Jadwal jam 8 malam diganti pukul 4.
Gabina segera membuka agenda kegiatan bosnya itu dia dengan cepat memeriksanya. Artinya pertemuan di kantor di ganti dengan menghadiri peresmian sebuah pembukaan tempat wisata baru PT. Megah Brugham.
Drees code? Dress codenya tema apa?
Gabina banyak mendapatkan informasi tentang sang bos dari Greta, namun harusnya dia bertemu dengan sekretaris lama bosnya ini dulu sebelumnya untuk bertanya banyak hal. Sialnya belum sempat bertemu dengan Gabina sekretaris itu sudah keluar sebab melahirkan prematur saat sedang proses pengunduran diri, lalu sang suami membawanya ke kampung halaman mereka dan Greta sudah sulit untuk berkomunikasi lagi dengan dia.
Dengan rasa takut dan gugup Gabina lalu bangkit dari tempat duduknya lalu menghadap pada pria yang masih sibuk dengan gawainya itu, “Mo-mohon maaf Pak dress codenya temanya apa ya pak?”
Seketika sang bos mengangkat wajahnya melihat pada Gabina, “Kamu nggak tahu caranya membuka E-mail?"
Gabisa shock mendapatkan ucapan pelan namun begitu menusuk itu, lagi pula kenapa dengan dia, bisa-bisanya dia belum membuka E-mail dan memeriksanya.
Sungguh hari pertama yang kacau, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjadi sekretaris, ini adalah pengalaman pertamanya.
Setelah membuka Email dan mendapat informasi tentang acara yang akan di kunjungi sang bos juga dia, Gabisa bergegas mencari pakaian untuknya juga sang bos.
Sekarang adalah pukul 2 dan acara itu pukul 4 artinya Gabina punya beberapa waktu untuk mencari pakaian, ia segera menghubungi supir Rain untuk mengantarkannya ke sebuah pusat perbelanjaan terdekat.
“Sekretaris Pak Rain yang baru?”
“Iya Pak, saya Gabina.”
“Saya Pak Didi, selamat bergabung di Sky inc mba Gabina! Pak Rain itu baik kok, ngomong-ngomong ini mba Bina benar pergi saya yang anterin? Biasanya kalo sekretaris yang sebelumnya di anterin sama supir karyawan.”
“Loh? Saya nggak tahu pak Didi, ini kontaknya bener nggak? Supir Pak Rain?”
“Iya bener tapi khusus Pak Rain saja mba, gini aja....nggak papa kok, saya juga lagi nggak ada kerjaan. Ayo, saya aja yang anter. Pak Rain juga nggak kemana-mana kan?”
Pantas saja mobil yang di gunakan adalah sebuah mobil mewah bathin Bina..“Yakin Pak nggak apa-apa, nanti saya di marahin.”
“Nggak kok, lagian mau kedepan sana kan?”
“Iya pak, mall didepan sana.” Gabina memilih untuk ikut saja, lagian waktunya sudah sangat mepet takut terlambat.
Di perjalanan Gabina membuka kembali catatan yang ia tulis tentang bosnya itu, ukuran pakaian, ukuran sepatu, makanan, minuman semua detail catatan tentangnya ada disana.
Gabina menarik nafasnya berat, jujur kepalanya masih sakit sebab pingsan tadi pagi, ditambah bekerja di iringi rasa ketakutan dan was-was seperti ini, sungguh rasanya sangat tidak nyaman.
Tidak lama Gabina tiba di pusat perbelanjaan itu, ia bergegas mencari pakaian untuknya juga Rain berwarna putih senada, sepanjang langkah Gabina terus menggerutu kenapa harus ada drescode.
“Lalu jika memakai pakaian yang tidak sesuai dresscode tempatnya akan runtuh? Acaranya akan gagal? Warna putih...stelan jas kafan boleh?"
Gabina sudah menemukan pakaian untuknya, tinggal sebuah pakaian untuk sang bos, mungkin sebuah kemeja berwarna putih cocok untuk lelaki itu atau sebuah jas?
Tiba-tiba saat sedang memilih ponselnya berdering, “Hallo Bu Greta?”
“Gabina kamu dimana?”
“Di luar Bu, saya lagi cari pakaian untuk pak Rain dan saya sendiri.”
“Kamu nggak isi air m di gelas Pak Rain?”
“Isi kok Bu.”
