7. Penelitian

2087 Words
Lima tahun yang lalu. Di sebuah kota yang ramai dengan penduduk. Semuanya berjalan dengan normal. Anak-anak sedang fokus dengan pelajaran mereka di sekolah. Para Ibu sedang berbelanja di pasar. Beberapa pekerja terlihat sedang lalu lalang di jalanan. Beberapa dari mereka bahkan sudah ada yang berkutat dengan deadline yang harus mereka selesaikan. Sementara itu. Di sebuah laboratorium besar sedang melakukan penelitian besar-besaran. Analisis data yang cukup membuat mereka tidak tidur dalam beberapa malam. Satu per satu serum hasil peneilitian mereka diuji. Disuntikkan ke tubuh-tubuh manusia yang mereka jadikan objek percobaan. Mereka di letakkan di ruangan-ruangan yang dikelilingi dengan kaca. Satu per satu objek mereka tak menunjukkan hasil yang baik. Beberapa dari mereka bahkan langsung tak mengembuskan napas lagi. Hal itu terus mereka lakukan. Demi mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Yaitu mendapatkan serum awet muda dan juga panjang umur. Dengan segala bentuk kekuatan buatan yang mereka rancang dalam dna yang akan disuntikkan. Banyak hal yang di luar kewajaran terjadi di dalam sana. Mereka yang tanpa menggunakan hati. Mereka melakukan semua dengan berbagai cara. Menggunakan manusia sebagai objek penelitian sudah melanggar etika. Tapi, mereka berdalih dengan alasan untuk kelangsungan hidup manusia selanjutnya. Objek-objek mereka berreaksi berbeda-beda. Beberapa di antara objek-objek tersebut ada yang berhasil menerima serum. Ada yang masih dalam tahap penyesuaian dengan serum baru. Tapi, tak sedikit juga mereka mati setelah suntikan itu diberikan. Serum itu bahkan sudah berjajar banyak di rak-rak ruangan. Nomornya bahkan sudah mencapai ratusan. Sudah terlalu banyak manusia mereka korbankan dalam penelitian itu. Mereka dengan sengaja mengambil orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal. Menawari mereka sebuah pekerjaan. Tapi, sayangnya mereka malah dijadikan objek percobaan. Sudah berjuta-juta dollar mereka mengeluarkan uang untuk penelitian tersebut. Beberapa petinggi sudah hampir menyerah. “Apa saja yang sudah kamu kerjakan untuk penelitian ini? kenapa masih belum berhasil juga?” seorang pria dengan badan besar menggebrak meja. Dia mempunyai wajah yang tampan. Dengan tubuh yang kekar. Juga kumis tipis dan juga jenggot yang menyisakan warna abu-abu karena baru saja dicukur. Kulitnya bersih dan putih. Khas konglomerat kalangan atas. Seorang wanita dan seorang pria dengan pakaian putih itu menunduk. Mereka terdiam dan tak mampu menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut si pria. “Kalian tidak bisu dan tuli kan?” ucapnya lagi. Dengan nada yang cukup tinggi dan memekakkan telinga. Keduanya masih menunduk. Si wanita menggigit bibir bawahnya. Meremas jemarinya yang mendingin karena merasa takut dengan si penguasa. “Aku sudah mengeluarkan begitu banyak uang untuk kalian. Tapi, apa yang aku dapatkan? Semua manusia itu bahkan mati seketika. Kalian ini membuat serum panjang umur atau malah membuat suntikan mati untukku?” lagi. Dia meluapkan emosinya dengan menggebu-gebu. Emosinya memang sudah sampai di ubun-ubun. Dia telah menggelontorkan begitu banyak uang untuk penelitian tersebut. Juga sudah mengirimkan banyak manusia yang mereka minta untuk dijadikan objek. Namun, sampai detik ini masih belum juga mendapatkan hasil yang bagus. Semuanya gagal. “Kami akan bekerja lebih keras lagi Tuan, kami masih sedang tahap uji klinis untuk serum selanjutnya. Dan ....” dia menghentikan kalimatnya. Kemudian dia memberanikan diri memandang wajah dari si