When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rudi jelas sedang mencemooh dua makhluk yang sejak tadi berada di ruang rawat tersebut. Sebenarnya ia kesal melihat Meisya menunjukkan belas kasih untuk dua makhluk yang sudah hampir membunuh sang istri dan merusak rumah tangga mereka. Aura dalam ruangan itu cukup mencekam, Meisya tak ikut masuk dan menunggu di dekat pintu saja seperti posisinya tadi. Entah apa yang ada dalam pikirannya, ia bukan melakukan ini demi Alya, dia merasa iba, atau semacamnya. Melainkan ia memikirkan nasib Sandra dan selebihnya karena Meisya tak rela jika wanita ular mati begitu saja sebelum ia menebus segala kesalahannya. “Aku minta maaf, Tuan. Aku ... aku ....” Ferdi tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia terlalu malu pada Rudi bahkan sampai mengirim tagihan ke perusahaan seorang CEO besar seperti pria di hadap