Selama perjalanan pulang, pikiran Meisya berkecamuk. Dia membaca pesan dari ibunya, dan benar-benar tak percaya jika orang yang namanya tertera dalam pesan ibunya tersebut adalah orang tuanya. Ia lebih banyak diam sepanjang perjalanan, se-berisik apa pun Raden di jok belakang, tak mampu mengusik Meisya yang sedang memikirkan ayah kandungnya. “Kamu sedang memikirkan apa, Sayang? Apa ada yang mengganggumu tadi saat di rumah Nenek Darwati?” tanya Rudi yang khawatir. “Nggak ada, Sayang. Aku hanya kelelahan. Kau tahu sendiri aku sedang hamil, mungkin karena itu aku kini benar-benar merasa lemas dan ingin lekas berbaring di rumah.” Meisya mengungkapkan alasannya. Ia belum berencana untuk memberitahu perihal ayahnya pada Rudi. “Hmmm, baiklah. Tapi jika ada sesuatu, jangan kamu pendam sendir