penguasa. Pria berbadan besar itu menaikkan satu  alisnya. Menunggu lanjutan dari kalimat si peneliti muda itu. Rahangnya yang besar terlihat cukup menyeramkan. Walau pun mempunyai wajah tampan. Tak ada seorang pun yang akan berani berharap akan cintanya. Wania-wanita yang mencoba mendekatinya hanya akan berakhir kecewa. Pria itu sama sekali tidak berperasaan. Hatinya telah mati dan membeku. Dia tidak pernah merasa tertarik dengan wanita. Dia hanya tertarik dengan keabadian yang akan dia ciptakan. Menjadi abadi dan hidup dalam waktu yang lama. Maka, dia bisa menguasai semua hal dengan kekayaan yang dia hasilkan. “Apa?” sahutnya. Dia sudah tidak sabar menunggu lanjutan kalimat dari si peneliti wanita—Lea. “Kami ....” dia terdiam sejenak. Memandang ke arah rekannya yang berdiri di sampingnya. Si peneliti pria—Joe mengangguk. Memberikan dia persetujuan untuk mengatakannya pada yang pemimpin. Si pria mengamati gerakan mereka. Sedikit tersenyum tipis. Dia sudah bisa menduga, hal apa yang akan disampaikan oleh mereka. Kalau bukan uang untuk lanjutan penelitian, pasti mereka meminta manusia-manusia baru untuk dijadikan objek uji serum lagi. “Kami membutuhkan uang tambahan. Alat-alat ini harus diupgrade dengan alat yang baru saja dirilis di Amerika. Aku sudah memastikan hasil serum yang mereka buat. Itu lebih stabil dan mudah menyatu dengan dna.” Jelasnya panjang lebar. Dengan emnggebu dan juga semangat yang tinggi. Senyum tipis khas kelicikan muncul di wajahnya. Dalam pikirannya dia begitu yakin dengan hasil yang akan dia dapatkan dengan menggunakan alat canggih tersebut. “Kau yakin dengan hal itu? Tuliskan saja berapa banyak uang yang kalian butuhkan. Kirimkan itu ke sekretarisku. Aku sama sekali tidak akan mundur. Aku harus mendapatkan serum itu. Aku harus bisa hidup panjang dan menguasai berbagai bisnis di banyak tempat!” ungkapnya dengan senyuman tak kalah liciknya. Kedua peneliti itu terlihat bersemangat. “Baillah, terima kasih atas kemurahan hatimu. Kami tidak akan mengecawakanmu kali ini. ini pasti akan berhasil. Ini pasti akan menjadi Tahun keberhasilan kita!” Lea dengan penuh percaya diri mengungkapkan itu. Dia menerawang, membayangkan saat dia akan mendapatkan penghargaan atas hasil dari penelitian yang telah dia temukan. Dia akan menjadi peneliti yang sangat terkenal dengan keberhasilannya. Dia juga akan menjadi kaya raya dengan hasil  penjualan serum panjang umur itu. Tanpa dia sadari, senyum terkembang di wajahnya. Senyum sinis dan licik itu tergambar dengan sempurna di sana. Sementara itu, Joe pun memikirkan hal yang sama. dia juga sedang berhayal tentang keberhasilan atas serum ciptaanya. Semua mata akan tertuju padanya. Akan banyak wanita yang berjajar dan mengantre untuknya. Dia akan dipuja-puja oleh banyak wanita. Harta dan umur panjanga adalah sebuah kunci yang nyata untuk bisa bertahan hidup di dunia. Masa lalunya akan segera terkubur dalam. Tidak akan ada satu orang pun yang tahu tentang masa lalunya yang kelam. Semuanya akan memuji dan mengharapkan kasih darinya. Lalu, dia bisa memilih wanita mana yang akan mendampingi hidupnya. Senyum yang sama liciknya juga terpampang jelas di wajah Joe. Sementara itu. Pria berbadan besar menyadari senyuman yang tersungging di wajah mereka. Mereka bertiga sama saja. Mempunyai niat masing-masing untuk kekayaan mereka. Untuk ketenaran dan juga kekuasaan. Ya, tentu saja mereka menginginkan semua itu. Siapa yang tidak ingin mendapatkan tiga hal yang sangat mendasar untuk sebuah kehidupan yang nyaman? Semua orang tentu berlomba untuk mendapatkannya. Seperti yang