kata Edward, kemudian membangunkan Alexander lalu keluar dari kelas itu.
Di sebuah ruangan terdapat sebuah meja yang terbuat dari marmer putih berbentuk lingkaran besar. Di ruangan tersebut tidak ada pintu, mereka harus menggunakan portal khusus untuk masuk ke ruangan tersebut. Beberapa saat kemudian muncul dua portal di dinding ruangan tersebut dari portal pertama muncul Nicole dan Andrew, sementara dari portal kedua muncul Ryuzaki dan Kaila. Andrew menatap Ryuzaki dengan tatapan yang dulit diartikan sebelum akhirnya duduk di samping Nicole tanpa bicara sepatah kata pun. Nicole dan Kaila memandang mereka berdua dengan tatapan aneh, tapi tidak berkomentar sama sekali. Tak lama setelah itu muncul lagi portal pada dinding ruangan tersebut, dari portal tersebut muncullah Raina, Edward, Sein, Clarisa, Oma Maria dan Daniel.
"Grefuer." Ujar Edward saat melihat Ryuzaki, sontak muncul es dari kaki Edward yang merambat dengan cepat menuju Ryuzaki. Saking cepatnya Ryuzaki tidak sempat menghindar dan mengakibatkan tubuhnya membeku sampai sebatas leher. Melihat hal itu Edward tersenyum puas kemudian duduk di kursi yang biasa dia duduki. Mereka yang melihat itu sangat heran, mereka bertanya apa yang terjadi pada Edward dan Ryuzaki sampai Edward melakukan hal itu pada Ryuzaki.
Belum sempat mereka bertanya dua portal muncul kembali di dinding ruangan itu, kali ini Ricky, David dan Denis yang datang. Denish menatap heran Ryuzaki yang membeku di kursinya, sementara Ricky hanya meringis melihat hal itu. Berbeda dengan David yang tersenyum puas melihat hasil pekerjaan Edward. Mereka bertiga duduk di kursi mereka masing-masing. Jika di lihat ada empat kursi yang masih kosong, kursi tersebut adalah milik Evelyn, Kenzo, Haruka dan Hans yang tidak bisa hadir karena ada urusan.
"Hal bodoh apa yang dilakukan oleh Ryuzaki sehingga dia harus dibekukan seperti itu?" tanya Kaila yang melihat suaminya membeku di sampinya.
"Aku tidak melakukan hal bodoh, mereka saja yang mudah marah!" bela Ryuzaki yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari David dan Edward, sementara Andrew seolah tidak peduli dengan Ryuzaki.
"Dia dengan seenaknya memindahkan para siswa ke hutan kegelapan tanpa persiapan apapun dan akibatnya hampir seluruh siswa babak belur karenanya!" kata David sambil menatap Ryuzaki tajam.
"Pantas saja, dia memang pantas dibekukan!" kata Kaila yang sama sekali tidak ada niatan membela Ryuzaki. Mau bagaimana lagi suaminya itu memang sangat kekanakan, bahkan setelah mereka punya anak pun sifatnya itu tidak berubah.
"Jangan bahas itu, ada hal yang lebih penting dari itu!" kata Edward sambil menatap Andrew memberi kode untuk memberitahukan kejadian yang dia alami di perpustakaan.
Andrew pun menjelaskan apa yang dia alami di perpustakaan, tentang lagu itu dan juga tentang distorsi ruang yang di alaminya. Dia juga menjelaskan kalau tempat yang dia lihat itu menyerupai perpustakaan tapi berada di luar ruangan. Di sana cukup indah dengan danau jernih yang di kelilingi oleh meja yang bisa digunakan untuk membaca. Tak jauh dari sana terdapat lantai marmer dengan pola lingkaran-lingkaran hitam putih. Dia juga melihat dinding dengan pola burung, di sana tergambar berbagai burung dari mulai burung legenda sampai burung biasa.