“Segera kembali jika sudah selesai, pak Bos tadi mengubungi saya katanya ngga ada air disana, dan saya diminta kasih tahu kamu tentang air minum dia.”
“Ya ampun Bu, maaf! Ibu udah kasih tahu kok, saya juga sudah isi gelasnya.”
“Ya sudah segera kembali Bina.”
“Baik Bu.”
Gabina mengepal kesal tangannya, hanya air minum saja dipermasalahkan dengan laki-laki itu? Apa salahnya dia mengambil sendiri minumannya.
"Airnya habis? angkat dong galonnya, masukin ke dalam dispenser? Apakah seorang bos tidak melakukan itu?"
Ini cukup menggambarkan pasti akan banyak hal yang membuat dia tersiksa kedepan nanti. Keliatannya saja baik, seperti di lift tadi tapi sepertinya tidak demikian. Akankah hal buruk mungkin akan kembali terulang?
Sesampainya di kantor Gabina berlarian kecil naik ke lantai 9 tempat ruangan sang bos dan dia itu berada, sekarang sudah pukul 3, bisa-bisa mereka terlambat untuk sampai di tempat acara. Gabina tidak peduli dengan sekeliling yang menatap dia yang begitu panik itu.
Sepatunya terus mengudarakan bunyi yang berisik, nafasnya tersebut tersenggal-senggal akhirnya dia tiba dan segera menempelkan aksesnya untuk masuk. Sesampainya di dalam sana Gabina tidak melihat ada sang Bos di tempat duduknya, ia sejenak berdiri untuk menetralkan nafas,sembari menelisik sang bos.
“Kemana dia? Apa yang dilakukannya?” netra Gabina masih selalu was-was dan mengedar kesekitar, takut sekali hal buruk akan menimpanya lagi.
Saat hendak berjalan keruangan kecil miliknya yang berbatasan dinding kaca itu, tiba-tiba lelaki itu muncul dari belakang, sontak saja Gabina terke siap.
Dari mana dia? Oh ruangan itu?
Lelaki itu sepertinya baru menyemprotkan kembali parfumnya, rambutnya juga sudah ditata kembali dan wajahnya jauh lebih segar.
“Pak itu pakaiannya sudah saya siapkan.”
Rain tidak merespon ucapan Gabina, lelaki itu tampak membuka jas miliknya lalu meletakkan di bangkunya dan ya... Dia sudah memakain kemeja putih di dalam sana, mata Gabina langsung membelalak.
Dia sudah menggunakan itu lalu kenapa minta disiapkan?
Tahan... Tahan... Gabina.
Sungguh pria inimasih sama menyebalkan seperti dulu, tapi sekarang Gabina bukan gadis kecil yang penakut lagi, dia tidak akan takut untuk membantah jika itu tidak sesuai.
“5 menit lagi kita berangkat.” ucap lelaki itu berjalan pergi dari sana.
“5 menit pak? Ah iya-iya!” Gabina bergegas membawa tas dan paper bag belanjaannya keluar dari sana untuk mengganti pakaian, Gabina bahkan melewati sang bos yang baru didepan pintu.
Aduh kenapa diserobot! Gabina yang merasa kurang sopan mendahului lalu berbalik badan lagi.
“Ma-maaf pak, silahkan!” Persilahkan Gabina sang bos untuk keluar sembari memegangi pintu.
“4 menit lagi Gabina!” ucap Rain lagi tegas.
“4 menit? I-iya-iya pak!”
Bruak.
Gabina melepaskan pintu itu seketika dan membuat Rain terkena hantaman pintu itu.
“OH s**t!” Kelaki itu mengumpat kesal karena terkejut.
“Habislah kau Binaaaa! kenapa kau melepaskan pintunya!” Gabina memukuli dahinya benar-benar hari pertama yang kacau, “Pak—maaf!” kata Gabina berbalik badan lagi menutup mulutnya.
“Kurang dari 3 menit 45 detik lagi, Gabina!” ucap Rain lagi dengan nada tinggi dan wajahnya yang kesal mengusap hidungnya yang terkena hantaman pintu.
“IYAA... IYAA PAK!” Gabina kembali berlarian dari sana.
Demi apa sepertinya kutukanku dimulai lagi, Gabina terus berlarian sambil memeluk bungkus belanjaanya ia merasa seperti tidak menginjak lagi pada lantai.