sedang mereka bertiga lakukan saat ini. “Jadi, kapan aku harus mengirimkan uangnya? Apakah Alat itu bisa dikirimkan hari ini?” tanya si Pria. Joe dan Lea saling berpadnangan, mulut mereka tersenyum dengan sangat lebar. Binar mata mereka menunjukkan sebuah kebahagiaan yang membuncah. Impian mereka hanya tinggal beberapa kali uji lagi. Jika pada akhirnya ada satu saja objek percobaan yang bisa bertahan hidup setelah mendapatkan suntikan itu. Mereka akan menjadi yang terpopuler di kalangan peneliti. Kekayaan mereka akan melimpah. Kekuasaaan akan berada di tangan mereka. Hanya tinggal beberapa langkah lagi. Sementara itu. Di dalam ruang penelitian terjadi kerusuhan. Beberapa objek yang baru saja disuntikkan beberapa menit yang lalu mengalami perubahan yang cukup serius. Mereka berteriak-teriak dengan sangat keras. Seolah tengah merasakan sakit yang luar biasa. Beberapa dari mereka bahkan menjambak rambutnya sendiri. Hingga rontok dan bahkan sampai meninggalkan bekas botak di kepalanya. Juga ada yang memukul-mukulkan kepalanya ke dinding kaca. Dari yang bisa dilihat secara langsung. dia seolah menunjukkan bahwa kepalanya sedang merasa begitu sakit. Ada pula yang memaki-maki para peneliti yang hanya diam dan memandangi mereka tanpa melakukan apa pun. “Biadab! Apa yang sudah kalian suntikkan kepadaku? Aaargh! Ini sangat panas dan menyakitkan!” teriak objek 5656. Dia adalah seorang pria di usia tiga puluhan ke atas. Badannya cukup segar dibandingkan yang lain. Dan hanya dia yang berani menyumpah serapah ke arah para peneliti. Sebab, dia tidak memiliki kehidupan yang cukup adil di dunia ini. dia tinggal sendirian, tanpa ada satu orang pun keluarga atau pun kenalan. Dia yang sedang mengasi sampah hari itu ditemui oleh si pencari objek. Dia ditawari uang yang berlimpah. Ditawari untuk bekerja di sebuah perusahaan sebagaii tukang bersih-bersih. Nyatanya, dia ditipu. Dia dibawa ke laboratorium tersebut. Dijadikan objek percobaan oleh mereka. Disuntikkan serum-serum yang ada banyak serinya. Hanya dia yang bertahan hingga detik ini. dia adalah objek yang paling berhasil di anta yang lain. Dia sudah bisa bertahan dengan puluhan suntikan yang diberikan. Dan kali ini adalah suntikan ke tiga puluh lima. Objek percobaan lain tidak akan berani melawan. Mereka diancam, bahwa keluarga mereka akan diambil dan di bawa pula ke sana. Dijadikan objek yang sama seperti dirinya. Tapi, tidak sedikit yang bahkan langsung tewas. Karena tidak mampu menahan rasa sakit yang ditimbulkan dari serum yang disuntikkan pada tubuh mereka. Para peneliti hanya diam di kursi masing-masing. Tangannya dengan cekatan mencatat segala hal yang msedang terjadi di hadapan mata mereka. Mereka mengamati setiap respons yang diberikan oleh para objek. “Sepertinya, rasa sakit itu masih juga mereka rasakan. Kira-kira ... apa yang bisa kita campurkan untuk meredakan rasa sakit dari serum ini ya?” Peneliti dengan inisial A di baju kerjawanya yang berwarna putih itu memecah keheningan mereka. “Kau benar, apakah kita bisa memasukkan obat penghilang rasa sakit dalam serum itu? Atau kita harus memberikan suntikan penghilang rasa sakit setelah menyuntikkan serumnya? Ini adalah bagian paling penting dalam penelitian ini. Kau tidak ingin merasakan sakit seperti mereka saat menggunakannya sendiri bukan?” Peneliti B menyahuti. Kemudian mereka berkumpul. Peneliti dengan inisial A sampai J itu duduk melingkar di salah satu meja. Mereka membahas banyak hal. Agar mereka bisa meminimalkan rasa sakit yang timbul akibat serum tersebut. karena, tidak semua objek bisa bertahan sejauh