"Yang kau lihat itu mungkin perpustakaan poulia, perpustakaan itu adalah perpustakaan milik gamaiun, dewi kebijaksanaan dan pengetahuan. Gamaiun adalah sosok dewi dengan kepala dan d**a perempuan tapi berbadan seperti burung, kalian mungkin tidak tahu karena perpustakaan itu di hapuskan dari sejarah sebab tidak ada yang dapat membuktikan perpustakan itu ada!" jelas Oma Maria
"Kenapa hanya Andrew yang bisa ke sana?" tanya David heran, terlebih mereka berdua juga tidak mendengar lagu yang di dengar oleh Andrew.
"Artikan syairnya dan kalian akan mengerti!" ujar Nicole yang memang sudah mengerti kenapa Andrew bisa ke sana walau hanya sebentar. Sementara itu Raina dan Kaila masih agak ragu dengan makna syair yang mereka artikan.
"Jika kami mengerti, kami tidak akan mengadakan rapat ini!" kata Edward kesal.
"Aku kurang yakin tapi jika diartikan terbang dari syair itu bukan terbang pada arti yang sebenarnya. Terbang di sana bisa jadi menjelajahi sesuatu atau mencari sesuatu sementara maksud dari tinggi adalah melewati batas yang ada. Burung kecil di sana adalah penyihir dalam syair itu dikatakan kalau burung kecil itu terbelenggu artinya burung kecil itu di segel atau memiliki segel. Di syair itu dikatakan jika burung kecil itu sebenarnya tidak kecil, itu artinya penyihir itu harus punya kekuatan sihir yang besar. Di akhir syair itu burung kecil terbelenggu oleh kutukan penyihir itu artinya segel yang ada padanya bukan ditanam oleh penyihir itu tapi oleh penyihir lain. Tapi yang aku tidak mengerti kenapa Andrew di segel? Bukankah segel padanya sudah hilang?" tanya Raina tidak mengerti.
"Aku yang menyegelnya!" ujar Nicole yang sontak membuat semua orang di sana kaget.
"Kenapa?" tanya Ryuzaki tak mengerti.
"Dia akan sangat mencolok dengan sihirnya yang kuat! Aku hanya tidak ingin dia pamer kekuatan, jadi aku menyegel hampir 90% kekuatannya!" kata Nicole tenang.
Dia benar-benar mengerikan pikir Ryuzaki, Edward dan David bersamaan. Sementara Kaila dan Raina justru setuju, Andrew sangat mencolok dengan kekuatannya. Menyegelnya bukan hal yang buruk untuk kelancaran rencana mereka.
"Selain hal itu ada hal lain yang mencurigakan di sekolah?" tanya Sein penasaran, dia memang sudah tidak pernah ke sana semenjak menetap di Kerajaan Valk.
"Tidak ada, selain sistem sekolah yang harus di disiplinkan!" kata Andrew serius.
Sistem sekolah memang sangat kacau, banyak siswa yang menjadi pemberontak. Para siswa itu terlalu menggunakan kekuasaan keluarganya untuk menekan guru dan pihak sekolah. Sepertinya mereka membutuhkan bantuan dari para tetua untuk melakukan hal itu. Sangat sulit mengorganisir dewan sekolah, mereka terlalu meremehkan Andrew, David dan Edward hanya karena mereka masih muda. Tapi mereka yakin dewan sekolah akan bungkam jika yang melakukannya Sein atau Denish.
"Serahkan itu pada kami. Kalian fokus saja pada misi kalian!" kata Clarisa yang langsung diangguki oleh Andrew, Edward, Ryuzaki, Ricky dan David. Dengan begitu mereka akan lebih mudah mencari informasi. Dengan sistem yang kacau seperti ini, sangat sulit bertindak karena terlalu banyak yang mencurigakan. Baik pada siswa maupun pada guru.
Setidaknya misi mereka akan lebih mudah dengan bantuan para orangtua. Dan satu lagi misi tambahan, masuk ke perpustakaan poulia. Perpustakaan itu sepertinya akan memberikan mereka informasi mengenai reset button yang mereka cari. Mereka harus tahu bagaimana masuk dan keluar dari perpustakaan itu. Jika tidak mungkin mereka akan berakhir terjebak di sana, atau keluar tanpa mendapatkan satu informasi pun.
TBC