itu. Bahkan hanya di tahap pertama serum saja, ada yang langsung tewas di tempat. Mereka dengan sangat serius berbincang. Mengutarakan pendapat beserta bukti jurnal-jurnal yang sudah mereka baca selama ini. Mencatat banyak hal untuk kembali dicoba. Formula serum itu masih juga belum sempurna. Bahkan setelah bertahun-tahun mereka bekerja di sana. Saat ketiga pimpinan penelitian itu kembali ke ruang uji. Di sana mereka terbelalak. Saat mendapatii semua objek yang baru disuntikkan tergeletak di lantai. Kecuali seorang pria dengan nomor objek 5656. “Bagaimana bisa seperti ini?” suara Lea menggelegar ke seluruh ruangan. membuat para peneliti yang sedang rapat itu menoleh ke sumber suara. Mereka sontak berdiri dan menundukkan kepala. “Serumnya, masih belum berhasil juga. Sepertinya, rasa sakit yang ditimbulkan terlalu kiat. Tidak semua objek mampu menahan rasa sakitnya. Hanya ada satu yang bertahan. Objek 5656,” jawab salah satu dari para peneliti itu. Dia menjelaskan apa yang sedang terjadi dengan hati-hati. Dia tidak ingin berakhir menjadi objek seperti para manusia itu. Lea mengembuskan napas panjang, dia terlihat begitu kesal. Padahal, dia mengira semuanya akan baik-baik saja. hanya tinggal beberapa langkah untuk menjadikan serum itu obat awet muda, dan dia akan mendapatkan banyak uang dari sana. Nyatanya, semua itu masih jauh dari jangkauan mereka. Melihat hasil yang didapatkan tidak cukup baik. Mereka harus kembali mengulang penelitian. Mencampur beberapa formula agar tidak menimbulkan efek yang serius di tubuh. Mereka harus tetap waspada dan juga teliti. Jika tidak ingin penelitian itu gagal dan sia-sia. Mereka harus bekerja lebih keras lagi. “Mulai detik ini, kalian tidak akan pulang dari sini! Kalian harus tetap berada di sini dan meneliti sepanjang malam! Lakukan dengan baik, atau kalian akan menggantikan mereka sebagai objek penelitian ini! Kalian mengerti?” suara Lea semakin meninggi. Para peneliti bahakan semakin menundukkan kepala mereka. Gemetar itu terasa di tangan. Rasa dingin dari kekejaman membuat beberapa dari mereka merasa merinding seketika saat mendengar ucapan dari mulut Lea. Perempuan itu memang cantik dan pintar. Tapi, tak ada kelembutan dalam dirinya. Hanya kekejaman yang sangat kontras dengan wajahnya yang terlihat lembut. Lea berbalik dan keluar dari rungan. Disusul dengan pria berbadan besar. Sementara itu, Joe memperingatkan mereka lagi. “Kalian sudah mendengarnya, bekerjalah lebih keras lagi. Jika kalian tidak ingin berkahir seperti mereka!” tambahnya. Dia tersenyum tipis. Dalam hatinya dia merasa bahagia melihat nyali para peneliti yang kian menciut itu. Walau bagaimana pun, pada akhirnya mereka juga akan tetap disingkirkan. Mereka bertiga keluar dari ruangan. Para peneliti akhirya kembali duduk dan mengambil napas panjang. nasib mereka semakin miris saja. “Bagaimana ini?” tanya peneliti E. “Sudahlah, jangan khawatirkan itu. Kita hanya perlu mencoba kedua hal tadi. Apakah itu bisa dicampur dengan pereda rasa sakit. atau harus dipisah penyuntikannya. Mari kembali fokus. Sebelum kita akan dijadikan objek oleh mereka.” Sahut peneliti J. Mereka semua setuju. Kesepuluh peneliti itu kembali berkutat dengan peralatan mereka. Duduk di meja kerja mreka masing-masing. Suasana kembali hening. Tak ada suara selain suara yang ditimbulkan oleh tangan-tangan mereka di atas keybooard. Juga suara larutan dan juga formula yang membentuk gas saat dicampurkan. Semua itu seperti koki di dapur. Mereka asik meracikbahan untuk sebuah serum yang sempurna.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD